Share

Bab.7. Di Cafe?

Kinanti menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia mengigit bibir bawahnya merasa sangat malu karena telah mengebrak meja di depan atasannya. Rangga yang melihat tingkah bawahannya itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Apa yang terjadi denganmu, Kinan?" tanya Revan.

"Anu ... enggak ada apa-apa, kok," jawab Kinan.

Kinan terpaksa harus berbohong karena tidak mungkin menceritakan sesuatu yang terjadi pada dirinya. Biarkan masalah ini hanya dia yang mengatasinya.

"Serius, tidak ada apa-apa, nih? Dari tadi aku liat kamu kayak menatap seseorang" ucap Rangga.

Kinan merasa sangat terkejut saat atasannya mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya. Dia mencoba untuk bersikap biasa agar Rangga tidak merasa curiga lebih dalam lagi.

"Itu cuma perasaan bapak aja kali. Oya, aku lapar, nih, yuk, kita makan," ajak Kinan mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Oh, kamul lapar ya? Baiklah, aku akan panggil dulu sang pelayan." Rangga langsung memanggil sang pelayan.

Mata Kinan langsung mendelik ke arah dimana suaminya berada. Dia merasa bingung karena tidak menemukan wanita yang tadi bersama Revan, dia hanya melihat sang suami sedang duduk sendiri sambil sibuk dengan ponselnya.

"Lho, wanita itu kemana?" batin Kinan.

Kinan pun permisi kepada atasannya untuk ke toilet. Rangga pun mempersilahkannya, lalu Kinan dengan segera beranjak dari kursi duduk tersebut. Karena merasa penasaran Kinan pun mencoba untuk menghampiri suaminya itu.

"Mas ...." panggil Kinan saat berada di samping Revan.

"Kinan?" Revan merasa sangat terkejut saat melihat istrinya ada disana.

Dia kini merasa jadi tidak tenang melihat kehadiran istrinya itu. Revan menatap ke arah kiri kanan untuk melihat seseorang. Dia bersyukur orang yang di cari masih belum kembali duduk bersamanya. Revan menatap sang istri yang kini duduk di sampingnya.

"Kamu mau ngapain disini?" tanya Revan menatap tidak suka istrinya itu.

"Lah, emangnya kenapa kalo aku ada disini? Aku ini istrimu loh, masa iya, enggak boleh nyamperin kamu," jawab Kinan.

Revan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa bingung harus berkata apa. Jujur saja, kedatangannya istrinya takut akan ada adu mulut besar yang membuat orang menyaksikannya.

"Bukan enggak boleh tapi heran saja, kenapa kamu bisa ada disini? Kamu bolos kerja ya?" tanya Revan.

"Enggak kok, Mas. Aku kesini kebetulan ada acara pertemuan bersama Klien," jawab Kinan.

"Terus kenapa kamu kesini? Harusnya diam saja disana. Dasar punya istri aneh!" kesal Revan.

Kinan tersenyum tipis saat melihat tingkah suaminya yang kini terlihat ketakutan. Dia merasa yakin, kalau Revan telah berselingkuh. Kinan mengambil air minum milik suaminya lalu, meminumnya.

"Hey, apa yang kamu lakukan! Kau mengambil air minumku begitu saja," kesal Revan menatap istrinya.

Kinan tidak memperdulikan suaminya yang kesal dengan sikapnya. Dia merasa aneh saja, karena dulu Kinan sering lakukan itu kepada Revan tapi biasa saja. Akan tetapi, kini dia tidak terima dan malah memarahinya.

"Maaf, aku tadi haus, Mas. Lagian, aneh sekali Mas Revan ini kenapa malah memarahiku? Bukannya dulu aku sering gitu sama Mas," ucap Kinan.

Revan menapak jidatnya karena merasa sangat lupa. Dia mencoba menarik napasnya dengan kasar lalu, membuangnya. Sebisa mungkin Revan tetap tenang agar sang istri tidak mencurigainya.

"Itu dulu, sekarang beda lagi! Bukannya kamu tadi ada acara pertemuan Klien? Sana pergi! Bukannya malah duduk disini!" sentak Revan.

"Lagian, udah selesai kok, pertemuan Kliennya juga. Kenapa sih, kayaknya enggak suka banget ya, aku ada disini," ucap Kinan.

"Ini bukan urusanmu! Udah sana pergi, sebentar lagi aku ada pertemuan Klien nih," ujar Revan.

"Oh, sama ada pertemuan Klien juga ya, Mas? Kirain cuma makan-makan disini dengan wanita lain," sindir Kinan.

Revan membulatkan matanya merasa terkejut saat Kinan berkata seperti itu. Apakah dia sudah mengetahui kalau dirinya memang pergi dengan wanita lain? Revan pun menghempiskan pikiran buruknya, mungkin saja Kinan belum mengetahuinya dan hanya bercanda.

"Jangan bisa menuduh! Aku kesini ada pertemuan Klien. Udah sana pergi dari sini!" Revan mencoba untuk mengusir istrinya agar segera pergi dari hadapan dirinya.

Kinan pun segera beranjak dari kursi tersebut. Dia tidak mau terus adu mulut lagi bersama suaminya. Dia mencoba untuk mengalah, dia segera pergi dari hadapan suaminya. Akan tetapi dia menghentikan langkahnya saat seseorang memanggil suaminya.

"Sayang ...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status