"Aku bisa menjelaskannya, Mas," ucap Kinan menatap suaminya.
"Menjelaskan apalagi? Aku percaya kalau ucapan Ibu itu benar. Jadi katakanlah yang jujur, kalo memang selingkuh 'kan?" tanya Revan. "Enggak, Mas, aku enggak selingkuh!" jawab Kinanti. Revan merasa sangat kesal karena Kinanti tidak mau jujur kalau dia telah selingkuh. Pria itu meraih dagunya dengan kasar. Kini, Kinan meringis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Dengan sekuat tenaga Kinanti menghempaskan tangan Revan, sehingga membuat pria itu sangat emosi. "Tadi aku diantar pulang sama atasan kerjaku. Emang salah ya? Lagian, kenapa tadi kamu tidak menjemput ku? Andai saja, kamu menjemputku pasti tidak akan seperti ini, Mas! Ibu telah salah paham, Mas!" Kinanti dengan suara tinggi. "Kurang ajar, kamu ...." # Plak. Revan menampar keras Kinanti sehingga pipi putihnya kini menjadi merah, serta terasa panas yang dirasakan oleh wanita itu, dengan apa yang telah dilakukan oleh suaminya. Kinanti merasa tidak mengerti dengan sikap Revan, karena dirinya menjelaskan dengan jujur. Wanita itu menatap kecewa sang suami lalu, menatap tajam. Bu Gina hanya tersenyum sinis menyaksikan perdebatan antara putranya dengan sang menantu. "Apa yang sudah kamu lakukan, Mas! Salahku dimana? Kenapa, tiba-tiba kamu menamparku, hah!" sentak Kinanti. "Karena aku enggak suka kamu meninggikan suara seperti tadi!" sentak Revan. Butiran kristal keluar dari matanya membasahi pipi. Wanita itu kemudian tertawa ketika mendengar alasan dirinya menampar. Tidak seharusnya dia lakukan seperti itu, lagian Kinan terpaksa karena tidak ada orang yang mempercayai dengan apa di katakan olehnya. Sakit, sungguh sakit, jika orang yang sangat dicintai kini malah percaya dengan orang yang telah berbohong. "Aku menjelaskan dengan lembut tapi kamu masih tidak percaya? Aku menjelaskan seperti tadi, tapi kamu marah? Dengar ya, Mas, istri mana sih, yang tidak sakit hati bila tidak di percaya sama suaminya? Jelas apa yang dikatakan aku itu jujur, tidak bohong!" Kinanti menatap tajam suaminya itu. Revan merasa sangat pusing dari tadi terus adu mulut dengan istrinya itu. Lagian, dirinya juga merasa kalau dia tidak menjemputnya tadi. Padahal, siang tadi Kinanti meminta agar malam menjemputnya. Pria itu pun memilih untuk melangkahkan kakinya berjalan menuju kamar. "Kamu mau kemana, Revan?" tanya Bu Gina. "Udahlah, Bu, aku pusing!" jawab Revan, kini terus melangkah kakinya menuju tangga. "Loh, Revan ... Revan ...." teriak Bu Gina. Wanita paruh baya itu menatap kesal Revan. Rencananya kini harus gagal, padahal tinggal selangkah lagi niat Bu Gina tercapai. Di langsung menatap menantunya lalu, memutarkan matanya dengan malas. Kinanti langsung menatap Bu Gina yang kini akan pergi. "Jadilah orang tua yang jujur, jangan pernah mengadu domba kan seseorang!" sentil Kinan. "Kamu ...." Wanita paruh baya itu merasa sangat malas bila harus berurusan dengan menantunya itu. Dia langsung pergi meninggalkan Kinanti. Benar-benar hari ini, hari yang sangat menyakitkan bagi Kinanti, dia di fitnah, bahkan di peras uangnya. Kebaikan selama ini, dia tidak dihargai. Dia merasa kalau mertuanya hanya memanfaatkan keadaan. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan penuh kekesalan. # Keesokan Harinya. "Kamu mau pesen makanan apa, Sayang?" tanya seorang pria sambil menatap kekasihnya. "Aku mau pesen makanannya yang sangat special," jawab wanita itu. "Baiklah, aku akan memesannya." Pria itu pun dengan segera memanggil sang pelayan cafe tersebut. Seorang pelayan cafe pun segera berjalan menghampiri mereka. Lalu, mencatat pesanan makanan yang di pesan oleh sepasang kekasih itu. Sang pelayan pun segera pergi untuk memberikan pesanannya kepada yang bertugas. Seorang kekasih tersebut tersenyum merasa sangat bahagia karena bisa selalu bersama-sama makan seperti itu. "Aku punya kejutan untukmu," ucap wanita cantik menatap Revan. "Apa?" Revan merasa sangat penasaran dengan kejutan yang diberikan oleh kekasihnya itu. Dia sudah tidak sabar ingin melihat apa yang sudah dibawa Ica untuk dirinya. Wanita cantik itu pun langsung mengambil sebuah plastik biru berbentuk persegi panjang dari tasnya. Lalu, memberikan kepada Revan. Karena merasa sangat penasaran, pria itu pun langsung membuka isi tersebut. Betapa terkejut Revan saat melihat dua garis merah terpampang di benda berbentuk panjang itu. "Bukannya ini ...." Revan merasa tidak percaya. Pria itu menutup mulutnya yang terbuka dengan tangan. Dia benar-benar tidak menyangka akan membuat Vina jadi seperti itu. Hatinya kini menjadi cemas, takut, yang lebih di khawatirkan jika istrinya mengetahui kalau dirinya telah menjalin dengan wanita lain. "Iya, ini adalah alat testpack. Kamu tau 'kan, ini artinya apa?" tanya Ica tersenyum sangat bahagia. "Ja-jadi, kamu beneran hamil?" tanya Revan dengan gugup, serta merasa tidak percaya. "Iya, aku memang hamil, Sayang. Kenapa? Kamu enggak senang melihatnya?" ucap Ica dengan ketus. Ica benar-benar kecewa kepada Revan. Dia pikir, akan bahagia karena dirinya sedang mengandung anak pria itu. Andai saja, kalau dirinya tahu kalau Revan tidak senang mempunyai anak dari rahimnya, mungkin tidak akan sudi menjalin hubungan terlarang itu. Wanita cantik itu memalingkan wajahnya karena sangat benci dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut pria itu. "Bukan begitu, maksudnya, Sayang. Tapi serius, kalo yang ada dalam perutmu itu anakku?" tanya Revan ingin menyakinkan. "Maksudnya apa berkata seperti itu? Tentu saja, anak yang ada dalam kandunganku adalah anakmu!" sentak Ica. "Kamu kenapa sih, enggak mau bertanggung jawab? Baiklah, aku akan bunuh anak ini!" lanjutnya. Revan membulatkan matanya saat Ica berkata seperti itu. Enak saja dia ingin membunuh anak yang ada di dalam perutnya. Apalagi, dia adalah anak dirinya. Dia langsung memeluk wanita cantik itu, dia mencoba untuk menenangkan hatinya. "Kamu berkata apaan sih, Sayang. Siap bilang aku enggak mau bertanggung jawab, hah? Ngaco kalo ngomong," ucap Revan menatap kesal Ica. "Habisnya kamu kayak enggak percaya, dan malah bertanya ini anak siapa yang ada di dalam perut aku," ujar Ica, kemudian menguraikan pelukannya. "Emang salah ya, bila aku bertanya? Tadi aku cuma ingin meyakinkan saja dan aku merasa tidak percaya akan memiliki anak," kata Revan tersenyum. Ica menatap netra Revan, dia merasakan kalau kekasihnya itu merasa sangat bahagia. Dia pikir, Revan tidak ingin mengakui anaknya yang ada di dalam perut, dan ternyata dirinya telah salah paham. Revan pun merasa sangat tidak menyangka akan memiliki seorang anak dari wanita yang dicintainya itu. Impian dirinya ingin memiliki anak dari hasil pernikahannya dengan Kinanti bikin dirinya kecewa, sudah hampir lima tahun mereka menikah tapi tidak memiliki seorang anak. Apalagi, dirinya suka disindir oleh rekan-rekan, Ibunya kurang manjur membuat anak. "Kamu enggak menyesalkan mempunyai anak dari rahimku?" tanya Ica menatap Revan. "Menyesal? Enggak kok, justru aku sangat senang karena kamu cinta pertamaku dulu, dan kini kita akan bersatu selamanya," jawab Revan tersenyum. Ica pun membalas senyuman kekasihnya itu, dia juga ikut merasa senang setelah lima tahun putus, kini harus bersatu kembali. Namun, rasa senangnya tiba-tiba menjadi khawatir saat terpikirkan suatu yang membuat dirinya sangat tidak yakin akan bersatu dengan Revan. Pria yang kini ada disamping Ica pun mengerutkan keningnya saat wajah cantiknya berubah menjadi sedih. "Apa yang terjadi denganmu, Sayang?" tanya Revan. "Aku ....""Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica. Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pe
Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita ya
"A-apa?" Rangga merasa sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan suaminya yang telah berselingkuh. Terlebih, dia telah menghamili wanita yang ada disampingnya. Dia mengelengkan kepala serta, baru tahu kalau pria itu suami Kinanti. "Dia suami kamu, Kinan?" tanya Rangga menatap Kinanti. "Iya." Kinanti menganggukkan kepalanya. "Hebat, sungguh hebat punya suami. Macam suami apaan dia, telah menuduh kamu yang enggak-enggak tapi dia tidak berkaca pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kamu, Kinan!" Rangga menatap sinis Revan. Revan yang mendengarkan perkataan Rangga merasa sangat emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya. Lalu, mencengkram kerah Rangga dan menatap tajam. "Maksudnya apa berbicara seperti itu, hah?" kesal Revan. "Lho, kenapa emangnya? Ada yang salah dengan ucapanku? Lagian, itu fakta 'kan kalo kamu pria yang tidak punya otak!" sentak Rangga. "Kamu ...." Revan merasa sangat emosi, pria itu langsung menghajar Rangga. #Bugkh Tangan kekarnya mengenai bibir
"Jangan, Pak. Biarkan ini urusan aku dengan suamiku. maaf, telah membuat Bapak ikut campur dengan kejadian ini," ujar Kinanti. Kinanti merasa tidak enak hati kepada atasannya itu. Mungkin, dia tidak akan memaafkan dirinya karena sesuatu telah terjadi yang membuat bibir atasannya terluka. "Hey, wanita sial! Dengan kehadiranmu membuat semuanya jadi kacau!" sentak Ica menatap tajam Ica. Kinanti tidak menghiraukan perkataan Ica. Dia langsung berjalan menghampiri suaminya. Dia mencoba untuk membantu Revan untuk berdiri. Akan tetapi, Revan langsung menghempaskan tangan istrinya itu. Kinanti hanya menatap sinis suamianya saat melihat dia tidak menolak bantuan Ica untuk berdiri. "Mas, aku ingin bicara denganmu," ucap Kinan. "Mau bicara apa, hah?" ketus Revan. apa hem?" "Aku cuma ingin bilang sama kamu, izinkan lah aku pergi dari hidupmu, jika tidak ada lagi surga untukku! Percuma aku bertahan, jika hatiku selalu kau sakiti. Aku ini manusia punya hati, juga perasaan! Sekali lagi
Kinanti yang kini berada di dalam mobil, terus menangis. Dia merasa sangat tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Sakit, sungguh sakit hatinya melihat seseorang yang sangat dia cintai, kini telah mengkhianatinya. 'Aku benci kamu, Mas! Kamu enggak tau berapa besar pengorbananku agar bisa menikah denganmu? Aku rela pergi dari rumah serta, bertengkar dengan orangtua aku demi kamu. Demi bisa hidup selamanya dengan kamu. Nyatanya, ini balasanmu kepadaku? Sungguh, kau pria brengsek!' gumam Kinanti benar-benar sangat kecewa. Pipinya terus di banjiri oleh air mata. Dia tidak kuasa menahan sakitnya hati yang telah tergores luka yang begitu dalam. Seseorang masuk ke dalam mobil. Dia merasa sangat khawatir kepada Kinanti. "Kamu baik-baik ajakan, Kinan?" tanya Rangga. Pria itu kini langsung duduk di dalam mobil di samping Kinan. "Lihatlah, aku sedang tidak baik-baik saja," ujar Kinanti menatap kesal Rangga. Wanita itu sambil menghapus air matanya yang membasahi pipi. "Maa
"Kinan, semangat!" ucap Rangga mencoba menyemangati wanita cantik yang baru saja turun dari mobil. Kinan langsung menatap atasannya itu. Lalu, dia tersenyum, "makasih," ucap Kinan. Kinanti pun berpamitan kepada atasannya itu. Dia berterima kasih kepada pria yang telah mengantarkan dirinya pulang. "Aku pamit duluan ya, Pak," ujar Kinan menatap Rangga. "Iya, silahkan," ucap Rangga. Kinanti segera pergi meninggalkan Rangga.Dia segera berjalan masuk ke dalam rumah. Rangga yang melihat punggung Kinanti merasa sangat kasihan. Benar-benar sangat disayangkan, wanita cantik serta sopan menurutnya, sampai di selingkuhi. 'Semoga suatu saat nanti, kamu mendapatkan pendamping hidup yang jauh lebih baik, serta menyayangimu, Kinan,' gumam Rangga. Saat Kinanti sudah masuk ke dalam rumah, Rangga pun segera pergi dari halaman rumah itu. Ketika Kinanti melangkahkan kakinya berjalan menuju ruang tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya. "Tumben jam segini baru pul
Kinan yang kini berada di dalam kamar, langsung mengambil sebuah koper. Dia tidak sudi lagi harus tinggal bersama suaminya serta, sang mertua yang toxic itu. Dia memilih untuk pergi. Kinan segera mengambil baju miliknya kemudian, di masukan ke dalam koper tersebut. 'Lebih baik aku pergi dari sini, dari pada terus-terusan orang menyakiti aku dan tidak menghargai aku. Mungkin, ini jalan terbaik harus mengakhiri semuanya,' gumam Kinan. Wanita cantik itu mencoba mengikhlaskan apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin, ini akan jadi pelajaran buat dirinya agar selalu tidak gegabah memilih pasangan. #Revan kini sudah sampai di rumah. Dia terburu-buru ke dalam karena ingin menemui istrinya. Dia menatap wanita paruh baya yang kini sedang duduk di sofa yang berada di ruang tamu. "Bu, apakah Kinan ada disini?" tanya Revan menatap wanita paruh baya itu. "Ada, dia pergi ke kamar, sih," jawab wanita paruh baya itu. "Oke, makasih, Bu." Saat Revan akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba Bu S
"Kinan, semangat!" ucap Rangga mencoba menyemangati wanita cantik yang baru saja turun dari mobil. Kinan langsung menatap atasannya itu. Lalu, dia tersenyum, "makasih," ucap Kinan. Kinanti pun berpamitan kepada atasannya itu. Dia berterima kasih kepada pria yang telah mengantarkan dirinya pulang. "Aku pamit duluan ya, Pak," ujar Kinan menatap Rangga. "Iya, silahkan," ucap Rangga. Kinanti segera pergi meninggalkan Rangga.Dia segera berjalan masuk ke dalam rumah. Rangga yang melihat punggung Kinanti merasa sangat kasihan. Benar-benar sangat disayangkan, wanita cantik serta sopan menurutnya, sampai di selingkuhi. 'Semoga suatu saat nanti, kamu mendapatkan pendamping hidup yang jauh lebih baik, serta menyayangimu, Kinan,' gumam Rangga. Saat Kinanti sudah masuk ke dalam rumah, Rangga pun segera pergi dari halaman rumah itu. Ketika Kinanti melangkahkan kakinya berjalan menuju ruang tamu, tiba-tiba seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya. "Tumben jam segini baru pul
Kinanti yang kini berada di dalam mobil, terus menangis. Dia merasa sangat tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Sakit, sungguh sakit hatinya melihat seseorang yang sangat dia cintai, kini telah mengkhianatinya. 'Aku benci kamu, Mas! Kamu enggak tau berapa besar pengorbananku agar bisa menikah denganmu? Aku rela pergi dari rumah serta, bertengkar dengan orangtua aku demi kamu. Demi bisa hidup selamanya dengan kamu. Nyatanya, ini balasanmu kepadaku? Sungguh, kau pria brengsek!' gumam Kinanti benar-benar sangat kecewa. Pipinya terus di banjiri oleh air mata. Dia tidak kuasa menahan sakitnya hati yang telah tergores luka yang begitu dalam. Seseorang masuk ke dalam mobil. Dia merasa sangat khawatir kepada Kinanti. "Kamu baik-baik ajakan, Kinan?" tanya Rangga. Pria itu kini langsung duduk di dalam mobil di samping Kinan. "Lihatlah, aku sedang tidak baik-baik saja," ujar Kinanti menatap kesal Rangga. Wanita itu sambil menghapus air matanya yang membasahi pipi. "Maa
"Jangan, Pak. Biarkan ini urusan aku dengan suamiku. maaf, telah membuat Bapak ikut campur dengan kejadian ini," ujar Kinanti. Kinanti merasa tidak enak hati kepada atasannya itu. Mungkin, dia tidak akan memaafkan dirinya karena sesuatu telah terjadi yang membuat bibir atasannya terluka. "Hey, wanita sial! Dengan kehadiranmu membuat semuanya jadi kacau!" sentak Ica menatap tajam Ica. Kinanti tidak menghiraukan perkataan Ica. Dia langsung berjalan menghampiri suaminya. Dia mencoba untuk membantu Revan untuk berdiri. Akan tetapi, Revan langsung menghempaskan tangan istrinya itu. Kinanti hanya menatap sinis suamianya saat melihat dia tidak menolak bantuan Ica untuk berdiri. "Mas, aku ingin bicara denganmu," ucap Kinan. "Mau bicara apa, hah?" ketus Revan. apa hem?" "Aku cuma ingin bilang sama kamu, izinkan lah aku pergi dari hidupmu, jika tidak ada lagi surga untukku! Percuma aku bertahan, jika hatiku selalu kau sakiti. Aku ini manusia punya hati, juga perasaan! Sekali lagi
"A-apa?" Rangga merasa sangat terkejut. Dia tidak percaya dengan suaminya yang telah berselingkuh. Terlebih, dia telah menghamili wanita yang ada disampingnya. Dia mengelengkan kepala serta, baru tahu kalau pria itu suami Kinanti. "Dia suami kamu, Kinan?" tanya Rangga menatap Kinanti. "Iya." Kinanti menganggukkan kepalanya. "Hebat, sungguh hebat punya suami. Macam suami apaan dia, telah menuduh kamu yang enggak-enggak tapi dia tidak berkaca pada dirinya sendiri yang telah mengkhianati kamu, Kinan!" Rangga menatap sinis Revan. Revan yang mendengarkan perkataan Rangga merasa sangat emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya. Lalu, mencengkram kerah Rangga dan menatap tajam. "Maksudnya apa berbicara seperti itu, hah?" kesal Revan. "Lho, kenapa emangnya? Ada yang salah dengan ucapanku? Lagian, itu fakta 'kan kalo kamu pria yang tidak punya otak!" sentak Rangga. "Kamu ...." Revan merasa sangat emosi, pria itu langsung menghajar Rangga. #Bugkh Tangan kekarnya mengenai bibir
"Dasar wanita kurang ajar! Tega sekali kamu telah mengambil pria sudah beristri!" geram Kinanti. "Loh, kenapa emangnya? Lagian kita suka sama suka, kok," ucap Ica tersenyum sinis menatap Kinan. Kinanti benar-benar tidak menyangka dengan wanita yang kini ada di depannya. Dia pikir akan malu telah merebut suaminya, akan tetapi dia malah bangga telah mendapatkan Revan. Kinan mengepalkan kedua tangannya merasa sangat emosi. "Kenapa tega kamu sakiti aku dengan seperti ini, Mas? Kalo memang udah bosen bilang aja, dan biarkan aku pulang dari kehidupanmu, Mas. Dasar pria brengsek!" Kinan sambil memukul dada bidang sang suami. "Sudahlah kamu harus terima saja dengan takdirmu itu," ketus Ica. Kinanti langsung menatap Ica saat berkata seperti itu. Dia harus menerima takdirnya? Sungguh, ini bukan takdir tapi karena Ica yang telah tega merebut suaminya. Dia langsung mengangkat satu tangannya lalu, melayang mengenai pipi Ica. #Plakk# "Rumah tangga kita hancur karena kehadiran wanita ya
Kinan menghentikan langkahnya saat mendengar seorang wanita memanggil sayang kepada suaminya. Kinan memutarkan badanya lalu menatap ke arah suami. Dia membulatkan matanya merasa tidak percaya. "Maaf, lama, Sayang," ujar Ica. Revan menjadi bingung untuk saat ini. Bagaimana tidak, dia melihat sang istri berjalan menghampirinya. Hatinya kini merasa tidak senang dan takut sesuatu terjadi yang akan membuat semuanya tahu. "Kamu siapa?" tanya Kinan menatap wanita yang kini sedang duduk di samping Revan. Ica membulatkan matanya merasa sangat terkejut saat melihat wanita yang sangat dia kenali. Benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan Kinanti saat seperti ini. Karena tidak mau membuat curiga Kinan, Ica mencoba untuk tetap santai. "Hello ... kenalkan aku ...." perkataan Ica harus terputus karena tiba-tiba Kinan memotong pembicaraannya. "Apa ini!" Kinanti merebut tespeck yang ada di tangan Ica. Wanita itu merasa sangat penasaran dengan apa yang di pegangnya, karena merasa sa
Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya. "Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan. "Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan. Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya. "Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga. Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi. "Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan. Mata Kinan langsung mendeli
"Bagaimana dengan Kinan? Apakah dia mau menerima aku sebagai istrimu?" tanya Ica. Wanita itu jadi patah semangat saat mengingat istri pertamanya Revan. Dia merasa jadi khawatir, Kinan malah berhasil membuat Revan untuk meninggalkan dirinya. Pria yang kini ada di samping Ica langsung memegang tangannya. "Jangan khawatir kalo masalah dia, biarkan aku yang mengurusi semua ini. Mau, tidak, mau, Kinan harus menerimanya!" Revan tersenyum sinis saat mengingat istrinya itu. "Makasih, sayang. Aku benar-benar sangat menyayangimu," ucap Ica. Revan kini mengusap perut Kinan yang masih rata. Dia benar-benar sangat senang, serta tidak menyangka akan menjadi seorang Ayah. Begitu pun dengan Ica, dengan tersenyum ikut bahagia saat Revan berkata seperti itu. Dia semakin yakin kalau Kinan pasti akan tersingkirkan dari hidup Revan. * * # Di tempat lain. "Kita pergi ke cafe sekarang juga!" ucap Rangga menghampiri Kinan yang kini sedang mengerjakan tugasnya. Kinan kemudian menghentikan pe