Sedangkan di tempat lain, seorang gadis memakai jaket berwarna abu-abu begitu lahap memakan es krim yang ada di tangannya.
"Beruntung sekali supermarket cukup dekat sebelum cacing-cacing ini memakan usus dan lambungku," ujar gadis itu yang tak lain adalah Aleeya. Ia baru saja pulang dari supermarket untuk membeli beberapa bungkus mie instan dan juga es krim yang kini ia makan.Aleeya tidak bisa tidur karena perutnya kelaparan. Memang setelah kepergian dosennya sore tadi, gadis itu tak memakan apapun. Padahal tenaganya dikuras habis setelah 2 ronde percintaan panas dengan pak dosen. Hingga akhirnya, Aleeya harus merasa kelaparan di malam hari seperti ini.Wanita itu memasukkan kode apartemen yang sudah 6 bulan ia tinggali saat ini. Manggala Bimantara memintanya untuk tinggal di apartemen pria itu dengan alasan agar mudah jika pria itu membutuhkannya. Sialan sekali bukan?Pria itu pikir dirinya adalah ban serep yang digunakan jika ban utamanya kempes. Namun jika dipikir-pikir itulah Aleeya saat ini. Menjadi tempat pelarian Manggala Bimantara ketika pria itu mencari kebutuhan biologis yang tidak di dapat dari istrinya sendiri. Memikirkan berapa bodohnya ia saat ini hingga tak sadar jika ada seseorang yang menatapnya dengan pandangan tajam saat ini."Dari mana saja kau, Aleeya Saraswati?" ujar seseorang dengan suara berat dan terdengar dingin itu. Siapa lagi jika bukan pemilik apartemen, Manggala Bimantara.Aleeya terlonjak kaget, dan matanya terbelak."M–Mas?" ujar Aleeya yang sedikit ketakutan ketika melihat Gala sudah duduk di sofa apartemennya serta menatapnya tajam.Pria itu terlihat marah saat ini. Berdiri dari duduknya, lantas berjalan menghampiri muridnya itu."Bukankah sudah ku katakan jika jangan keluar malam-malam seperti ini, Aleeya Saraswati!" pekik Gala sedikit berteriak setelah ia berada di depan Aleeya.Gadis itu langsung menunduk takut. Mencengkeram erat ujung jaketnya karena merasa takut. "Mas, maaf. Aku hanya lapar," cicit gadis berusia 20 tahun itu.Mendengar ucapan dari gadis manis yang membuatnya cemas karena tak menemukannya di sudut manapun di apartemennya, lantas Manggala Bimantara menarik tubuh Aleeya. Membawanya ke dalam pelukannya."Maafkan aku, sayang. Aku hanya takut terjadi apa-apa padamu," ujar Gala menyesal atas apa yang ia lakukan pada gadisnya ini.Aleeya hanya mengangguk dalam pelukan dosennya itu. Tak lupa ia membalas pelukan hangat yang selalu memenangkan hatinya itu."Ngomong-ngomong kenapa Mas Gala datang lagi? Bagaimana dengan Mbak Bella?" ujar Aleeya ketika mengingat alasan pria itu meninggalkannya sore tadi."Kami bertengkar kembali, Aleeya." Ucap Gala sembari melepaskan pelukannya. Menatap Aleeya dengan raut wajah sendunya."Jadi, Mas Gala akan menginap malam ini?" ucap Aleeya yang mendadak senang.Gala terkekeh melihat bagaimana gadis berwajah bulat dan bergigi kelinci itu tersenyum senang. Tak beberapa lama kemudian Gala menganggukkan kepalanya.Melihat gadis di hadapannya ini tertawa seperti itu, entah mengapa membuat hati Gala jauh merasa lebih tenang dan nyaman."Kalau begitu ingin makan indomie goreng bersamaku?" tanya Aleeya sekali lagi dengan mata binarnya.Gala tampak berpikir sejenak. Pria itu tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya. Hidungnya bersentuhan milik gadis manis di depannya ini."Bagaimana jika aku memakanmu saja, hm?" ujar Gala sembari mengedipkan matanya.Mata Aleeya membulat sempurna. Lantas dirinya mendorong tubuh Gala agar sedikit menjauh darinya."Mesum!" pekik gadis itu kesal. "Aku lapar, Mas." Rengek Aleeya sembari mengerucutkan bibirnya lucu. Yang benar saja jika ia harus kembali bertukar peluh dengan Gala yang kelebihan hormon itu. Bisa pingsan!Gala tertawa, senyum kotaknya terbit melihat bagaimana lucunya gadis di hadapannya itu."Aku hanya bercanda, sayangku." Balas Gala sembari mengusap puncak kepala gadis yang 10 tahun lebih muda darinya itu."Kalau begitu tunggu sebentar aku akan memasak mie ini untuk kita," ucap Aleeya dengan senang.Gala hanya membalas dengan anggukan. Setelah mendapat persetujuan dari sang pria, lantas Aleeya pun bergerak menuju arah dapur untuk memasak mie goreng.****Gala menunggu Aleeya sembari menonton TV. Namun di saat dirinya ingin fokus pada acara yang menayangkan sebuah variety show di hadapannya kini, ponselnya berbunyi.Perasaan kecewa yang hilang beberapa menit yang lalu kini kembali lagi setelah Gala membaca siapa ID yang menelepon dirinya.Gala berdiri dari duduknya, berjalan ke tempat agak jauh dari dapur."Ada apa?" ujar Gala dengan malas ketika ia tahu yang meneleponnya adalah Bella."M–Mas," lirih Bella dari seberang sana. Membuat Gala membelakkan matanya ketika mendengar suara sang istri yang terdengar lemah."Bella sayang? Kau baik-baik saja?" ucap Gala yang terlihat cemas saat ini."A-Aku takut," ujar Nabella Danilla sekali lagi."Kau masih di rumah bukan? Tunggu aku! Aku akan segera pulang," ucap Gala semakin panik. Setelah mengakhiri panggilan bersama sang istri, lantas pria itu mulai bergerak mengambil mantel dan kunci mobilnya. Pergi begitu saja keluar dari apartemen miliknya. Meninggalkan seseorang yang kini terlihat senang dengan masakannya.Aleeya tersenyum lebar, ini adalah mie goreng tercantik yang pernah ia buat. Dengan hiasan daun bawang, telur dan beberapa bahan lainnya membuat tampilan mie goreng itu tampak menggiurkan. Ia pun berjalan menuju ke tempat Gala dengan senyum yang mengembang."Mas, maaf menunggu la-..." Ucapan gadis itu terhenti manakala tak melihat siapapun di ruang TV. Aleeya meletakkan mie goreng buatannya."Mas Gala? Kau di mana?" teriak Aleeya yang mulai mencari Gala ke mana-mana.Setelah beberapa saat ia mencari namun hasilnya tetap nihil. Pria itu tak menampakkan diri sama sekali. Atau mungkinkah Gala tengah membeli sesuatu? Pikir Aleeya dalam hatinya.Gadis itu mengeluarkan ponselnya, mencoba mendial nomor milik sang pria berkali-kali, namun tetap saja pria itu tak menjawabnya.Aleeya memutuskan untuk menunggu Gala. Siapa tahu pria itu akan datang beberapa saat lagi.Sudah hampir dua jam lamanya Gala tak memunculkan dirinya. Tak menjawab pesan ataupun mengangkat panggilannya. Aleeya menoleh, mie goreng yang ia masak sudah dingin dan memadat, bahkan sebagian tampak kering. Wanita itu menghela nafas beratnya. Mungkin ia harus makan lebih dulu. Namun di saat dirinya ingin mengambil piring sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.'Maaf, aku harus pulang. Istriku membutuhkanku, jangan tidur terlalu larut.' Tulis sebuah pesan di ponsel Aleeya.Aleeya terkekeh, kekehan itu lama kelamaan menjadi sebuah gelak tawa. Tawa yang terasa sesak dan berganti dengan suara isakan yang keluar dari mulut gadis manis itu.Rasa bahagia yang Aleeya rasakan beberapa saat yang lalu, kini berubah menjadi sesak yang mencekat hingga kerongkongannya.Gala berjalan cepat menuju rumahnya. Raut panik tercetak jelas di wajah tampannya."Nabella! Kamu di mana, sayang?" ujar Gala sembari menengok ke sana kemari untuk menemukan sang istri. "Astaga! Bella!" pekik pria itu ketika mendapati sang istri masih di dalam kamar mandi dengan posisi memeluk erat lututnya di bawah shower. Meringkuk dengan wajah pucatnya.Dengan cepat Manggala Bimantara mematikan shower dan mengambil handuk. Melilitkan pada tubuh sang istri yang kini mengigil kedinginan. "Bel, kamu tidak apa-apa?" ujar Gala yang merasa bersalah karena telah meninggalkan Bella sendirian begitu saja. Bibir tipis dan pucat itu mulai sedikit terbuka."D–dingin," ujar Bella. Tanpa pikir lama lagi Gala segera mengangkat tubuh istrinya. Membawanya keluar, lalu meletakkan tubuh Bella di atas ranjang. Berjalan cepat ke arah walk in closed untuk mengambil baju hangat untuk istrinya itu. Manggala Bimantara, pria itu terlihat sangat telaten dan lembut merawat sangat istri. Membuatkan teh ha
Udara cukup dingin malam ini, hujan deras mengguyur kota Jakarta tadi sore selama beberapa jam lamanya. Bahkan hingga malam ini aspal jalan pun masih terlihat basah dan tetesan air hujan masih turun dari dedaunan. Tapi tampaknya udara dingin malam ini tak menyurutkan rasa senang seorang gadis muda yang tengah duduk di sebuah halte bus. Bukan untuk menunggu bus datang, karena sudah beberapa bus berhenti di hadapannya gadis itu masih saja tak beranjak dari duduknya. Ia menunggu seseorang yang sudah berjanji akan malam bersamanya.Aleeya tampak sesekali menoleh ke arah jalan sembari mengeratkan jaketnya agar rasa dingin yang mulai mengelitik permukaan kulit tubuhnya sedikit berkurang. Ia berharap seseorang yang ditunggu menampakkan dirinya.Gadis muda itu kembali memandang kembali ke arah ponsel untuk kesekian kalinya, berharap ada pesan di sana. Namun sepertinya nihil. Sudah beberapa pesan yang Aleeya kirim dan beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor seseorang itu, namun hanya suara
Saat ini keduanya tengah berada di depan sebuah supermarket. Aleeya membeli obat seadanya di sana. Aleeya pikir pria itu hanya menderita luka ringan. Namun sedari tadi saat Aleeya mencoba mengobatinya, pria itu justru selalu berteriak kesakitan. Bahkan belum sempat Aleeya mengoleskan salep, pria itu sudah menjerit. Rasa simpati Aleeya rasanya hilang, berubah menjadi kesal karena pria itu belum apa-apa sudah merengek. "Aduh! Kamu bisa pelan tidak, sih?" rumahnya untuk kesekian kalinya, membuat Aleeya memutar bola matanya jenggah. "Bisa tahan sedikit? Badan doang gede!" balas Aleeya sedikit kesal. Huh, beberapa saat yang lalu pria ini berlagak sok jago di depannya. Tapi saat ini justru seperti bayi. Pria itu mendengus."Ck, apa kamu sadar udah merusak wajah tampanku," ucapnya ketus setelah Aleeya selesai memoleskan salep di sudut kiri bibir pria itu. "A–apa?" pekik Aleeya yang terkejut mendengar ucapan pria itu. "Lihat ini!" tunjuknya pada sudut bibirnya. "Semua karenamu."Aleeya
Suasana hati Aleeya sedang tidak baik-baik saja, ia merasa marah dan kesal setelah melihat pemandangan menyakitkan mata di restoran tadi. Dan rasa kesal itu semakin berlanjut ketika pria muda yang menolongnya mengoceh sejak tadi. "Jadi, ini yang kamu katakan dengan makanan yang lebih enak dari steak?" ujar pria itu sembari menatap kesal ke arah Aleeya. Aleeya menghela nafasnya berat. Ia sudah mencoba untuk tidak meledak saat ini. "Bisakah kamu berhenti mengeluh? Uangku hanya cukup membelikanmu ini," ucap Aleeya.Namun tampaknya pria muda itu tak peduli. Ia justru tersenyum remeh menatap ke arah gadis yang sudah ia tolong itu. "Yak, aku bahkan sudah susah payah menolongmu. Ponselku rusak dan kamu lihat ini?" tunjuknya pada sudut bibir kirinya yang membiru. "Wajah tampanku jadi begini hanya untuk menolongmu!" sungut pria itu kesal. Ingin rasanya Aleeya mencakarnya saja. Apa ia benar-benar seorang pria? Bagaimana sedari tadi terus merengek seperti itu. "Itu akan sembuh dengan cepat,
note : di sini panggilan kamu aku ubah jadi kau, ya^^●○●○●○●○"BERTEMU SIAPA KAU HINGGA PULANG SELARUT INI, ALEEYA!"Suara berat dan dingin itu terdengar menggelegar hingga penjuru apartemen. Membuat seseorang yang ada di hadapannya pun terlonjak kaget bahkan kini wajah gadis itu terlihat ketakutan. Ini adalah pertama kalinya, Manggala Bimantara berbicara sekeras itu pada Aleeya. Jantung Aleeya berdegup kencang, bahkan ia tak mampu untuk sekedar menatap mata dosennya itu. Gadis itu meremas ujung bajunya. Gala terlihat marah saat ini padanya. Suasana sekitarnya pun mulai terasa mencekam.Bagaiamana tidak? Manggala Bimantara terlihat ingin melahapnya hidup-hidup saat ini. Aleeya menenguk ludahnya susah payah, bibirnya sedikit bergetar dan suaranya nyaris menghilang karena terlalu takut. "M–mas, maaf tadi aku-.." Ucapan Aleeya kembali terpotong ketika Gala menyela ucapannya. Pria itu terlihat menyeramkan saat ini. Tatapannya dingin, tajam dan marah. "Apa kau seperti ini saat aku
Bella akan berangkat ke Tokyo hari ini, kini dirinya dan Manggala tengah berada di ruang tunggu keberangkatan.Sedari tadi Bella merasa ada yang yang aneh dengan suaminya itu. Sejak kepulangannya semalam, raut wajah pria itu terlihat gusar dan sedikit kacau. Jika biasanya Manggala selalu bermanjaan padanya sebelum ia kembali bekerja, namun kali ini suaminya itu sama sekali tak mencoba mencegahnya. Bahkan terkesan mengabaikannya dan sibuk pada ponselnya. "Mas," panggil Bella mencoba mengajak berbicara sang suami yang sibuk dengan pikirannya itu. Namun tetap saja Manggala Bimantara hanya diam tak menanggapi. Pria itu masih sibuk mengetik pesan di ponselnya. "Mas!" ujar Bella yang mulai jenggah karena sang suami tak kunjung menjawabnya. Manggala tersentak dengan pekikan sang istri. Membuatnya menoleh dan melihat istrinya yang kesal. "Oh, ya ada apa, Bel?" ujar Manggala sedikit kikuk, ia sungguh tidak sadar jika Bella memanggilnya berkali-kali. "Kau ada masalah?" tanya Bella terdenga
cw//eksplisit content ***** Tubuh Gala menegang. Tunggu apa yang ia baru saja dengar? Wanitanya ini meminta untuk mengakhiri semuanya? Bersamanya? Sial, kenal rasanya mendadak jadi begitu sesak seperti ini. Ia terdiam, hingga sepersekian detik berikutnya sebuah senyum remeh tercipta dari bibir pria itu. Sialan! Umpatnya dalam hati. Ia marah, emosinya mendadak naik pitam. Kepalanya mendadak terasa pening. "Kata siapa kamu bisa mengakhirinya begitu saja?" tanya pria itu dengan sorot mata yang dingin dan datarnya. Rahangnya nampak tegas. Guratan rasa amarah dan takut akan kehilangan mendadak menyatu. Aleeya yang semula tampak tegar, kini merasa takut atas tatapan mengintimidasi pria itu. Seperti ia baru saja membangunkan singa jantan dari tidur nyenyaknya. "A-aku-" ucapan Aleeya terbata akibat suaranya yang setengah bergetar. "K-kita harus mengakhirinya, Pak. Aku tidak mau melukai hati istrimu terus menerus." Mendengar itu lantas Manggala Bimantara justru terkekeh sinis. "Dia tidak
cw//eksplisit content ***** Tubuh Gala menegang. Tunggu apa yang ia baru saja dengar? Wanitanya ini meminta untuk mengakhiri semuanya? Bersamanya? Sial, kenal rasanya mendadak jadi begitu sesak seperti ini. Ia terdiam, hingga sepersekian detik berikutnya sebuah senyum remeh tercipta dari bibir pria itu. Sialan! Umpatnya dalam hati. Ia marah, emosinya mendadak naik pitam. Kepalanya mendadak terasa pening. "Kata siapa kamu bisa mengakhirinya begitu saja?" tanya pria itu dengan sorot mata yang dingin dan datarnya. Rahangnya nampak tegas. Guratan rasa amarah dan takut akan kehilangan mendadak menyatu. Aleeya yang semula tampak tegar, kini merasa takut atas tatapan mengintimidasi pria itu. Seperti ia baru saja membangunkan singa jantan dari tidur nyenyaknya. "A-aku-" ucapan Aleeya terbata akibat suaranya yang setengah bergetar. "K-kita harus mengakhirinya, Pak. Aku tidak mau melukai hati istrimu terus menerus." Mendengar itu lantas Manggala Bimantara justru terkekeh sinis. "Dia tidak