Attention : rate cerita ini adalah 1821+ (harsh words, dirty talks, bullying, kekerasan) yang tidak suka bacaan vulgar mohon tidak ngeyel untuk terus membacanya!
••••• happy reading •••••Manggala Bimantara membanting ponselnya pada kursi mobil yang kosong di sebelahnya. Pria itu tampak marah setelah mengakhiri sesi panggilan bersama seseorang beberapa menit yang lalu. Rahangnya tampak mengeras, menandakan jika pria itu sedang dalam kondisi kesal yang luar biasa.Gala keluar dari dalam mobilnya, bersandar pada pintu mobil lantas tangan kirinya merogoh saku pada mantel miliknya. Mengambil sebatang rokok dan sebuah korek api.Pria berahang tegas itu tampak tenang menghisap benda yang mengandung zat adiktif yang berupa nikotin sembari memasukkan tangan kirinya ke dalam saku mantel. Mencari ketenangan sebelum ia kembali pada pelariannya bersama wanita-wanita penghibur di dalam kelab malam yang ia datangi saat ini.Namun belum sempat Gala menghabiskan satu barang rokoknya, iris matanya menangkap seseorang yang terlihat begitu familiar. Seorang gadis memakai kemeja serta celana jeans yang sering ia lihat.'Aleeya Saraswati?' Ujar Gala dalam hatinya ketika melihat salah satu mahasiswinya keluar dari dalam club malam sembari menghitung beberapa lembar uang.Gala pun segera membuang putung rokoknya. Melangkah dengan sedikit tergesa mendekati mahasiswinya itu. Lalu, mencengkeram tangan kanan mahasiswinya itu tiba-tiba saja dan membalikkan tubuhnya.Bola mata Gala melebar ketika melihat beberapa bekas kemerahan yang tercetak jelas di sekitar leher mahasiswinya itu.Jadi rumor itu adalah kebenaran?Sebuah rumor yang mengatakan jika Aleeya Saraswati bekerja sebagai pelacur?Manggala Bimantara memang baru dua bulan bekerja sebagai dosen disalah satu universitas yang populer di Jakarta, menggantikan temannya yang cuti pasca kecelakaan.Awalnya ia tidak percaya dengan rumor yang membicarakan bahwa Aleeya Saraswati adalah seorang pelacur. Karena gadis itu tampak seperti mahasiswinya kebanyakan. Tidak memakai riasan apapun di wajahnya dan bersikap sewajarnya. Bahkan Aleeya termasuk dalam mahasiswi yang pintar. Hanya saja gadis itu lebih pendiam daripada mahasiswi yang kerap kali menggoda dirinya. Tapi, melihatnya malam ini dengan bekas kemerahan yang disebut kissmark itu, Gala menarik pemikiran baiknya tentang gadis ini."Jadi, kamu benar-benar menjual diri, Aleeya Saraswati?" ujar Gala dengan nada dinginnya. Malam ini ia sudah kesal, ditambah lagi melihat dengan mata kepalanya sendiri kelakuan dari salah satu mahasiswinya ini. Pria itu tampak geram."P–pak Gala," ujar Aleeya sedikit bergetar ketika melihat yang mencengkeramnya adalah dosen baru di universitasnya. Ia tak menduga jika akan bertemu Manggala Bimantara malam ini.Manggala sedikit menarik Aleeya agar lebih dekat dengannya, terlihat sekali bagaimana sorot mata kecewa pada pria itu."Apa rumor itu benar jika kamu adalah seorang pelacur?" ucap Gala terdengar menghina pada sebutan yang ia ucapkan.Hati Aleeya mencelos mendengar bawa dosennya sendiri menyebutnya sebagai pelacur."Itu bukan urusan Anda, Pak Gala. Saya mohon, bisakah anda melepaskan saya sekarang juga?" ujar Aleeya sembari meronta agar Gala melepaskan dirinya.Melihat Aleeya yang memberontak tanpa sadar pria itu membentaknya, ia kesal."Kamu pandai dan masih punya masa depan, Aleeya Saraswati! Bagaimana bisa kamu melacurkan diri seperti ini?" pekik Gala yang tak habis pikir dengan mahasiswinya ini.Aleeya justru tersenyum remeh mendengar bentakan dosennya ini."Uang! Saya butuh uang!" balas Aleeya tak kalah keras. "IPK 4 tidak akan membuat saya kenyang, Pak!" ujar gadis muda itu sekali lagi sembari menatap sinis ke arah Gala."Apa?" pekik Gala yang terkejut dengan ucapan Aleeya."Sekarang lepaskan saya, Pak. Saya punya urusan," balas Aleeya yang kembali lagi meronta ingin pergi.Namun bukannya membiarkan Aleeya lepas begitu saja, Gala justru menarik Aleeya ke arah mobilnya. Ia tak menyangka jika mahasiswinya ini rela menjual diri demi uang? Apakah tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia pilih? Huh, Gala benar-benar marah."Ikut aku!" ujar Gala dengan surat berat, datar, dan dinginnya."P–pak! Tunggu! Anda ingin membawaku ke mana?" pekik Aleeya yang hanya pasrah, Gala membawanya kemana.******Aleeya meringis ketika Gala menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Pria itu membawanya ke sebuah apartement mewah di kawasan Jakarta Pusat. Tidak ada raut wajah hangat yang biasa dosen itu berikan saat mengajar di kelasnya. Hanya tatapan dingin, tajam dan datar yang ia berikan saat ini.Jantung Aleeya berdegup kencang dan mulai memundurkan tubuhnya menjauh saat ia melihat jika dosennya itu mulai membuka kancing kemejanya satu per satu."P–pak Gala. Anda ingin apa?" ujar Aleeya yang mulai ketakutan, terlebih lagi ketika Gala sudah membuang kemejanya. Memperlihatkan cetakan perut berotot membentuk enam bagian kotak.Gala tersenyum miring ketika melihat bagaimana mahasiswinya ini bertanya sok polos seperti itu. Pria itu menaikkan kaki kanannya yang masih berbalut celana kainnya ke atas ranjang. Tubuhnya perlahan mendekat pada jalang kecil ini. Jalang kecil? Huh, bukankah itu sebutan yang bagus bagi Aleeya Saraswati."Kamu seorang pelacur bukan? Maka sekarang layani aku seperti pekerjaanmu," ucap Gala ketika tepat berada di depan Aleeya yang sudah tidak bisa memundurkan tubuhnya lagi.Mata Aleeya terbelak mendengarnya. "Apa?""Kenapa kamu terkejut seperti itu, Aleeya?" balas Gala dengan seringai di wajah tampannya. Gala tersenyum remeh saat melihat ada beberapa bekas kemerahan yang tercetak jelas di leher putih milik mahasiswinya itu. Dalam hatinya, Gala mengakui jika mahasiswinya ini cantik meskipun tak memakai riasan apapun. Namun sayang sekali jika ternyata Aleeya Saraswati justru mengobral dirinya. Cantik-cantik tapi murahan itulah kesan Gala pada Aleeya saat ini. "Bukankah kamu terbiasa melayani banyak pria?" ujarnya kembali sembari tersenyum miring.Aleeya menelan ludahnya susah payah. Bohong jika dirinya mengaku ia baik-baik sekarang. Jantungnya bekerja dengan lebih cepat. Rasa-rasanya benda itu hendak meletus saat ini juga akibat debaran yang membuat gila. Bahkan, Aleeya merasa pipinya tengah terbakar saat ini. Bagaimana tidak, jika saat ini Manggala tengah menatapnya seolah ia adalah hidangan utama dalam sebuah perjamuan besar-besaran."Kamu mau uang bukan? Maka puaskan aku malam ini dan aku akan memberikanmu banyak uang," desis Gala sebelum melabuhkan bibirnya pada bibir mahasiswinya sendiri. Namun sialnya, tiba-tiba saja ia mendapat dorongan keras di perutnya, sampai ia nyaris terjatuh dari ranjang."Kamu menolak ku?" Geramnya. Pria itu tampak marah, wajah mulai menggelap merasa terhina."Pak, m–maaf. Saya tidak bermaksud mendorong Anda," ujar Aleeya yang sudah terlihat kacau sekali. Ia takut, tak bisa berpikir jernih selain menendangnya.Menggeram marah, lantas Gala kembali mendekat ke arah Aleeya, mengukungnya. Aleeya ingin berontak lagi, namun Gala menahan kedua pergelangan tangannya di setiap sisi kepalanya."Kamu benar-benar jalang kecil yang luar biasa, Aleeya Saraswati! Kamu suka dipaksa rupanya," ucap Gala begitu menyeramkan saat ini.Dada Aleeya rasanya sesak sekali. Ya Tuhan, Apa ia akan diperkosa oleh dosennya sendiri malam ini?"Pak Gala! Tunggu—"Tak mengindahkan ucapan mahasiswinya itu, tanpa aba-aba Gala merobek kemeja milik Aleeya. Pancaran gairah yang Gala rasakan sebelumnya seakan lenyap ketika melihat sebuah luka memar yang cukup besar di atas perut sebelah kiri milik mahasiswinya itu."Ada apa dengan tubuhmu, Aleeya?" ujar Gala terlihat panik ketika melihat luka lebam kebiruan yang cukup besar berada di perut atas sebelah kiri milik Aleeya.Gala segera menurunkan dirinya, terlihat khawatir dengan luka milik Aleeya.Akan tetapi, Aleeya memilih diam, hingga membuat Gala merasa jenggah sendiri."Siapa yang memukulmu hingga seperti ini?" teriak pria itu frustasi melihat luka yang ada pada tubuh mahasiswinya itu. Terdapat lebam kebiruan yang sangat besar di bawah dada kirinya. Akhirnya air mata dan rasa sesak yang Aleeya tahan sedari tadi tumpah juga, gadis itu menangis keras. Menumpahkan segera rasa sesak yang menghujam jantungnya.Melihat rapuhnya gadis di hadapannya kini tak kuasa bagi Gala untuk tida
Tak ada wanita yang mau dicap sebagai murahan, meskipun ia adalah seorang jalang sekalipun. Termasuk seorang gadis muda yang kini tengah berada dalam dekapan hangat lengan kekar seorang pria tampan yang berstatus sebagai dosennya sendiri. Bahkan nafas pria itu terdengar terengah di cerukan lehernya saat ini. Jika semesta tak memberikan beban hidup seberat ini padanya, Aleeya tidak akan pernah mau mengambil jalan tengah yang terlihat hina seperti ini. Menyerahkan mahkotanya pada dosennya sendiri. Ck, takdir gila macam apa yang ia jalani saat ini? Berawal dari pernikahan sang ibu dengan seorang pria. Kehidupan Aleeya Saraswati rasanya mulai jungkir balik. Dulu, yang awalnya ia sama sekali tak merasa kesulitan dalam meminta apapun, kini semuanya berubah sejak 5 tahun terakhir. Sang ayah tiri nyatanya telah membohongi ibunya. Menjual butik milik sang ibu demi membangun sebuah kelab malam. Aleeya tidak menyalahkan sang ibu karena salah memilih pria. Namun, Aleeya lebih menyalahkan takdi
Kegiatan pijit memijit telah berakhir 10 menit yang lalu. Kini, sepasang suami istri itu tengah menikmati waktu mereka sembari berendam bersama di dalam bath up yang berisi gumpalan busa di permukaannya. Sesekali sang pria mendaratkan kecupannya di bahu cantik milik wanitanya itu. Sedangkan sang wanita tampak tenang bersandar pada dada bidang milik suaminya itu sembari tangannya asik bermain busa. "Bagaimana pekerjaanmu di LA, Sayang?" ujar Manggala Bimantara sembari memeluk istrinya begitu posesif dari belakang. Pria itu menarik tengkuk Bella agar menghadap pada dirinya, mengecup bibir wanitanya itu cukup lama. "Hm, seperti biasa. Cukup melelahkan," ujar Bella tersenyum manis setelah Gala melepaskan kecupannya. Mendengar jawaban itu, membuat Manggala Bimantara memasang wajah sedikit kesalnya. "Jangan memaksa dirimu, Bel. Kau juga harus beristirahat," ujar Gala yang tidak suka mendengar jika istrinya itu kelelahan. Bella mendongakkan kepalanya, melihat raut wajah kesal sa
Sedangkan di tempat lain, seorang gadis memakai jaket berwarna abu-abu begitu lahap memakan es krim yang ada di tangannya. "Beruntung sekali supermarket cukup dekat sebelum cacing-cacing ini memakan usus dan lambungku," ujar gadis itu yang tak lain adalah Aleeya. Ia baru saja pulang dari supermarket untuk membeli beberapa bungkus mie instan dan juga es krim yang kini ia makan. Aleeya tidak bisa tidur karena perutnya kelaparan. Memang setelah kepergian dosennya sore tadi, gadis itu tak memakan apapun. Padahal tenaganya dikuras habis setelah 2 ronde percintaan panas dengan pak dosen. Hingga akhirnya, Aleeya harus merasa kelaparan di malam hari seperti ini. Wanita itu memasukkan kode apartemen yang sudah 6 bulan ia tinggali saat ini. Manggala Bimantara memintanya untuk tinggal di apartemen pria itu dengan alasan agar mudah jika pria itu membutuhkannya. Sialan sekali bukan? Pria itu pikir dirinya adalah ban serep yang digunakan jika ban utamanya kempes. Namun jika dipikir-pikir it
Gala berjalan cepat menuju rumahnya. Raut panik tercetak jelas di wajah tampannya."Nabella! Kamu di mana, sayang?" ujar Gala sembari menengok ke sana kemari untuk menemukan sang istri. "Astaga! Bella!" pekik pria itu ketika mendapati sang istri masih di dalam kamar mandi dengan posisi memeluk erat lututnya di bawah shower. Meringkuk dengan wajah pucatnya.Dengan cepat Manggala Bimantara mematikan shower dan mengambil handuk. Melilitkan pada tubuh sang istri yang kini mengigil kedinginan. "Bel, kamu tidak apa-apa?" ujar Gala yang merasa bersalah karena telah meninggalkan Bella sendirian begitu saja. Bibir tipis dan pucat itu mulai sedikit terbuka."D–dingin," ujar Bella. Tanpa pikir lama lagi Gala segera mengangkat tubuh istrinya. Membawanya keluar, lalu meletakkan tubuh Bella di atas ranjang. Berjalan cepat ke arah walk in closed untuk mengambil baju hangat untuk istrinya itu. Manggala Bimantara, pria itu terlihat sangat telaten dan lembut merawat sangat istri. Membuatkan teh ha
Udara cukup dingin malam ini, hujan deras mengguyur kota Jakarta tadi sore selama beberapa jam lamanya. Bahkan hingga malam ini aspal jalan pun masih terlihat basah dan tetesan air hujan masih turun dari dedaunan. Tapi tampaknya udara dingin malam ini tak menyurutkan rasa senang seorang gadis muda yang tengah duduk di sebuah halte bus. Bukan untuk menunggu bus datang, karena sudah beberapa bus berhenti di hadapannya gadis itu masih saja tak beranjak dari duduknya. Ia menunggu seseorang yang sudah berjanji akan malam bersamanya.Aleeya tampak sesekali menoleh ke arah jalan sembari mengeratkan jaketnya agar rasa dingin yang mulai mengelitik permukaan kulit tubuhnya sedikit berkurang. Ia berharap seseorang yang ditunggu menampakkan dirinya.Gadis muda itu kembali memandang kembali ke arah ponsel untuk kesekian kalinya, berharap ada pesan di sana. Namun sepertinya nihil. Sudah beberapa pesan yang Aleeya kirim dan beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor seseorang itu, namun hanya suara
Saat ini keduanya tengah berada di depan sebuah supermarket. Aleeya membeli obat seadanya di sana. Aleeya pikir pria itu hanya menderita luka ringan. Namun sedari tadi saat Aleeya mencoba mengobatinya, pria itu justru selalu berteriak kesakitan. Bahkan belum sempat Aleeya mengoleskan salep, pria itu sudah menjerit. Rasa simpati Aleeya rasanya hilang, berubah menjadi kesal karena pria itu belum apa-apa sudah merengek. "Aduh! Kamu bisa pelan tidak, sih?" rumahnya untuk kesekian kalinya, membuat Aleeya memutar bola matanya jenggah. "Bisa tahan sedikit? Badan doang gede!" balas Aleeya sedikit kesal. Huh, beberapa saat yang lalu pria ini berlagak sok jago di depannya. Tapi saat ini justru seperti bayi. Pria itu mendengus."Ck, apa kamu sadar udah merusak wajah tampanku," ucapnya ketus setelah Aleeya selesai memoleskan salep di sudut kiri bibir pria itu. "A–apa?" pekik Aleeya yang terkejut mendengar ucapan pria itu. "Lihat ini!" tunjuknya pada sudut bibirnya. "Semua karenamu."Aleeya
Suasana hati Aleeya sedang tidak baik-baik saja, ia merasa marah dan kesal setelah melihat pemandangan menyakitkan mata di restoran tadi. Dan rasa kesal itu semakin berlanjut ketika pria muda yang menolongnya mengoceh sejak tadi. "Jadi, ini yang kamu katakan dengan makanan yang lebih enak dari steak?" ujar pria itu sembari menatap kesal ke arah Aleeya. Aleeya menghela nafasnya berat. Ia sudah mencoba untuk tidak meledak saat ini. "Bisakah kamu berhenti mengeluh? Uangku hanya cukup membelikanmu ini," ucap Aleeya.Namun tampaknya pria muda itu tak peduli. Ia justru tersenyum remeh menatap ke arah gadis yang sudah ia tolong itu. "Yak, aku bahkan sudah susah payah menolongmu. Ponselku rusak dan kamu lihat ini?" tunjuknya pada sudut bibir kirinya yang membiru. "Wajah tampanku jadi begini hanya untuk menolongmu!" sungut pria itu kesal. Ingin rasanya Aleeya mencakarnya saja. Apa ia benar-benar seorang pria? Bagaimana sedari tadi terus merengek seperti itu. "Itu akan sembuh dengan cepat,