Share

05. Mie Yang Kering

Sedangkan di tempat lain, seorang gadis memakai jaket berwarna abu-abu begitu lahap memakan es krim yang ada di tangannya.

"Beruntung sekali supermarket cukup dekat sebelum cacing-cacing ini memakan usus dan lambungku," ujar gadis itu yang tak lain adalah Aleeya. Ia baru saja pulang dari supermarket untuk membeli beberapa bungkus mie instan dan juga es krim yang kini ia makan.

Aleeya tidak bisa tidur karena perutnya kelaparan. Memang setelah kepergian dosennya sore tadi, gadis itu tak memakan apapun. Padahal tenaganya dikuras habis setelah 2 ronde percintaan panas dengan pak dosen. Hingga akhirnya, Aleeya harus merasa kelaparan di malam hari seperti ini.

Wanita itu memasukkan kode apartemen yang sudah 6 bulan ia tinggali saat ini. Manggala Bimantara memintanya untuk tinggal di apartemen pria itu dengan alasan agar mudah jika pria itu membutuhkannya. Sialan sekali bukan?

Pria itu pikir dirinya adalah ban serep yang digunakan jika ban utamanya kempes. Namun jika dipikir-pikir itulah Aleeya saat ini. Menjadi tempat pelarian Manggala Bimantara ketika pria itu mencari kebutuhan biologis yang tidak di dapat dari istrinya sendiri. Memikirkan berapa bodohnya ia saat ini hingga tak sadar jika ada seseorang yang menatapnya dengan pandangan tajam saat ini.

"Dari mana saja kau, Aleeya Saraswati?" ujar seseorang dengan suara berat dan terdengar dingin itu. Siapa lagi jika bukan pemilik apartemen, Manggala Bimantara.

Aleeya terlonjak kaget, dan matanya terbelak.

"M–Mas?" ujar Aleeya yang sedikit ketakutan ketika melihat Gala sudah duduk di sofa apartemennya serta menatapnya tajam.

Pria itu terlihat marah saat ini. Berdiri dari duduknya, lantas berjalan menghampiri muridnya itu.

"Bukankah sudah ku katakan jika jangan keluar malam-malam seperti ini, Aleeya Saraswati!" pekik Gala sedikit berteriak setelah ia berada di depan Aleeya.

Gadis itu langsung menunduk takut. Mencengkeram erat ujung jaketnya karena merasa takut. "Mas, maaf. Aku hanya lapar," cicit gadis berusia 20 tahun itu.

Mendengar ucapan dari gadis manis yang membuatnya cemas karena tak menemukannya di sudut manapun di apartemennya, lantas Manggala Bimantara menarik tubuh Aleeya. Membawanya ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku, sayang. Aku hanya takut terjadi apa-apa padamu," ujar Gala menyesal atas apa yang ia lakukan pada gadisnya ini.

Aleeya hanya mengangguk dalam pelukan dosennya itu. Tak lupa ia membalas pelukan hangat yang selalu memenangkan hatinya itu.

"Ngomong-ngomong kenapa Mas Gala datang lagi? Bagaimana dengan Mbak Bella?" ujar Aleeya ketika mengingat alasan pria itu meninggalkannya sore tadi.

"Kami bertengkar kembali, Aleeya." Ucap Gala sembari melepaskan pelukannya. Menatap Aleeya dengan raut wajah sendunya.

"Jadi, Mas Gala akan menginap malam ini?" ucap Aleeya yang mendadak senang.

Gala terkekeh melihat bagaimana gadis berwajah bulat dan bergigi kelinci itu tersenyum senang. Tak beberapa lama kemudian Gala menganggukkan kepalanya.

Melihat gadis di hadapannya ini tertawa seperti itu, entah mengapa membuat hati Gala jauh merasa lebih tenang dan nyaman.

"Kalau begitu ingin makan indomie goreng bersamaku?" tanya Aleeya sekali lagi dengan mata binarnya.

Gala tampak berpikir sejenak. Pria itu tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya. Hidungnya bersentuhan milik gadis manis di depannya ini.

"Bagaimana jika aku memakanmu saja, hm?" ujar Gala sembari mengedipkan matanya.

Mata Aleeya membulat sempurna. Lantas dirinya mendorong tubuh Gala agar sedikit menjauh darinya.

"Mesum!" pekik gadis itu kesal. "Aku lapar, Mas." Rengek Aleeya sembari mengerucutkan bibirnya lucu. Yang benar saja jika ia harus kembali bertukar peluh dengan Gala yang kelebihan hormon itu. Bisa pingsan!

Gala tertawa, senyum kotaknya terbit melihat bagaimana lucunya gadis di hadapannya itu.

"Aku hanya bercanda, sayangku." Balas Gala sembari mengusap puncak kepala gadis yang 10 tahun lebih muda darinya itu.

"Kalau begitu tunggu sebentar aku akan memasak mie ini untuk kita," ucap Aleeya dengan senang.

Gala hanya membalas dengan anggukan. Setelah mendapat persetujuan dari sang pria, lantas Aleeya pun bergerak menuju arah dapur untuk memasak mie goreng.

****

Gala menunggu Aleeya sembari menonton TV. Namun di saat dirinya ingin fokus pada acara yang menayangkan sebuah variety show di hadapannya kini, ponselnya berbunyi.

Perasaan kecewa yang hilang beberapa menit yang lalu kini kembali lagi setelah Gala membaca siapa ID yang menelepon dirinya.

Gala berdiri dari duduknya, berjalan ke tempat agak jauh dari dapur.

"Ada apa?" ujar Gala dengan malas ketika ia tahu yang meneleponnya adalah Bella.

"M–Mas," lirih Bella dari seberang sana. Membuat Gala membelakkan matanya ketika mendengar suara sang istri yang terdengar lemah.

"Bella sayang? Kau baik-baik saja?" ucap Gala yang terlihat cemas saat ini.

"A-Aku takut," ujar Nabella Danilla sekali lagi.

"Kau masih di rumah bukan? Tunggu aku! Aku akan segera pulang," ucap Gala semakin panik. Setelah mengakhiri panggilan bersama sang istri, lantas pria itu mulai bergerak mengambil mantel dan kunci mobilnya. Pergi begitu saja keluar dari apartemen miliknya. Meninggalkan seseorang yang kini terlihat senang dengan masakannya.

Aleeya tersenyum lebar, ini adalah mie goreng tercantik yang pernah ia buat. Dengan hiasan daun bawang, telur dan beberapa bahan lainnya membuat tampilan mie goreng itu tampak menggiurkan. Ia pun berjalan menuju ke tempat Gala dengan senyum yang mengembang.

"Mas, maaf menunggu la-..." Ucapan gadis itu terhenti manakala tak melihat siapapun di ruang TV. Aleeya meletakkan mie goreng buatannya.

"Mas Gala? Kau di mana?" teriak Aleeya yang mulai mencari Gala ke mana-mana.

Setelah beberapa saat ia mencari namun hasilnya tetap nihil. Pria itu tak menampakkan diri sama sekali. Atau mungkinkah Gala tengah membeli sesuatu? Pikir Aleeya dalam hatinya.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya, mencoba mendial nomor milik sang pria berkali-kali, namun tetap saja pria itu tak menjawabnya.

Aleeya memutuskan untuk menunggu Gala. Siapa tahu pria itu akan datang beberapa saat lagi.

Sudah hampir dua jam lamanya Gala tak memunculkan dirinya. Tak menjawab pesan ataupun mengangkat panggilannya. Aleeya menoleh, mie goreng yang ia masak sudah dingin dan memadat, bahkan sebagian tampak kering. Wanita itu menghela nafas beratnya. Mungkin ia harus makan lebih dulu. Namun di saat dirinya ingin mengambil piring sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya.

'Maaf, aku harus pulang. Istriku membutuhkanku, jangan tidur terlalu larut.' Tulis sebuah pesan di ponsel Aleeya.

Aleeya terkekeh, kekehan itu lama kelamaan menjadi sebuah gelak tawa. Tawa yang terasa sesak dan berganti dengan suara isakan yang keluar dari mulut gadis manis itu.

Rasa bahagia yang Aleeya rasakan beberapa saat yang lalu, kini berubah menjadi sesak yang mencekat hingga kerongkongannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status