Revan pun langsung menjelaskan pertanyaan wanita yang telah melahirkan dirinya itu. Dia bilang, tadi datang ke ulang tahun temannya itu, mereka disana berpesta layaknya seperti anak muda, tanpa sengaja seorang wanita terjatuh sehingga bibirnya menyentuh kerahnya. Revan berharap dengan penjelasannya tidak ada salah paham lagi, dia merasa cape bila harus terjadi ke ributan di rumah. Kinan yang mendengar penjelasan sang suami hanya tersenyum sinis menatapnya. Bukannya tidak percaya, akan tetapi dia merasa heran, ketika dirinya minta penjelasan serta bicara dengan nada tinggi, dia marah. Sedangkan sama Ibunya, luar biasa, sungguh di luar nalar.
"Kamu enggak berbohongkan?" tanya Bu Gina. "Ya ampun, Bu. Masa enggak percaya sama putranya sendiri. Aku orangnya setia dan enggak mungkin aku selingkuh," ujar Revan. Bu Gina pun menatap netra putranya itu. Dia yakin kalau putranya tidak mungkin melakukan hal itu. Dia juga tahu kalau Revan sangat menyayangi Ibu serta adiknya, jadi tidak mungkin menyakiti hati seorang istri. Wanita paruh baya itu langsung menatap kesal menantunya karena telah membuat keributan di rumah dan merasa tidak menyangka kalau Kinanti telah menuduh putranya selingkuh. "Masa iya, kamu enggak percaya sama suamimu sih, Kinan. Dia enggak mungkin selingkuh," ucap Bu Gina. "Huh! Udahlah, pusing, Ibu. Lain kali jangan bertengkar mulu, malu sama tetangga!" ketus Bu Gina. Wanita paruh baya itu segera pergi dari hadapan Revan serta, Kinan. Dia segera berjalan menuju kamarnya. Kini hanya ada sepasang suami istri disana. Revan langsung menatap sang istri, kemudian segera melangkahkn kakinya menuju ranjang karena sangat lelah ingin tidur. Kinanti yang melihat sang suaminya pergi begitu saja hanya bisa berkata sabar. Tiba-tiba Kinan pun menguap karena mengantuk, dia pun segera berjalan menuju ranjang. Saat sudah ada di ranjang dia menatap sang suami yang sudah tidur duluan. Dia merasakan kekecewaan kepada Revan, apa yang telah dia lakukan tadi. Dia berharap Tuhan melembutkan hatinya agar dia bisa menghargai dirinya. "Aku bingung Tuhan, bertahan sakit tapi pergi darinya merasa bingung harus beralasan apa sama dia. Engkau maha tahu Tuhan, kalo suamiku orang yang selalu pingin menang sendiri dan enggak mau disalahkan batin Kinan." 'Untuk saat ini aku akan bersabar menghadapi semuanya. Tapi, jika dia sudah sangat keterlaluan dan bermain di belakangku, maaf aku akan pergi,' gumamnya. Kinanti memijitnya keningnya yang terasa sangat pusing. Wanita cantik itu segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang, lalu memejamkan mata agar tertidur dan berharap besok sehat kembali. Hingga akhirnya, mereka pun kini sudah berada di alam bawah sadarnya. #Keesokan Harinya. Kinan yang kini selesai sarapan paginya, langsung berjalan menuju mobil. Dimana disana sudah ada suaminya yang duluan berjalan. Wanita itu segera masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba bunyi ponsel berdering milik Revan. Pria itu langsung mengangkatnya. "Mas, bisa bantu aku enggak? Datanglah kesini ke rumahku," ucap Ica di sebrang sana. "Emm ...gimana ya." Revan merasa bingung karena harus mengantarkan istrinya berangkat kerja. "Aku mohon, please." Pinta Ica. "Baiklah, aku akan kesana sekarang," ucap Revan. Pria itu segera mematikan ponselnya saat sudah selesai berbicara. Dia langsung menatap istrinya yang kini sedang duduk di samping dirinya. Mungkin, dia harus mencari alasan agar Kinan tidak curiga kepada dirinya. "Maaf, aku enggak bisa mengantarkan kamu kerja," ucap Revan. "Loh, kenapa, Mas?" tanya Kinan. "Kebetulan barusan ada yang menelpon, katanya Pak Zae, ada Klien yang sudah menunggu di restoran, dan aku harus pergi sekarang juga kesana," jawab Revan dengan berbohong. "Oh. Terus, aku naik apa?" tanya Kinan. "Kan kamu bisa naik angkot, atau naik kendaraan online saja," jawab Revan. "Baiklah." Kinan memilih untuk mengalah Wanita cantik itu pun segera keluar dari mobil tersebut. Dia menghembuskan napasnya dengan kasar. Merasa sangat aneh karena pagi hari udah ada pertemuan Klien. Revan pun kini segera menjalankan mobilnya pergi dari rumah. Kinan hanya menatap kecewa mobil sang suami dari jauh. Tak lama kemudian, taksi yang di pesan pun kini sudah ada. Kinan dengan segera masuk ke dalam mobil tersebut. Kinanti sudah hampir satu tahun kerja di PT. HOGA sebagai sekertaris, ada alasan kenapa dia bekerja, karena merasa jenuh di rumah. Apalagi, sosok mertua yang kini selalu ikut campur tentang rumah tangganya serta sang suami yang kini telah berubah. Revan pun tidak melarang istrinya untuk bekerja, padahal dia seorang CEO yang bekerja di perusahaanya, akan tetapi pria itu tidak mau bikin banyak terjadi percekcokan jika melarang dan akhirnya setuju Kinanti bekerja. #Satu jam kemudian .... Mobil taksi yang di tumpangi Kinanti pun, kini sudah berada di kantor. wanita itu dengan segera keluar dari taksi tersebut. Sebelum pergi, Kinanti memberikan uang kepada sang sopir untuk membayarnya telah mengantarkan ke tempat kerja. "Kembaliannya ambil aja, Pak," ucap Kinan sambil berlalu. "Terima kasih, Non." Sang sopir merasa bersyukur masih ada orang yang baik. Kinan segera berjalan masuk ke dalam kantor tersebut. Dia terburu-buru karena hanya waktu tersisa sepuluh menit lagi. Walaupun berjalan terburu-buru, dia selalu menyempatkan menyapa sesama karyawan. Bell pun berbunyi, tepat Kinanti sudah berada di ruangan kerja. Dia langsung menatap atasannya yang kini sudah berada di kursi kekuasaan. "Maaf, aku terlambat, Pak," ucap Kinan menundukkan kepalanya. "Enggak apa-apa, kok. Lain kali jangan di ulangi lagi," ucap Rangga. "Iya, Baik, Pak." Kinan menganggukan kepalanya. Wanita itu segera berjalan menuju tempat kerjanya. "Oya, hari ini kita ada pertemuan Klien," ucap Rangga. "Sekarang, Pak?" tanya Kinan. "Tentu saja," jawab Rangga. Rangga pun menyuruh agar Kinanti membereskan tempat kerjanya kembali karena pertemuan Klien akan dilaksanakan sekarang. Mereka pun segera pergi dari ruangan tersebut, lalu berjalan menuju mobil yang akan mengantarkan mereka untuk bertemu dengan Klien. Sang sopir pun segera menjalankan mobilnya sesuai perintah Rangga. Di perjalanan tanpa sengaja Kinan melihat seseorang yang sangat dia kenali. Dia merasa tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Kinan mencoba untuk mengucek-ngucek matanya, berharap kalau dia salah melihat. Namun, sayang, kalau dia jelas melihatnya dan Kinan pun sangat yakin kalau dia pria yang sangat dia kenali. "Enggak mungkin, aku enggak mungkin salah lihatkan kalau dia, Mas Revan batin Kinanti." Kinanti masih bertanya-tanya dengan siapa dia berjalan? Dia melihat jelas kalau sang suami sambil menggandeng seorang wanita. Kebetulan, wanita itu membelakanginya sehingga kinan tidak bisa melihat jelas, siapa wanita itu. Kinanti mengepalkan kedua tangannya merasa sangat geram. Rangga yang tadi memperhatikan Kinanti hanya mengerutkan keningnya karena dari tadi terus menatap keluar. "Berhenti!"Kinanti meminta agar sang sopir untuk menghentikan mobilnya. Rangga pun merasa terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Kinan. Sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya sesuai permintaan Kinan. "Kenapa harus berhenti?" tanya Rangga menatap Kinan. Kinanti menepak jidatnya, dia merasa lupa kalau dia tidak sendiri, akan tetapi bersama atasannya. Wanita itu mengigit bibir bawahnya karena merasa bingung harus berkata apa. Tidak mungkin, dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi karena ini urusan kerja bukan waktunya untuk mengurusi masalah pribadi. "Kinan, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rangga sekali. "Eh, enggak, kok, Pak, tadi kebelet sih, pingin ke air makanya nyuruh sang sopir untuk berhenti," jawab Kinan dengan berbohong. Rangga menatap aneh Kinanti. Mana mungkin, di perjalanan ada toilet, dia merasa yakin pasti ada sesuatu yang terjadi tadi. Ingin rasanya Rangga menanyakan, akan tetapi itu bukan urusan pribadinya, dia pun memilih untuk tidak bertanya. "Oh, gitu ya.
"Hebat, benar-benar, hebat!" sentak Bu Gina sambil melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Kinanti.Kinanti merasa terkejut, sekaligus merasa heran karena tiba-tiba mertuanya berkata seperti itu. Kinanti mencoba untuk tetap tenang. Dia tersenyum kepada Ibu Gina, akan tetapi mertuanya malah menatap sinis Kinanti."Eh, Bu." Kinanti merasa gugup, serta merasakan ada sesuatu yang tidak beres."Habis dari mana kamu?" tanya Bu Gina sambil menyilangkan kedua tangannya."Kan Ibu tau aku habis kerja, Bu. Lagian, Ibu juga tau aku sering lembur dan pulang malam," jawab Kinanti.Kinanti merasa heran sama mertuanya itu, jelas dia selalu tahu kalau dirinya kadang suka pulang malam. Dulu dia tidak pernah mempermasalahkan pulang kerja malam. Akan tetapi, kenapa kini dia tidak mau ngerti dan malah bertanya seperti itu."Alah, itu cuma akal-akalan kamu aja," ketus Bu Bu Gina."Maksudnya apa, Bu?" Kinanti merasa tidak mengerti dengan perkataan Ibu mertuanya itu."Kamu habis dari mana tadi bersama seor
"Aku bisa menjelaskannya, Mas," ucap Kinan menatap suaminya."Menjelaskan apalagi? Aku percaya kalau ucapan Ibu itu benar. Jadi katakanlah yang jujur, kalo memang selingkuh 'kan?" tanya Revan."Enggak, Mas, aku enggak selingkuh!" jawab Kinanti.Revan merasa sangat kesal karena Kinanti tidak mau jujur kalau dia telah selingkuh. Pria itu meraih dagunya dengan kasar. Kini, Kinan meringis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Dengan sekuat tenaga Kinanti menghempaskan tangan Revan, sehingga membuat pria itu sangat emosi."Tadi aku diantar pulang sama atasan kerjaku. Emang salah ya? Lagian, kenapa tadi kamu tidak menjemput ku? Andai saja, kamu menjemputku pasti tidak akan seperti ini, Mas! Ibu telah salah paham, Mas!" Kinanti dengan suara tinggi."Kurang ajar, kamu ...." # Plak.Revan menampar keras Kinanti sehingga pipi putihnya kini menjadi merah, serta terasa panas yang dirasakan oleh wanita itu, dengan apa yang telah dilakukan oleh suaminya. Kinanti merasa tidak menge
"Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica. Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pe
Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita ya
"A-apa?" Rangga merasa sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan suaminya yang telah berselingkuh. Terlebih, dia telah menghamili wanita yang ada disampingnya. Dia mengelengkan kepala serta, baru tahu kalau pria itu suami Kinanti. "Dia suami kamu, Kinan?" tanya Rangga menatap Kinanti. "Iya." Kinanti menganggukkan kepalanya. "Hebat, sungguh hebat punya suami. Macam suami apaan dia, telah menuduh kamu yang enggak-enggak tapi dia tidak berkaca pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kamu, Kinan!" Rangga menatap sinis Revan. Revan yang mendengarkan perkataan Rangga merasa sangat emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya. Lalu, mencengkram kerah Rangga dan menatap tajam. "Maksudnya apa berbicara seperti itu, hah?" kesal Revan. "Lho, kenapa emangnya? Ada yang salah dengan ucapanku? Lagian, itu fakta 'kan kalo kamu pria yang tidak punya otak!" sentak Rangga. "Kamu ...." Revan merasa sangat emosi, pria itu langsung menghajar Rangga. #Bugkh Tangan kekarnya mengenai bibir
Kinan yang kini berada di dalam kamar, langsung mengambil sebuah koper. Dia tidak sudi lagi harus tinggal bersama suaminya serta, sang mertua yang toxic itu. Dia memilih untuk pergi. Kinan segera mengambil baju miliknya kemudian, di masukan ke dalam koper tersebut. 'Lebih baik aku pergi dari sini, dari pada terus-terusan orang menyakiti aku dan tidak menghargai aku. Mungkin, ini jalan terbaik harus mengakhiri semuanya,' gumam Kinan. Wanita cantik itu mencoba mengikhlaskan apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin, ini akan jadi pelajaran buat dirinya agar selalu tidak gegabah memilih pasangan. #Revan kini sudah sampai di rumah. Dia terburu-buru ke dalam karena ingin menemui istrinya. Dia menatap wanita paruh baya yang kini sedang duduk di sofa yang berada di ruang tamu. "Bu, apakah Kinan ada disini?" tanya Revan menatap wanita paruh baya itu. "Ada, dia pergi ke kamar, sih," jawab wanita paruh baya itu. "Oke, makasih, Bu." Saat Revan akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Bu S
"Kinan, semangat!" ucap Rangga mencoba menyemangati wanita cantik yang baru saja turun dari mobil. Kinan langsung menatap atasannya itu. Lalu, dia tersenyum, "makasih," ucap Kinan. Kinanti pun berpamitan kepada atasannya itu. Dia berterima kasih kepada pria yang telah mengantarkan dirinya pulang. "Aku pamit duluan ya, Pak," ujar Kinan menatap Rangga. "Iya, silahkan," ucap Rangga. Kinanti segera pergi meninggalkan Rangga.Dia segera berjalan masuk ke dalam rumah. Rangga yang melihat punggung Kinanti merasa sangat kasihan. Benar-benar sangat disayangkan, wanita cantik serta sopan menurutnya, sampai di selingkuhi. 'Semoga suatu saat nanti, kamu mendapatkan pendamping hidup yang jauh lebih baik, serta menyayangimu, Kinan,' gumam Rangga. Saat Kinanti sudah masuk ke dalam rumah, Rangga pun segera pergi dari halaman rumah itu. Ketika Kinanti melangkahkan kakinya berjalan menuju ruang tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya. "Tumben jam segini baru pul
Kinanti yang kini berada di dalam mobil, terus menangis. Dia merasa sangat tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Sakit, sungguh sakit hatinya melihat seseorang yang sangat dia cintai, kini telah mengkhianatinya. 'Aku benci kamu, Mas! Kamu enggak tau berapa besar pengorbananku agar bisa menikah denganmu? Aku rela pergi dari rumah serta, bertengkar dengan orangtua aku demi kamu. Demi bisa hidup selamanya dengan kamu. Nyatanya, ini balasanmu kepadaku? Sungguh, kau pria brengsek!' gumam Kinanti benar-benar sangat kecewa. Pipinya terus di banjiri oleh air mata. Dia tidak kuasa menahan sakitnya hati yang telah tergores luka yang begitu dalam. Seseorang masuk ke dalam mobil. Dia merasa sangat khawatir kepada Kinanti. "Kamu baik-baik ajakan, Kinan?" tanya Rangga. Pria itu kini langsung duduk di dalam mobil di samping Kinan. "Lihatlah, aku sedang tidak baik-baik saja," ujar Kinanti menatap kesal Rangga. Wanita itu sambil menghapus air matanya yang membasahi pipi. "Maa
"Jangan, Pak. Biarkan ini urusan aku dengan suamiku. maaf, telah membuat Bapak ikut campur dengan kejadian ini," ujar Kinanti. Kinanti merasa tidak enak hati kepada atasannya itu. Mungkin, dia tidak akan memaafkan dirinya karena sesuatu telah terjadi yang membuat bibir atasannya terluka. "Hey, wanita sial! Dengan kehadiranmu membuat semuanya jadi kacau!" sentak Ica menatap tajam Ica. Kinanti tidak menghiraukan perkataan Ica. Dia langsung berjalan menghampiri suaminya. Dia mencoba untuk membantu Revan untuk berdiri. Akan tetapi, Revan langsung menghempaskan tangan istrinya itu. Kinanti hanya menatap sinis suamianya saat melihat dia tidak menolak bantuan Ica untuk berdiri. "Mas, aku ingin bicara denganmu," ucap Kinan. "Mau bicara apa, hah?" ketus Revan. apa hem?" "Aku cuma ingin bilang sama kamu, izinkan lah aku pergi dari hidupmu, jika tidak ada lagi surga untukku! Percuma aku bertahan, jika hatiku selalu kau sakiti. Aku ini manusia punya hati, juga perasaan! Sekali lagi
"A-apa?" Rangga merasa sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan suaminya yang telah berselingkuh. Terlebih, dia telah menghamili wanita yang ada disampingnya. Dia mengelengkan kepala serta, baru tahu kalau pria itu suami Kinanti. "Dia suami kamu, Kinan?" tanya Rangga menatap Kinanti. "Iya." Kinanti menganggukkan kepalanya. "Hebat, sungguh hebat punya suami. Macam suami apaan dia, telah menuduh kamu yang enggak-enggak tapi dia tidak berkaca pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kamu, Kinan!" Rangga menatap sinis Revan. Revan yang mendengarkan perkataan Rangga merasa sangat emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya. Lalu, mencengkram kerah Rangga dan menatap tajam. "Maksudnya apa berbicara seperti itu, hah?" kesal Revan. "Lho, kenapa emangnya? Ada yang salah dengan ucapanku? Lagian, itu fakta 'kan kalo kamu pria yang tidak punya otak!" sentak Rangga. "Kamu ...." Revan merasa sangat emosi, pria itu langsung menghajar Rangga. #Bugkh Tangan kekarnya mengenai bibir
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita ya
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
"Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica. Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pe