"Apa Hana sudah tahu?" Surya bertanya ketika mereka sudah selesai sarapan pagi."Tahu apa pa?" Hana sedikit tersenyum. Surya memandang Daffin."Belum pa." Sejak tadi ia ingin memberitahu, namun merasa tidak sanggup untuk mengatakan hal tersebut."Tahu apa bang?" tanya Hana penasaran."Tentang Susi dan Berliana," jawab Surya. "Bagaimana dengan kasus Mama Susi sama kak Berliana. "Sudah sering Hana bertanya dengan suaminya, namun Daffin tidak pernah mau memberikan keterangan yang jelas."Kita sudah masukkan berkas ke pengadilan dan dua minggu lagi sidang," jawab Daffin."Mereka sudah lama di dalam penjara, apa nggak dicabut aja tuntutan dari kita." Hana memandang suaminya. Meskipun Mama tirinya bukanlah Mama yang baik, begitu juga dengan kakaknya, namun melihat kondisi ibu dan anak itu di penjara seperti ini, membuat Hana tidak tega. "Kalau untuk kasus penipuan dan penjualan rumah, sudah kita cabut," jawab Daffin.Mita memandang Hana dan kemudian mengusap punggung menantunya."Kalau s
"Mama jangan berbicara seperti ini, tolong jangan menakuti aku.""Mama tidak bercanda Berliana, Mama serius. Setelah Mama menghabisi nyawanya, dia selalu saja mengganggu Mama. Sepertinya dia memang tidak ingin melihat Mama bahagia." Susi mengusap air matanya. Cinta tulus yang diberikan oleh pria yang menjadi suaminya, harus berakhir dengan pembunuhan yang dilakukannya secara tersembunyi. Meskipun sebenarnya Susi tidak mampu menutupi rasa cinta untuk pria tersebut, namun ia lebih mencintai putrinya dan ingin putrinya menjadi artis terkenal seperti apa yang selama ini di mimpikan oleh Berliana. Wanita itu juga tidak ingin bila semua harta jatuh ke tangan anak tirinya.Tangis Berliana semakin pecah ketika mendengar ucapan dari mamanya. "Maafkan aku ma, jika mimpiku tidak terlalu tinggi, semua ini tidak akan terjadi," sesal di hatinya. Dia tidak pernah menyangka bahwa mamanya melakukan apapun hingga sampai mengakhiri nyawa suaminya sendiri, hanya demi untuk mewujudkan mimpi dan cita-citan
Berliana kembali pulang ke rumahnya dengan serpihan hati yang hancur dan berkeping-keping. Ia begitu sangat takut untuk menerima kenyataan begitu sangat menyakitkan seperti ini. Membayangkan wanita yang telah melahirkannya, wanita yang sangat menyayangi dan rela berkorban untuknya. Akan mengalami akhir hidup yang begitu sangat menyedihkan. Air matanya tidak mau berhenti mengalir membasahi pipinya."Andaikan waktu bisa diulang kembali, aku tidak ingin menjadi artis. Aku hanya ingin hidup bahagia bersama dengan mama. Apa artinya usaha yang aku lakukan selama ini, apa artinya perjuangan mama lakukan. Apa artinya pengorbanan yang selama ini mama lakukan, jika semuanya akan berakhir seperti ini, "semua sesal kini menumpuk di dadanya. Sekuat apapun ia menangis, sebanyak apapun air mata yang keluar, namun yang namanya waktu tidak akan bisa mundur lagi ke belakang. Berliana memandang langit-langit kamarnya yang dicat berwarna putih. Saat ini hanya rumah inilah yang menjadi harta satu-satun
"Begitu cepat kau melupakan Gracia, Berliana." Tatapan mata Bian begitu sangat menyeramkan, hingga membuat Berliana menjadi takut. Sebenarnya ada apa dengan Gracia hanya itu yang ada di dalam benak pikirannya. Mengapa permasalahan seakan tidak pernah hilang dari hidupnya. Baru saja menghadapi masalah yang amat berat, hingga kepala yang sakit dan seakan ingin pecah. Kini datang lagi permasalahan yang baru, yang terdengar begitu sangat rumit. "Aku akan memperlihatkan foto Gracia kepadamu, agar ingatanmu kembali lagi ke kenangan masa lalu." Bian tersenyum sinis memandang Berliana. Berliana hanya diam dan menunggu dengan dada yang bergembur dengan cepat. Bian mengeluarkan foto dari dalam saku jas yang dipakainya. Pria itu memberikan foto itu dengan berhati-hati. Terlihat sekali bahwa foto yang di pegangnya, barang benda yang paling penting untuknya. Berliana memandang foto seorang gadis yang memakai kacamata dengan poni selamat datang dan rambut yang ikat kuda. Melihat wajah yang a
Hana tidak mampu menahan tangisannya saat bertemu dengan Siti. Ia tidak menduga, bahwa wanita yang sudah sangat lama menjadi asisten rumah tangganya itu, membuka tabir rahasia pembunuhan papanya. Jika Siti tidak bersuara dan memberi tahu rahasia penting ini, mungkin kematian sang papa, tidak pernah terungkap."Hana, mbak sangat rindu kamu." Wanita itu menangis memeluk anak dari majikannya. Saat bekerja di rumah Amriadi, usianya 23 tahun, sedangkan Hana berusia 7 tahun. Karena itu, Hana memanggilnya mbak Siti. "Hana gak nyangka kalau bisa ketemu sama mbak. Setelah papa meninggal, Hana ngekos didekat sekolah. Hana gak sanggup di rumah, karena gak punya waktu belajar. Semua pekerjaan rumah, Hana yang harus kerjakan. Belum lagi jarak dari sekolah dan rumah yang jauh, sedangkan Hana tidak di perbolehkan membawa kendaraan dan tidak di beri uang ongkos. Pada akhirnya Hana memilih untuk ngekos." Hana menangis saat mengadukan apa yang dilakukan Susi kepadanya. Sejujurnya, ia lebih suka bila s
"Apa ini semuanya untuk dimakan?" Wajah Andriko berbinar saat melihat menu yang tertata di atas meja. "Iya," jawab Mita dengan tersenyum."Waw banyak sekali." Anak laki-laki itu memegang perutnya. Ia sedang mengukur besar lambung yang mampu menerima makanan untuk masuk. "Kenapa?" Hana tersenyum memandang Andriko. "Aku sedang memikirkan, bagaimana perut ku bisa menampung makanan sebanyak ini. Kata ibu, kita tidak boleh membuang-buang makan. Karena itu akan mubazir dan Allah marah." Anak laki-laki berwajah tampan itu, berbicara dengan gaya mengemaskan. Daffin yang sejak tadi hanya diam memperhatikan Andriko, akhirnya tawanya lepas. Anak itu sungguh sangat lucu. Jika nanti si kembar berusia 5 tahun, apakah akan seperti anak ini pintarnya. Pria itu sudah tidak sabar menunggu waktu itu datang. Fatan yang duduk di samping Nara, reflek mengusap perut istrinya. Saat ini Nara sedang hamil muda. "Sayang, Abang mau anak kita pintar kayak gitu." Fatan berbisik di telinga istrinya dan dia me
Daffin yang sedang minum kopi tersedak ketika mendengar ucapan anak laki-laki tersebut. Bagaimana mungkin anak berumur 5 tahun sudah membahas tentang tutorial buat bayi kembar."Sabar bos." Dengan rasa kasihan Fatan mengusap punggung si bos. Ia menahan tertawanya ketika melihat wajah Daffin yang merah karena tersedak minum kopi. Pertanyaan polos sang bocah, membuat mereka yang merupakan kaum dewasa langsung menahan tawanya. Lucu, geli dan gemes, seperti itu yang tergambar ketika mereka memandang wajah polos tanpa dosa tersebut. Jika kondisi tidak sedang ramai seperti ini, ingin rasanya Daffin menarik telinga itu bocah. Setelah rasa sakit di hitung dan tenggorokannya berkurang, Daffin memandang Andriko. Rasa kesalnya hilang seketika saat melihat wajah polos tanpa dosa tersebut. "Seharusnya aku belajar lebih dulu cara buat si kembar, biar dapatnya 2, hi... hi..., Seharusnya bang Daffin membuat tutorial buat anak kembar di YouTube." Nara yang duduk di samping Hana, dengan sengaja berbi
236Ojek yang ditumpanginya berhenti di sebuah mall terbesar di Jakarta, Berliana berjalan masuk ke dalam mall dengan menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin ada yang memperhatikannya di mall yang cukup ramai ini. Setelah menaiki tangga eskalator hingga beberapa kali. Langkah kakinya semakin cepat menuju toko yang menjadi tujuan utamanya.Berliana hanya berdiri dan diam di Toko berlian tempat Daffin membelikan cinta pertunangannya. Meskipun tidak ikut ketika Daffin membelinya, namun Berliana tetap tahu toko berlian tersebut dari kwitansi pembelian. Tatapan matanya tertuju ke etalase kaca yang memperlihatkan keindahan kilau berlian di dalamnya. Mulai dari cincin, gelang tangan, liontin dan kalung. Melihat ini saja sudah membuat matanya terasa segar. "Apa ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya karyawan toko dengan sangat ramah.Berliana sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Saya ingin menjual cincin berlian," jelas Berliana."Punya sertifikat dan bukti pembelian?" tanya di kary