Home / Rumah Tangga / Bukan Mempelai yang Kau Inginkan / BAB 2. "Aturan mainnya sederhana, Gantari."

Share

BAB 2. "Aturan mainnya sederhana, Gantari."

Author: Karma Police
last update Last Updated: 2025-01-18 10:23:15

"Apa yang seharian ini kamu lakukan? Kenapa masih memakai baju yang kemarin?"

Gantari tidak bisa tersenyum menyambut Dirja yang baru pulang kerja. Gantari tidak sanggup beramah tamah setelah masa depan pernikahannya dihancurkan hanya dalam sekejap mata oleh suaminya sendiri.

"Mau aku pakai baju yang kemarin atau bukan, itu urusanku."

Dirja terhenyak. Tidak siap dengan balasan dingin yang dilontarkan istrinya. Namun, pria itu tidak mempermasalahkannya lebih lanjut.

"Saya mandi dulu, setelah itu kita bicara."

Dan pria itu beranjak pergi.

Sementara Gantari tak menyahuti.

Tak ada yang Gantari lakukan selain duduk di ruang tamu dengan pikiran yang kosong. Tidak berdaya untuk melakukan apa pun selain bernapas dengan dada yang sesak. Posisinya nyaris tidak berubah sejak Dirja pamit untuk pergi bekerja pagi tadi.

Makanan yang dibelikan Dirja pun tak tersentuh sama sekali, padahal Gantari sudah mengeluh lapar sejak turun dari kereta belasan jam yang lalu. Koper dan barang-barang milik Gantari juga belum berpindah tempat, masih berada di depan pintu yang kata Dirja adalah kamarnya.

"Gantari, saya mau pesan makanan untuk makan malam. Kamu mau apa?"

Pertanyaan itu menyentak Gantari dari lamunan. Belum ada sepuluh menit dan Dirja sudah muncul lagi di ruang tamu dengan pakaian rumahan.

"Kapan kita mau bicara, Mas?" Gantari balik bertanya. "Aku lelah. Mau cepat istirahat."

Meletakkan ponselnya ke meja, Dirja duduk tegak di kursi yang berseberangan dari Gantari.

Atmosfer dingin yang menyelimuti ruang tamu seolah tidak menjadi masalah untuk sang pria. Ekspresi ganjil di wajah Gantari pun tak membuat pria itu terganggu.

"Kita berdua sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini," ucap Dirja tanpa tahu basa-basi. "Jadi, mari kita buat mudah saja."

Apakah berdosa kalau Gantari melempar meja ke wajah datar suaminya?

"Aturan mainnya sederhana, Gantari. Kamu tidak perlu melakukan peranmu sebagai istri. Urus saja hidupmu sendiri. Dan saya juga akan melakukan yang sama. Bertahanlah satu tahun saja dan saya akan melepaskanmu."

Gantari kehilangan kemampuan untuk duduk tegak. Kata demi kata yang diucapkan Dirja menghantamnya telak. Seperti vonis hukuman mati yang dijatuhkan oleh hakim. Gantari tak bisa membela diri.

"Kamu bebas melakukan apa pun di rumah ini, kecuali membawa pria lain untuk menghangatkan ranjangmu. Dengan kata lain, kamu juga boleh punya kekasih, asal tidak ketahuan."

Kalau tatapan mata bisa membunuh, Dirja pasti sudah akan mati terkapar sia-sia oleh tatapan menghunus Gantari.

Namun, kepekaan Dirja yang berada di angka minus tidak membuat pria itu sadar telah ditatap sedemikian sengit oleh istrinya yang biasanya ceria.

"Mas Dirja punya kekasih, makanya Mas menggunakan cara ini untuk bernegosiasi denganku?"

"Kamu tidak perlu tahu--"

"Mau bagaimanapun juga, statusku adalah istri sah Mas Dirja sampai nanti kita berpisah," sela Gantari dalam ketenangan yang entah datang dari mana. Diam-diam, Gantari juga takjub dengan pengendalian dirinya. "Setidaknya, aku harus tahu informasi tentang wanita terdekat Mas Dirja supaya aku nggak menjadi satu-satunya yang bodoh di sini."

"Dia tidak di Jakarta."

Gantari terperangah sepersekian detik, kehabisan kata. Tidak menyangka Dirja akan menjawab sejujur itu.

"Boleh aku lihat fotonya? Jadi kalau-kalau nanti aku melihat Mas Dirja bersama wanita itu, aku bisa menyesuaikan diri."

Di tempatnya duduk, Dirja membeku. Tatapannya yang tajam menembus manik mata Gantari yang berisi kekosongan.

Gantari Bhanurasmi yang dikenal Dirja sejak gadis itu masih bocah hingga remaja adalah sosok yang manis dan banyak tertawa. Gantari selalu ramah dan membuat orang-orang di sekitarnya terhibur dengan candaan lucunya.

Sejak mengalami pubertas, gadis itu semakin cantik. Jika diibaratkan bunga, Gantari adalah bunga paling indah di desanya yang mekar dengan sempurna. Kembang desa yang diincar oleh para perjaka, hingga pria duda sampai pria yang sudah beristri pun tidak imun oleh pesonanya.

"Mana, Mas, fotonya?" tanya Gantari sekali lagi.

"Tidak ada."

"Kenapa nggak ada? Mas Dirja nggak pernah foto sama kekasih Mas?"

Dirja tak menjawab apa-apa. Menolak untuk memuaskan rasa penasaran yang menari-nari di wajah Gantari.

"Mas Dirja bisa menghubungi kekasih Mas sekarang dan minta dia mengirimkan fotonya--"

"Katanya kamu lelah? Tidak mau istirahat?" sela Dirja yang mulai terlihat tidak nyaman.

Gantari memandang lurus wajah pria yang baru menjadi suaminya selama satu hari. Berusaha menerka-nerka apa yang ada di kepala pria itu.

Bagaimana reaksi sang kekasih saat Dirja menyampaikan kabar tentang pernikahannya? Apakah mereka bertengkar hebat karena keputusan sepihak Dirja? Sebesar apa cinta yang mereka miliki? Mengapa Dirja sampai memaksakan diri untuk tetap menjalin hubungan dengan wanita itu dan menodai ikatan suci pernikahannya sendiri?

Namun, sekeras apa pun mencoba, Gantari tidak bisa menemukan apa-apa. Pria itu sangat sulit dibaca.

"Ini, kamu bisa menyimpannya," Dirja tiba-tiba menyodorkan sebuah kartu ATM dan buku rekening. "Saya akan mengirimkan uang bulanan untukmu setiap tanggal lima."

Gantari hanya menatap sekilas kartu berwarna hitam yang disodorkan Dirja. Urung menerimanya. "Aku akan segera mencari pekerjaan. Jadi Mas nggak perlu memberiku uang."

"Ini tanggung jawab saya," balas Dirja datar. "Seperti yang kamu bilang, kamu masih istri saya."

'Seharusnya kamu berusaha lebih keras untuk melakukan pembatalan pernikahan saja, Gantari! Jangan hanya tunduk pasrah pada pria gila yang tidak menghargai kesakralan ikatan pernikahan!' batin Gantari berteriak marah.

Namun, yang terucap dari bibirnya, "Jadi, apa yang harus kukatakan kalau ada tetangga yang bertanya tentang statusku?"

"Katakan saja apa adanya. Atau apa saja yang membuatmu nyaman."

"Oke," jawab Gantari. Memaksakan senyum yang sulit sekali untuk dilakukan. "Masih ada yang ingin Mas Dirja bicarakan? Barangkali ada kesepakatan lain yang harus aku ikuti untuk memuluskan hidup Mas Dirja."

"Untuk saat ini tidak ada."

"Baiklah kalau begitu."

Setelah mengambil ATM dan buku rekening dari atas meja, Gantari bangkit dengan cepat. Tidak siap ketika tubuhnya oleng karena hantaman denyut di kepala dan rasa perih di perut yang sejak tadi Gantari abaikan.

"Kamu sakit? Kenapa tidak bilang?"

Gantari menepis uluran tangan Dirja yang refleks memeganginya agar tidak jatuh tersungkur.

"Aku baik-baik saja. Hanya lelah." Gantari berdiri tegak agar terlihat meyakinkan. "Aku ke kamar dulu. Selamat malam, Mas."

Tanpa menunggu jawaban, Gantari beranjak pergi. Sudah tidak sanggup dirinya berlama-lama di ruangan yang sama dengan Dirja.

"Butuh bantuan membawa barang-barangmu ke dalam?"

Gerak tubuh Gantari terhenti. Kembali meletakkan tas besar dan koper yang baru akan diseretnya ke kamar.

Gantari menelengkan kepala, hanya sekilas menatap Dirja yang berjarak satu meter di belakangnya. Dan wanita itu berkata, "Bukankah kita sepakat untuk mengurusi hidup sendiri-sendiri?"

"Gantari--"

"Mas Dirja yang menginginkan ini," sergah Gantari dingin. Meski hatinya sedang hancur porak-poranda. Tak akan ia biarkan Dirja melihatnya. "Jadi, aku mohon. Jangan melakukan apa pun untukku. Jangan memberikan perhatian semu untuk seseorang yang pada akhirnya hanya akan Mas buang."

Related chapters

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 3. "Rumahmu di sini."

    "Assalamualaikum, Mas Dirja," sapa Gantari dengan mata yang masih terpaku pada tabel panjang berisi angka-angka yang terpampang di layar komputer. "Ada apa menelepon?""Waalaikumsalam. Keluarga Bulik Ambar mau datang. Pulanglah ke rumah," jawab Dirja yang masih tak tahu cara basa-basi.Tangan Gantari yang menggerakkan tetikus terhenti.Terhitung enam bulan sejak Gantari menyandang status sebagai istri Dirja Pramana. Dan ini sudah empat bulan Gantari tinggal terpisah dari pria itu.Gantari mendapatkan pekerjaan sebagai staff keuangan di sebuah perusahaan kosmetik, masih di daerah Jakarta, tetapi wanita itu memanfaatkannya untuk mengambil jarak dari suaminya dengan pindah ke kos.Kala itu, Dirja marah besar karena keputusan Gantari, tetapi tetap tidak menyurutkan niat sang istri untuk angkat kaki dari rumah. Dirja tak bisa menghentikan Gantari yang sudah bersikukuh pergi. Sama seperti Gantari yang tak bisa membuat Dirja menarik kembali ucapannya tentang ujung pernikahan mereka."Ada kep

    Last Updated : 2025-01-18
  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 4. Sandiwara

    "Ya Allah, Nduk! Ikannya hampir gosong ini lho!"Gantari berjengit kaget saat sutil di tangannya tiba-tiba berpindah tangan.Bulik Ambar membalik ikan yang sedang digoreng Gantari dengan cekatan. Membuat Gantari mau tidak mau bergeser dua langkah agar tidak tersenggol."Maaf, Bulik," ringis Gantari."Dari tadi Bulik perhatikan, kamu sudah beberapa kali melamun. Kenapa, Nduk? Ada masalah ya sama Masmu?"Gantari menggeleng. Jantungnya hampir berhenti berdetak karena pertanyaan itu. "Enggak, Bulik. Tari dan Mas baik-baik saja."Wanita itu mengerjakan hal lain untuk mengalihkan perhatian. Memotong-motong dua ikat kangkung untuk dicuci. Lalu menyiapkan bumbu untuk menumis sayur segar itu."Pernikahan memang sejatinya nggak mudah, Nduk Tari. Rumah tangga itu kan menyatukan dua kepala yang isinya berbeda. Menurutmu apa bisa langsung nyatu? Bisa langsung nyambung?"Gantari tercenung.Berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang bahagia adalah ujian sulit yang harus dilalui Gantari sejak men

    Last Updated : 2025-01-18
  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 5. "Aku juga merindukanmu."

    "Tidak bisakah kamu bekerjasama dengan benar? Belum ada satu hari keluarga Bulik Ambar di sini dan kamu sudah mengacau.""Bulik Ambar percaya dengan semua penjelasan Mas Dirja. Itu sudah cukup. Nggak usah dibahas lagi," balas Gantari dengan suara pelan tanpa menatap suaminya yang tiba-tiba menyusul ke dapur.Wanita itu sedang menata piring-piring yang baru saja ia keringkan dengan kain lap ke rak piring kecil yang ada di samping kitchen sink.Selesai dengan piring-piring dan perkakas masak, Gantari mengambil lap bersih dan membasahinya dengan air untuk mengelap meja makan dan dapur."Lagi pula, bukankah akan lebih mudah untuk kita kalau Bulik tahu dari sekarang, Mas? Biar sekalian dikabarkan ke keluarga di kampung. Supaya mereka bisa mempersiapkan diri juga.""Apa maksudmu mempersiapkan diri?" desis Dirja.Gantari memutar tubuh dan menghadap Dirja yang berdiri tak jauh darinya.Dan pria itu tampak... kecewa?Padahal, Gantari hanya mengutarakan kebenaran. Mau tidak mau, mereka harus me

    Last Updated : 2025-01-18
  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 6. "Nafkah dari suamimu tidak cukup?"

    Gantari bangun dari tidurnya yang tak nyenyak dan bersikap seperti orang bodoh.Gantari masih sanggup mengucapkan, "Selamat pagi, Mas," setelah semalam dibuat patah oleh Dirja yang dengan tanpa dosanya berteleponan dengan wanita lain saat sang istri sedang berbaring di sampingnya."Ya. Ini sudah pagi," jawab suaminya itu datar.Dirja sudah tampak rapi--dan tampan--dengan setelan baju koko putih dan sarung berwarna biru dongker dengan motif sulur-sulur kecil di bagian bawah. Di kepalanya terpasang peci hitam yang menyempurnakan penampilannya."Saya mau salat Subuh," ucap pria itu. "Mau jamaah?"Gantari menahan napas. Tak peduli pada keadaan dadanya yang sesak karena tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.Ajakan untuk salat berjamaah--untuk kali pertama, terasa begitu personal dan intim. Sebagai istri, tentu saja Gantari berhak dan sudah sewajarnya melakukan ibadah berdua dengan sang suami. Pahalanya besar. Namun, mereka kan bukan seperti pasangan normal pada umumnya yang menikah

    Last Updated : 2025-02-07
  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 1. "Saya akan menceraikanmu."

    "Saya terima nikah dan kawinnya Gantari Bhanurasmi Rahardjo binti Sugeng Rahardjo dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai."Gantari melepaskan napasnya yang tertahan. Menekan debaran jantungnya yang begitu keras setelah ijab kabul terlaksana dengan khidmat.Dirja Pramana, suaminya, mengucapkan kabul dengan suara beratnya yang tegas. Tanpa kesalahan. Tanpa keraguan."Bapak dan Ibu bisa lihat dari surga, kan? Tari sudah resmi menjadi istri Mas Dirja, Pak, Bu. Tari nggak sendiri lagi," batin Gantari.Kedua matanya berkaca-kaca saat Dirja mencium keningnya dengan sangat berhati-hati. Dan tangan besar pria itu menyentuh ubun-ubunnya diikuti bisikan doa yang membuat dada Gantari berdesir.Setelahnya, semua terlewat dengan begitu cepat. Penghulu membacakan doa nikah. Kemudian Dirja dan Gantari menandatangani surat-surat nikah. Dilanjutkan penyerahan mahar oleh mempelai pria kepada mempelai wanita secara simbolis, lalu ditutup dengan tukar cincin dan foto-foto.Begitu akad selesai, dua kelua

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 6. "Nafkah dari suamimu tidak cukup?"

    Gantari bangun dari tidurnya yang tak nyenyak dan bersikap seperti orang bodoh.Gantari masih sanggup mengucapkan, "Selamat pagi, Mas," setelah semalam dibuat patah oleh Dirja yang dengan tanpa dosanya berteleponan dengan wanita lain saat sang istri sedang berbaring di sampingnya."Ya. Ini sudah pagi," jawab suaminya itu datar.Dirja sudah tampak rapi--dan tampan--dengan setelan baju koko putih dan sarung berwarna biru dongker dengan motif sulur-sulur kecil di bagian bawah. Di kepalanya terpasang peci hitam yang menyempurnakan penampilannya."Saya mau salat Subuh," ucap pria itu. "Mau jamaah?"Gantari menahan napas. Tak peduli pada keadaan dadanya yang sesak karena tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.Ajakan untuk salat berjamaah--untuk kali pertama, terasa begitu personal dan intim. Sebagai istri, tentu saja Gantari berhak dan sudah sewajarnya melakukan ibadah berdua dengan sang suami. Pahalanya besar. Namun, mereka kan bukan seperti pasangan normal pada umumnya yang menikah

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 5. "Aku juga merindukanmu."

    "Tidak bisakah kamu bekerjasama dengan benar? Belum ada satu hari keluarga Bulik Ambar di sini dan kamu sudah mengacau.""Bulik Ambar percaya dengan semua penjelasan Mas Dirja. Itu sudah cukup. Nggak usah dibahas lagi," balas Gantari dengan suara pelan tanpa menatap suaminya yang tiba-tiba menyusul ke dapur.Wanita itu sedang menata piring-piring yang baru saja ia keringkan dengan kain lap ke rak piring kecil yang ada di samping kitchen sink.Selesai dengan piring-piring dan perkakas masak, Gantari mengambil lap bersih dan membasahinya dengan air untuk mengelap meja makan dan dapur."Lagi pula, bukankah akan lebih mudah untuk kita kalau Bulik tahu dari sekarang, Mas? Biar sekalian dikabarkan ke keluarga di kampung. Supaya mereka bisa mempersiapkan diri juga.""Apa maksudmu mempersiapkan diri?" desis Dirja.Gantari memutar tubuh dan menghadap Dirja yang berdiri tak jauh darinya.Dan pria itu tampak... kecewa?Padahal, Gantari hanya mengutarakan kebenaran. Mau tidak mau, mereka harus me

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 4. Sandiwara

    "Ya Allah, Nduk! Ikannya hampir gosong ini lho!"Gantari berjengit kaget saat sutil di tangannya tiba-tiba berpindah tangan.Bulik Ambar membalik ikan yang sedang digoreng Gantari dengan cekatan. Membuat Gantari mau tidak mau bergeser dua langkah agar tidak tersenggol."Maaf, Bulik," ringis Gantari."Dari tadi Bulik perhatikan, kamu sudah beberapa kali melamun. Kenapa, Nduk? Ada masalah ya sama Masmu?"Gantari menggeleng. Jantungnya hampir berhenti berdetak karena pertanyaan itu. "Enggak, Bulik. Tari dan Mas baik-baik saja."Wanita itu mengerjakan hal lain untuk mengalihkan perhatian. Memotong-motong dua ikat kangkung untuk dicuci. Lalu menyiapkan bumbu untuk menumis sayur segar itu."Pernikahan memang sejatinya nggak mudah, Nduk Tari. Rumah tangga itu kan menyatukan dua kepala yang isinya berbeda. Menurutmu apa bisa langsung nyatu? Bisa langsung nyambung?"Gantari tercenung.Berpura-pura menjadi pasangan suami istri yang bahagia adalah ujian sulit yang harus dilalui Gantari sejak men

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 3. "Rumahmu di sini."

    "Assalamualaikum, Mas Dirja," sapa Gantari dengan mata yang masih terpaku pada tabel panjang berisi angka-angka yang terpampang di layar komputer. "Ada apa menelepon?""Waalaikumsalam. Keluarga Bulik Ambar mau datang. Pulanglah ke rumah," jawab Dirja yang masih tak tahu cara basa-basi.Tangan Gantari yang menggerakkan tetikus terhenti.Terhitung enam bulan sejak Gantari menyandang status sebagai istri Dirja Pramana. Dan ini sudah empat bulan Gantari tinggal terpisah dari pria itu.Gantari mendapatkan pekerjaan sebagai staff keuangan di sebuah perusahaan kosmetik, masih di daerah Jakarta, tetapi wanita itu memanfaatkannya untuk mengambil jarak dari suaminya dengan pindah ke kos.Kala itu, Dirja marah besar karena keputusan Gantari, tetapi tetap tidak menyurutkan niat sang istri untuk angkat kaki dari rumah. Dirja tak bisa menghentikan Gantari yang sudah bersikukuh pergi. Sama seperti Gantari yang tak bisa membuat Dirja menarik kembali ucapannya tentang ujung pernikahan mereka."Ada kep

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 2. "Aturan mainnya sederhana, Gantari."

    "Apa yang seharian ini kamu lakukan? Kenapa masih memakai baju yang kemarin?"Gantari tidak bisa tersenyum menyambut Dirja yang baru pulang kerja. Gantari tidak sanggup beramah tamah setelah masa depan pernikahannya dihancurkan hanya dalam sekejap mata oleh suaminya sendiri."Mau aku pakai baju yang kemarin atau bukan, itu urusanku."Dirja terhenyak. Tidak siap dengan balasan dingin yang dilontarkan istrinya. Namun, pria itu tidak mempermasalahkannya lebih lanjut."Saya mandi dulu, setelah itu kita bicara."Dan pria itu beranjak pergi.Sementara Gantari tak menyahuti.Tak ada yang Gantari lakukan selain duduk di ruang tamu dengan pikiran yang kosong. Tidak berdaya untuk melakukan apa pun selain bernapas dengan dada yang sesak. Posisinya nyaris tidak berubah sejak Dirja pamit untuk pergi bekerja pagi tadi.Makanan yang dibelikan Dirja pun tak tersentuh sama sekali, padahal Gantari sudah mengeluh lapar sejak turun dari kereta belasan jam yang lalu. Koper dan barang-barang milik Gantari

  • Bukan Mempelai yang Kau Inginkan   BAB 1. "Saya akan menceraikanmu."

    "Saya terima nikah dan kawinnya Gantari Bhanurasmi Rahardjo binti Sugeng Rahardjo dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai."Gantari melepaskan napasnya yang tertahan. Menekan debaran jantungnya yang begitu keras setelah ijab kabul terlaksana dengan khidmat.Dirja Pramana, suaminya, mengucapkan kabul dengan suara beratnya yang tegas. Tanpa kesalahan. Tanpa keraguan."Bapak dan Ibu bisa lihat dari surga, kan? Tari sudah resmi menjadi istri Mas Dirja, Pak, Bu. Tari nggak sendiri lagi," batin Gantari.Kedua matanya berkaca-kaca saat Dirja mencium keningnya dengan sangat berhati-hati. Dan tangan besar pria itu menyentuh ubun-ubunnya diikuti bisikan doa yang membuat dada Gantari berdesir.Setelahnya, semua terlewat dengan begitu cepat. Penghulu membacakan doa nikah. Kemudian Dirja dan Gantari menandatangani surat-surat nikah. Dilanjutkan penyerahan mahar oleh mempelai pria kepada mempelai wanita secara simbolis, lalu ditutup dengan tukar cincin dan foto-foto.Begitu akad selesai, dua kelua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status