Tak ada wanita yang mau dicap sebagai murahan, meskipun ia adalah seorang jalang sekalipun. Termasuk seorang gadis muda yang kini tengah berada dalam dekapan hangat lengan kekar seorang pria tampan yang berstatus sebagai dosennya sendiri. Bahkan nafas pria itu terdengar terengah di cerukan lehernya saat ini.
Jika semesta tak memberikan beban hidup seberat ini padanya, Aleeya tidak akan pernah mau mengambil jalan tengah yang terlihat hina seperti ini. Menyerahkan mahkotanya pada dosennya sendiri. Ck, takdir gila macam apa yang ia jalani saat ini?Berawal dari pernikahan sang ibu dengan seorang pria. Kehidupan Aleeya Saraswati rasanya mulai jungkir balik. Dulu, yang awalnya ia sama sekali tak merasa kesulitan dalam meminta apapun, kini semuanya berubah sejak 5 tahun terakhir. Sang ayah tiri nyatanya telah membohongi ibunya. Menjual butik milik sang ibu demi membangun sebuah kelab malam.Aleeya tidak menyalahkan sang ibu karena salah memilih pria. Namun, Aleeya lebih menyalahkan takdir yang tak ada manis-manisnya sama sekali kepada dirinya. Mengapa semesta suka sekali melihat ia sengsara?Bagaimana tidak, setelah mendapatkan uang dari menjual butik milik sang ibu. Ayah tirinya melupakan mereka. Ibunya harus kembali berjuang sendiri untuk bertahan hidup seadanya. Dua tahun yang lalu, Aleeya menemukan sang ibu batuk hingga muntah darah, membawanya ke rumah sakit dan mendapatkan vonis jika sang ibu mengidap kanker paru–paru stadium 2. Ibunya bukan seorang perokok hebat, namun terlalu sering berada di lingkungan yang dipenuhi asap rokok dapat memicu munculnya penyakit itu.Mencoba pekerjaan paruh waktu, namun hasilnya sama sekali tak bisa membantunya. Ia baru 17 tahun saat itu, banyak lowongan pekerjaan yang menolaknya karena terlalu muda dan masih sekolah. Hingga akhirnya, Aleeya memberanikan diri mendatangi sang ayah tiri. Awalnya, cacian dan makian yang selalu ia terima. Namun, Aleeya tak menyerah hingga sang ayah tiri menawarkan hal gila padanya. Bekerja layaknya seorang jalang, mengantar minuman hingga memuaskan pria–pria haus belaian.Bisa dikatakan beruntung atau tidak, karena Aleeya hanya boleh melayani pelanggan dengan batasan tertentu saja. Ia tidak pernah melayani pelanggan sampai ke inti permainan. Namun, melakukan hal seperti itu juga tak mudah terlebih lagi ia sama sekali tidak tahu. Menonton film blue saja ia tak pernah.Seringkali Aleeya mendapatkan paksaan untuk melakukan hal lebih. Bahkan ada beberapa pelanggan yang memukulnya atau bahkan menendangnya jika ia tak mau dan berusaha berontak.Namun, pada akhirnya mahkota milik Aleeya pun menghilang juga. Semenjak malam itu, malam di mana ia tertangkap basah oleh sang dosen. Kegilaan kedua dalam hidupnya dimulai. Bagaimana ia tergiur dengan ucapan Manggala Bimantara setelah ia memuaskan pria itu."Mulai saat ini, kamu tidak perlu bekerja lagi di kelab malam milik ayah tirimu. Aku yang akan membiayai seluruh kebutuhan hidupmu. Asal kamu bersamaku." Ucapan itu adalah sebuah mantra sialan yang membuatnya berakhir menjalin hubungan gelap bersama pria beristri.Pada mulanya, Aleeya berpikir jika Tuhan sedang baik padanya dan ia akan diadopsi atau pun mendapatkan pekerjaan tambahan dengan gaji yang layak. Namun kenyataannya, ia hanya dijadikan pelarian oleh pria itu. Pelarian sebagai pemenuh kebutuhan biologisnya. Bahkan status Aleeya juga berubah saat ini, dari wanita jalang menjadi wanita simpanan. Atau orang-orang biasa menyebutnya sebagai pelakor. Ah, tidak! Mungkin lebih pantas disebut sebagai sugar baby? Karena Aleeya selalu mendapatkan uang sekaligus barang mahal dari Manggala.*****Setelah saling terdiam masing-masing untuk mengistirahatkan diri dari kegiatan menguras tenaga mereka beberapa waktu yang lalu. Akhirnya suara berat itu kembali terdengar."Ku masuki sekali lagi, ya? Akan aku bayar lebih," ujar Gala sembari menatap penuh harap pada gadis yang ada di sampingnya ini.Entah sihir apa yang pria itu berikan padanya, Aleeya hanya menganggukkan kepala. Memberi lampu hijau pada sang dosen untuk kembali mencari kenikmatan pada kegiatan mereka.Mungkin orang-orang menyebutnya tolol dan bodoh. Namun, jika boleh jujur Aleeya sangat menyukai bagaimana otot bisep, perut kotak, dan paha keras milik pria itu berada di atasnya.Katakan saja jika Aleeya sudah gila. Karena sangat menyukai bagaimana ia mendengar pria itu mengerang nikmat di atasnya. Bahkan pelukan hangat yang selalu pria itu berikan rasanya membuatnya tenang dan ia merasa dilindungi meskipun Aleeya sangat sadar jika apa yang ia lakukan adalah kesalahan besar.Yang awalnya hanya sekedar coba-coba sekarang berubah menjadi sebuah rutinitas yang bahkan tak bisa Aleeya hitung sudah ke berapa kalinya ia dan Gala berbagi peluh seperti ini.*****Ronde kedua setelah pulang kuliah pun akhirnya selesai juga satu jam yang lalu. Pria yang berusia tujuh tahun di atasnya itu terlihat sexy dengan rambut basah serta tubuh tegapnya yang hanya dibalut handuk melingkar di pinggangnya."Mas Gala, kamu ingin ke mana?" ujar Aleeya ketika melihat Gala baru saja keluar dari kamar mandi. Sedangkan Aleeya, ia masih bergulung bersama selimut tebalnya. Ya, semenjak keduanya memutuskan untuk saling berbagi ranjang. Gala memintanya untuk memanggil dengan sebutan 'Mas'. Romantis sekali, bukan?Gala tersenyum sejenak ketika mendapati sang gadis sudah bangun dan kini sedang menatapnya. Ia berjalan mendekat ke arah gadis yang sudah enam bulan ini menjadi tempat memuaskan hasrat dan menghilangkan penatnya. Bahkan Gala sudah tidak pernah bermain dengan jalang manapun setelah ia bersama dengan Aleeya.Pria berahang tegas itu menundukkan kepalanya, mengecup bibir Aleeya sekilas lalu mengusap lembut pipi tembam gadis itu."Kamu sudah bangun, by?" ujarnya sembari tersenyum simpul.Aleeya hanya menganggukkan kepalanya."Ingin ke mana?" tanya gadis manis itu sekali lagi."Aku harus ke bandara. Bella pulang malam pulang ini," ujar Gala dengan sorot mata yang tersimpan kerinduan di sana. Tentu saja, mana ada suami yang tidak rindu dengan istrinya sendiri.Entah mengapa mendapat jawaban dari Gala kali ini membuat Aleeya menekuk wajahnya. Muncul rasa tidak rela di ulu hatinya, padahal ini bukan pertama kalinya Gala mengatakan akan menjemput sang istri.Melihat perubahan pada wajah Aleeya, lantas Gala pun menangkup ke dua pipi bulat itu."Hey, jangan menekuk wajahmu seperti itu." Balas Gala jadi merasa bersalah.Sedangkan gadis dihadapannya itu hanya membalas dengan senyum tipisnya. "Aku kira Mas Gala akan menginap malam ini."Gala terkekeh pelan, mengecup bibir milik gadis manis yang sudah menjadi bagian dari dirinya itu cukup lama."Aku juga rindu istriku, babygirl." Ujar Gala setelah melepaskan ciuman itu.Aleeya hanya terdiam di tempatnya, memperhatikan bagaimana sang dosen tengah bersiap dengan pakaiannya. Satu kalimat Gala yang seakan menamparnya, jika dirinya hanya pelarian pria itu. Hanya tempat pria itu singgah, bukan tempatnya untuk menetap.Gala sudah rapi dengan pakaian formalnya. Menghampiri Aleeya sejenak dan mengecup kening gadis yang masih saja diam itu."Aku pulang dulu ya. Jangan kemana-mana dan jangan lupa kerjakan tugas kuliahmu," ujar pria itu yang kemudian langsung keluar dari kamar tanpa menunggu jawaban dari gadis yang sedari tadi mencoba mati-matian rasa sesak yang seharusnya tak boleh ada dalam hatinya.Tak lama setelahnya, ponsel Aleeya berbunyi. Muncul sebuah notifikasi di akun m-banking miliknya jika ada uang masuk ke dalam rekeningnya. Pria itu benar-benar membuktikan ucapannya, membayarnya lebih. Bahkan jauh lebih banyak dari apa yang ayah tirinya berikan dulu. Kini ia tak kesulitan membayar perawatan sang ibu. Tak kesulitan dalam mencari makan hingga biaya kampusnya. Manggala Bimantara bahkan memberikan akses apartemen mewah milik pria itu pada dirinya.Aleeya mengusap wajahnya dan tersenyum miris pada dirinya sendiri, perasaan yang seharusnya tak boleh ada kini seakan mengusai seluruh akal warasnya. Enam bulan bersama dan nyaris menghabiskan waktu bersama di setiap malam nyatanya sudah menimbulkan benih-benih rasa ingin memiliki lebih dari seorang Aleeya Saraswati.****"Mas!" pekik seorang wanita dewasa yang terlihat sangat cantik dengan pakaian yang ia gunakan. Gadis berambut panjang, bergelombang itu berlari menuju ke arah seorang pria yang sudah merentangkan tangan untuk menyambut kedatangannya."Kangen banget," ujar wanita itu terdengar manja dalam pelukan hangat milik prianya.Gala terkekeh melihat betapa manjanya wanita itu padanya. Mengecup bibir sang istri sekilas lantas Manggala Bimantara membalas ucapan rindu milik wanitanya itu."Aku juga merindukanmu, Bel." Ujar Gala tak berbohong.Keduanya saling berpelukan hangat dan mesra, membuat beberapa orang disekitar mereka merasa iri sekaligus takjub pada pasangan yang Nampak serasi itu."Ingin langsung pulang?" ujar Gala sembari menatap wanita yang sudah lama tak ia lihat secara langsung itu.Dengan cepat wanita yang bernama Bella itu mengangguk."Aku ingin berendam, Mas. Tubuhku pegal sekali setelah perjalanan panjang dari LA," ucapnya sembari memanyunkan bibirnya.Gala tertawa kecil melihat raut wajah istrinya itu."Baiklah, aku juga akan memijitmu nanti."Kegiatan pijit memijit telah berakhir 10 menit yang lalu. Kini, sepasang suami istri itu tengah menikmati waktu mereka sembari berendam bersama di dalam bath up yang berisi gumpalan busa di permukaannya. Sesekali sang pria mendaratkan kecupannya di bahu cantik milik wanitanya itu. Sedangkan sang wanita tampak tenang bersandar pada dada bidang milik suaminya itu sembari tangannya asik bermain busa. "Bagaimana pekerjaanmu di LA, Sayang?" ujar Manggala Bimantara sembari memeluk istrinya begitu posesif dari belakang. Pria itu menarik tengkuk Bella agar menghadap pada dirinya, mengecup bibir wanitanya itu cukup lama. "Hm, seperti biasa. Cukup melelahkan," ujar Bella tersenyum manis setelah Gala melepaskan kecupannya. Mendengar jawaban itu, membuat Manggala Bimantara memasang wajah sedikit kesalnya. "Jangan memaksa dirimu, Bel. Kau juga harus beristirahat," ujar Gala yang tidak suka mendengar jika istrinya itu kelelahan. Bella mendongakkan kepalanya, melihat raut wajah kesal sa
Sedangkan di tempat lain, seorang gadis memakai jaket berwarna abu-abu begitu lahap memakan es krim yang ada di tangannya. "Beruntung sekali supermarket cukup dekat sebelum cacing-cacing ini memakan usus dan lambungku," ujar gadis itu yang tak lain adalah Aleeya. Ia baru saja pulang dari supermarket untuk membeli beberapa bungkus mie instan dan juga es krim yang kini ia makan. Aleeya tidak bisa tidur karena perutnya kelaparan. Memang setelah kepergian dosennya sore tadi, gadis itu tak memakan apapun. Padahal tenaganya dikuras habis setelah 2 ronde percintaan panas dengan pak dosen. Hingga akhirnya, Aleeya harus merasa kelaparan di malam hari seperti ini. Wanita itu memasukkan kode apartemen yang sudah 6 bulan ia tinggali saat ini. Manggala Bimantara memintanya untuk tinggal di apartemen pria itu dengan alasan agar mudah jika pria itu membutuhkannya. Sialan sekali bukan? Pria itu pikir dirinya adalah ban serep yang digunakan jika ban utamanya kempes. Namun jika dipikir-pikir it
Gala berjalan cepat menuju rumahnya. Raut panik tercetak jelas di wajah tampannya."Nabella! Kamu di mana, sayang?" ujar Gala sembari menengok ke sana kemari untuk menemukan sang istri. "Astaga! Bella!" pekik pria itu ketika mendapati sang istri masih di dalam kamar mandi dengan posisi memeluk erat lututnya di bawah shower. Meringkuk dengan wajah pucatnya.Dengan cepat Manggala Bimantara mematikan shower dan mengambil handuk. Melilitkan pada tubuh sang istri yang kini mengigil kedinginan. "Bel, kamu tidak apa-apa?" ujar Gala yang merasa bersalah karena telah meninggalkan Bella sendirian begitu saja. Bibir tipis dan pucat itu mulai sedikit terbuka."D–dingin," ujar Bella. Tanpa pikir lama lagi Gala segera mengangkat tubuh istrinya. Membawanya keluar, lalu meletakkan tubuh Bella di atas ranjang. Berjalan cepat ke arah walk in closed untuk mengambil baju hangat untuk istrinya itu. Manggala Bimantara, pria itu terlihat sangat telaten dan lembut merawat sangat istri. Membuatkan teh ha
Udara cukup dingin malam ini, hujan deras mengguyur kota Jakarta tadi sore selama beberapa jam lamanya. Bahkan hingga malam ini aspal jalan pun masih terlihat basah dan tetesan air hujan masih turun dari dedaunan. Tapi tampaknya udara dingin malam ini tak menyurutkan rasa senang seorang gadis muda yang tengah duduk di sebuah halte bus. Bukan untuk menunggu bus datang, karena sudah beberapa bus berhenti di hadapannya gadis itu masih saja tak beranjak dari duduknya. Ia menunggu seseorang yang sudah berjanji akan malam bersamanya.Aleeya tampak sesekali menoleh ke arah jalan sembari mengeratkan jaketnya agar rasa dingin yang mulai mengelitik permukaan kulit tubuhnya sedikit berkurang. Ia berharap seseorang yang ditunggu menampakkan dirinya.Gadis muda itu kembali memandang kembali ke arah ponsel untuk kesekian kalinya, berharap ada pesan di sana. Namun sepertinya nihil. Sudah beberapa pesan yang Aleeya kirim dan beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor seseorang itu, namun hanya suara
Saat ini keduanya tengah berada di depan sebuah supermarket. Aleeya membeli obat seadanya di sana. Aleeya pikir pria itu hanya menderita luka ringan. Namun sedari tadi saat Aleeya mencoba mengobatinya, pria itu justru selalu berteriak kesakitan. Bahkan belum sempat Aleeya mengoleskan salep, pria itu sudah menjerit. Rasa simpati Aleeya rasanya hilang, berubah menjadi kesal karena pria itu belum apa-apa sudah merengek. "Aduh! Kamu bisa pelan tidak, sih?" rumahnya untuk kesekian kalinya, membuat Aleeya memutar bola matanya jenggah. "Bisa tahan sedikit? Badan doang gede!" balas Aleeya sedikit kesal. Huh, beberapa saat yang lalu pria ini berlagak sok jago di depannya. Tapi saat ini justru seperti bayi. Pria itu mendengus."Ck, apa kamu sadar udah merusak wajah tampanku," ucapnya ketus setelah Aleeya selesai memoleskan salep di sudut kiri bibir pria itu. "A–apa?" pekik Aleeya yang terkejut mendengar ucapan pria itu. "Lihat ini!" tunjuknya pada sudut bibirnya. "Semua karenamu."Aleeya
Suasana hati Aleeya sedang tidak baik-baik saja, ia merasa marah dan kesal setelah melihat pemandangan menyakitkan mata di restoran tadi. Dan rasa kesal itu semakin berlanjut ketika pria muda yang menolongnya mengoceh sejak tadi. "Jadi, ini yang kamu katakan dengan makanan yang lebih enak dari steak?" ujar pria itu sembari menatap kesal ke arah Aleeya. Aleeya menghela nafasnya berat. Ia sudah mencoba untuk tidak meledak saat ini. "Bisakah kamu berhenti mengeluh? Uangku hanya cukup membelikanmu ini," ucap Aleeya.Namun tampaknya pria muda itu tak peduli. Ia justru tersenyum remeh menatap ke arah gadis yang sudah ia tolong itu. "Yak, aku bahkan sudah susah payah menolongmu. Ponselku rusak dan kamu lihat ini?" tunjuknya pada sudut bibir kirinya yang membiru. "Wajah tampanku jadi begini hanya untuk menolongmu!" sungut pria itu kesal. Ingin rasanya Aleeya mencakarnya saja. Apa ia benar-benar seorang pria? Bagaimana sedari tadi terus merengek seperti itu. "Itu akan sembuh dengan cepat,
note : di sini panggilan kamu aku ubah jadi kau, ya^^●○●○●○●○"BERTEMU SIAPA KAU HINGGA PULANG SELARUT INI, ALEEYA!"Suara berat dan dingin itu terdengar menggelegar hingga penjuru apartemen. Membuat seseorang yang ada di hadapannya pun terlonjak kaget bahkan kini wajah gadis itu terlihat ketakutan. Ini adalah pertama kalinya, Manggala Bimantara berbicara sekeras itu pada Aleeya. Jantung Aleeya berdegup kencang, bahkan ia tak mampu untuk sekedar menatap mata dosennya itu. Gadis itu meremas ujung bajunya. Gala terlihat marah saat ini padanya. Suasana sekitarnya pun mulai terasa mencekam.Bagaiamana tidak? Manggala Bimantara terlihat ingin melahapnya hidup-hidup saat ini. Aleeya menenguk ludahnya susah payah, bibirnya sedikit bergetar dan suaranya nyaris menghilang karena terlalu takut. "M–mas, maaf tadi aku-.." Ucapan Aleeya kembali terpotong ketika Gala menyela ucapannya. Pria itu terlihat menyeramkan saat ini. Tatapannya dingin, tajam dan marah. "Apa kau seperti ini saat aku
Bella akan berangkat ke Tokyo hari ini, kini dirinya dan Manggala tengah berada di ruang tunggu keberangkatan.Sedari tadi Bella merasa ada yang yang aneh dengan suaminya itu. Sejak kepulangannya semalam, raut wajah pria itu terlihat gusar dan sedikit kacau. Jika biasanya Manggala selalu bermanjaan padanya sebelum ia kembali bekerja, namun kali ini suaminya itu sama sekali tak mencoba mencegahnya. Bahkan terkesan mengabaikannya dan sibuk pada ponselnya. "Mas," panggil Bella mencoba mengajak berbicara sang suami yang sibuk dengan pikirannya itu. Namun tetap saja Manggala Bimantara hanya diam tak menanggapi. Pria itu masih sibuk mengetik pesan di ponselnya. "Mas!" ujar Bella yang mulai jenggah karena sang suami tak kunjung menjawabnya. Manggala tersentak dengan pekikan sang istri. Membuatnya menoleh dan melihat istrinya yang kesal. "Oh, ya ada apa, Bel?" ujar Manggala sedikit kikuk, ia sungguh tidak sadar jika Bella memanggilnya berkali-kali. "Kau ada masalah?" tanya Bella terdenga
cw//eksplisit content*****Tubuh Gala menegang. Tunggu apa yang ia baru saja dengar? Wanitanya ini meminta untuk mengakhiri semuanya? Bersamanya? Sial, kenal rasanya mendadak jadi begitu sesak seperti ini. Ia terdiam, hingga sepersekian detik berikutnya sebuah senyum remeh tercipta dari bibir pria itu.Sialan! Umpatnya dalam hati. Ia marah, emosinya mendadak naik pitam. Kepalanya mendadak terasa pening."Kata siapa kamu bisa mengakhirinya begitu saja?" tanya pria itu dengan sorot mata yang dingin dan datarnya. Rahangnya nampak tegas. Guratan rasa amarah dan takut akan kehilangan mendadak menyatu.Aleeya yang semula tampak tegar, kini merasa takut atas tatapan mengintimidasi pria itu. Seperti ia baru saja membangunkan singa jantan dari tidur nyenyaknya. "A-aku-" ucapan Aleeya terbata akibat suaranya yang setengah bergetar. "K-kita harus mengakhirinya, Pak. Aku tidak mau melukai hati istrimu terus menerus."Mendengar itu lantas Manggala Bimantara justru terkekeh sinis. "Dia tidak akan
cw//eksplisit content ***** Tubuh Gala menegang. Tunggu apa yang ia baru saja dengar? Wanitanya ini meminta untuk mengakhiri semuanya? Bersamanya? Sial, kenal rasanya mendadak jadi begitu sesak seperti ini. Ia terdiam, hingga sepersekian detik berikutnya sebuah senyum remeh tercipta dari bibir pria itu. Sialan! Umpatnya dalam hati. Ia marah, emosinya mendadak naik pitam. Kepalanya mendadak terasa pening. "Kata siapa kamu bisa mengakhirinya begitu saja?" tanya pria itu dengan sorot mata yang dingin dan datarnya. Rahangnya nampak tegas. Guratan rasa amarah dan takut akan kehilangan mendadak menyatu. Aleeya yang semula tampak tegar, kini merasa takut atas tatapan mengintimidasi pria itu. Seperti ia baru saja membangunkan singa jantan dari tidur nyenyaknya. "A-aku-" ucapan Aleeya terbata akibat suaranya yang setengah bergetar. "K-kita harus mengakhirinya, Pak. Aku tidak mau melukai hati istrimu terus menerus." Mendengar itu lantas Manggala Bimantara justru terkekeh sinis. "Dia tidak
cw//eksplisit content ***** Tubuh Gala menegang. Tunggu apa yang ia baru saja dengar? Wanitanya ini meminta untuk mengakhiri semuanya? Bersamanya? Sial, kenal rasanya mendadak jadi begitu sesak seperti ini. Ia terdiam, hingga sepersekian detik berikutnya sebuah senyum remeh tercipta dari bibir pria itu. Sialan! Umpatnya dalam hati. Ia marah, emosinya mendadak naik pitam. Kepalanya mendadak terasa pening. "Kata siapa kamu bisa mengakhirinya begitu saja?" tanya pria itu dengan sorot mata yang dingin dan datarnya. Rahangnya nampak tegas. Guratan rasa amarah dan takut akan kehilangan mendadak menyatu. Aleeya yang semula tampak tegar, kini merasa takut atas tatapan mengintimidasi pria itu. Seperti ia baru saja membangunkan singa jantan dari tidur nyenyaknya. "A-aku-" ucapan Aleeya terbata akibat suaranya yang setengah bergetar. "K-kita harus mengakhirinya, Pak. Aku tidak mau melukai hati istrimu terus menerus." Mendengar itu lantas Manggala Bimantara justru terkekeh sinis. "Dia tidak
Bella akan berangkat ke Tokyo hari ini, kini dirinya dan Manggala tengah berada di ruang tunggu keberangkatan.Sedari tadi Bella merasa ada yang yang aneh dengan suaminya itu. Sejak kepulangannya semalam, raut wajah pria itu terlihat gusar dan sedikit kacau. Jika biasanya Manggala selalu bermanjaan padanya sebelum ia kembali bekerja, namun kali ini suaminya itu sama sekali tak mencoba mencegahnya. Bahkan terkesan mengabaikannya dan sibuk pada ponselnya. "Mas," panggil Bella mencoba mengajak berbicara sang suami yang sibuk dengan pikirannya itu. Namun tetap saja Manggala Bimantara hanya diam tak menanggapi. Pria itu masih sibuk mengetik pesan di ponselnya. "Mas!" ujar Bella yang mulai jenggah karena sang suami tak kunjung menjawabnya. Manggala tersentak dengan pekikan sang istri. Membuatnya menoleh dan melihat istrinya yang kesal. "Oh, ya ada apa, Bel?" ujar Manggala sedikit kikuk, ia sungguh tidak sadar jika Bella memanggilnya berkali-kali. "Kau ada masalah?" tanya Bella terdenga
note : di sini panggilan kamu aku ubah jadi kau, ya^^●○●○●○●○"BERTEMU SIAPA KAU HINGGA PULANG SELARUT INI, ALEEYA!"Suara berat dan dingin itu terdengar menggelegar hingga penjuru apartemen. Membuat seseorang yang ada di hadapannya pun terlonjak kaget bahkan kini wajah gadis itu terlihat ketakutan. Ini adalah pertama kalinya, Manggala Bimantara berbicara sekeras itu pada Aleeya. Jantung Aleeya berdegup kencang, bahkan ia tak mampu untuk sekedar menatap mata dosennya itu. Gadis itu meremas ujung bajunya. Gala terlihat marah saat ini padanya. Suasana sekitarnya pun mulai terasa mencekam.Bagaiamana tidak? Manggala Bimantara terlihat ingin melahapnya hidup-hidup saat ini. Aleeya menenguk ludahnya susah payah, bibirnya sedikit bergetar dan suaranya nyaris menghilang karena terlalu takut. "M–mas, maaf tadi aku-.." Ucapan Aleeya kembali terpotong ketika Gala menyela ucapannya. Pria itu terlihat menyeramkan saat ini. Tatapannya dingin, tajam dan marah. "Apa kau seperti ini saat aku
Suasana hati Aleeya sedang tidak baik-baik saja, ia merasa marah dan kesal setelah melihat pemandangan menyakitkan mata di restoran tadi. Dan rasa kesal itu semakin berlanjut ketika pria muda yang menolongnya mengoceh sejak tadi. "Jadi, ini yang kamu katakan dengan makanan yang lebih enak dari steak?" ujar pria itu sembari menatap kesal ke arah Aleeya. Aleeya menghela nafasnya berat. Ia sudah mencoba untuk tidak meledak saat ini. "Bisakah kamu berhenti mengeluh? Uangku hanya cukup membelikanmu ini," ucap Aleeya.Namun tampaknya pria muda itu tak peduli. Ia justru tersenyum remeh menatap ke arah gadis yang sudah ia tolong itu. "Yak, aku bahkan sudah susah payah menolongmu. Ponselku rusak dan kamu lihat ini?" tunjuknya pada sudut bibir kirinya yang membiru. "Wajah tampanku jadi begini hanya untuk menolongmu!" sungut pria itu kesal. Ingin rasanya Aleeya mencakarnya saja. Apa ia benar-benar seorang pria? Bagaimana sedari tadi terus merengek seperti itu. "Itu akan sembuh dengan cepat,
Saat ini keduanya tengah berada di depan sebuah supermarket. Aleeya membeli obat seadanya di sana. Aleeya pikir pria itu hanya menderita luka ringan. Namun sedari tadi saat Aleeya mencoba mengobatinya, pria itu justru selalu berteriak kesakitan. Bahkan belum sempat Aleeya mengoleskan salep, pria itu sudah menjerit. Rasa simpati Aleeya rasanya hilang, berubah menjadi kesal karena pria itu belum apa-apa sudah merengek. "Aduh! Kamu bisa pelan tidak, sih?" rumahnya untuk kesekian kalinya, membuat Aleeya memutar bola matanya jenggah. "Bisa tahan sedikit? Badan doang gede!" balas Aleeya sedikit kesal. Huh, beberapa saat yang lalu pria ini berlagak sok jago di depannya. Tapi saat ini justru seperti bayi. Pria itu mendengus."Ck, apa kamu sadar udah merusak wajah tampanku," ucapnya ketus setelah Aleeya selesai memoleskan salep di sudut kiri bibir pria itu. "A–apa?" pekik Aleeya yang terkejut mendengar ucapan pria itu. "Lihat ini!" tunjuknya pada sudut bibirnya. "Semua karenamu."Aleeya
Udara cukup dingin malam ini, hujan deras mengguyur kota Jakarta tadi sore selama beberapa jam lamanya. Bahkan hingga malam ini aspal jalan pun masih terlihat basah dan tetesan air hujan masih turun dari dedaunan. Tapi tampaknya udara dingin malam ini tak menyurutkan rasa senang seorang gadis muda yang tengah duduk di sebuah halte bus. Bukan untuk menunggu bus datang, karena sudah beberapa bus berhenti di hadapannya gadis itu masih saja tak beranjak dari duduknya. Ia menunggu seseorang yang sudah berjanji akan malam bersamanya.Aleeya tampak sesekali menoleh ke arah jalan sembari mengeratkan jaketnya agar rasa dingin yang mulai mengelitik permukaan kulit tubuhnya sedikit berkurang. Ia berharap seseorang yang ditunggu menampakkan dirinya.Gadis muda itu kembali memandang kembali ke arah ponsel untuk kesekian kalinya, berharap ada pesan di sana. Namun sepertinya nihil. Sudah beberapa pesan yang Aleeya kirim dan beberapa kali ia mencoba menghubungi nomor seseorang itu, namun hanya suara
Gala berjalan cepat menuju rumahnya. Raut panik tercetak jelas di wajah tampannya."Nabella! Kamu di mana, sayang?" ujar Gala sembari menengok ke sana kemari untuk menemukan sang istri. "Astaga! Bella!" pekik pria itu ketika mendapati sang istri masih di dalam kamar mandi dengan posisi memeluk erat lututnya di bawah shower. Meringkuk dengan wajah pucatnya.Dengan cepat Manggala Bimantara mematikan shower dan mengambil handuk. Melilitkan pada tubuh sang istri yang kini mengigil kedinginan. "Bel, kamu tidak apa-apa?" ujar Gala yang merasa bersalah karena telah meninggalkan Bella sendirian begitu saja. Bibir tipis dan pucat itu mulai sedikit terbuka."D–dingin," ujar Bella. Tanpa pikir lama lagi Gala segera mengangkat tubuh istrinya. Membawanya keluar, lalu meletakkan tubuh Bella di atas ranjang. Berjalan cepat ke arah walk in closed untuk mengambil baju hangat untuk istrinya itu. Manggala Bimantara, pria itu terlihat sangat telaten dan lembut merawat sangat istri. Membuatkan teh ha