Hana mengganti pakaian si kembar dengan piyama tidur dengan corak yang sama namun berbeda warna. Yang satu berwarna biru pekat sedangkan yang satu lagi berwarna pink. "Anak mami ganteng sekali. "Hana mencium pipi bulat milik Keandra. Melihat putranya yang tersenyum lebar, membuatnya semakin gemas dan kembali menciumi lebih banyak."Hahaha anak mami sudah pandai cemburu ya." Hana gemas saat Keyzia merengek. Ia kemudian mencium pipi putri cantiknya. "Belum tidur ya." Daffin yang baru saja masuk ke dalam kamar memandang kedua anaknya yang saat ini masih asik bermain. Kedua bayi itu, sudah mulai pandai memegang dan memainkan mainan di tangannya. Kedua bayi itu semakin senang mengerakkan tangannya saat mainan itu berbunyi. "Belum baru aja ganti baju. Lihat kami udah pakai baju seragam." Hana tersenyum memandang baju yang saat ini dipakainya bersama dengan kedua anaknya. piyama yang di pakainya sama dengan yang dipakai Keyzia. berwarna pink dengan corak garis-garis.Daffin tersenyum ket
Berliana tidak mau menyerah begitu saja. Meskipun sang Mama sudah memintanya untuk tidak memakai jasa pengacara. Namun tetap saja ia menghubungi salah seorang pengacara yang dikenalnya dan dia berharap pengacara itu bisa membantu meringankan hukuman Susi. "Halo." Seorang pria menjawab di seberang sana.Halo pak Randy saya Berliana." Berliana langsung menyebutkan namanya."Oh Berliana." Pria itu tersenyum meskipun Berliana tidak dapat melihat wajahnya. "Bagaimana kabarmu?" "Kabar saya sangat baik, saya yakin pak Randy pasti tahu tentang kasus yang saya hadapi." Berliana berkata tanpa berbasa-basi lagi. Ia yakin, uang yang di milikinya bisa meringankan hukuman sang mama."Ya saya mengetahui kasus itu dan saya mengikutinya." jawab pria itu"Apa saya boleh bertemu dengan anda? Saya ingin berbicara masalah kasus ini." Berliana bertanya dengan suara yang lembut."Tentu bisa," jawab pria tersebut."Di mana kita bisa bertemu? atau saya langsung saja ke kantor anda?" Tanya Berliana."Boleh,"
Daffin masuk ke dalam kamar dan melihat kedua anaknya menangis. Yang satu di atas tempat tidur, sedangkan yang satu lagi berada di gendongan sang mami. Ia tahu bahwa Hana kesulitan saat menenangkan ke dua anaknya."Anak papi nangisnya kenapa barengan, nggak mau gantian ya?" Daffin tersenyum dan menggendong Keyza."Nggak tahu entah kenapa ini nangisnya barengan." Hana menenangkan bayi laki-laki yang saat ini digendongnya. Karena Suara tangis Keandra yang paling kuat, maka ibu si kembar itu berniat untuk menenangkan sang putra terlebih dahulu. Namun bersyukur suaminya cepat datang dan membantu menenangkan putri cantiknya."Apa haus?" Daffin tersenyum dan mencium pipi putrinya yang cantik. "Baru aja selesai mimik," jawab Hana."Mungkin mereka tahu kalau maminya lagi sedih." Daffin berkata saat melihat mata istrinya yang sembab. Diusapnya jejak air mata yang masih terlihat jelas di pipi putih dan mulus istrinya. Meskipun Susi akan mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuata
"Mama Berliana berlari dan memeluk Susi dengan erat. Air mata kesedihan tidak bisa di tutupinya. Susi tersenyum dan mengusap punggung putrinya. Senyum yang ditunjukkan sebagai bukti bahwa dirinya baik-baik saja. "Mama baik-baik aja nak.""Mama aku sungguh tidak sanggup." Berliana berkata di tengah isak tangisnya. Menyaksikan persidangan sang mama, sungguh membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit atas hukuman yang akan diterima oleh wanita yang sudah melahirkannya. Namun yang lebih membuat hatinya terasa sakit dan juga perih, ketika tidak bisa membela mamanya sama sekali. Ribuan kata makian untuk menghakimi perbuatan Susi. Mereka terlalu pandai untuk menilai dan menghakimi kesalahan yang orang lain lakukan. Ingin rasanya Berliana marah dan menangkis semua perkataan orang-orang itu. Namun apa yang dikatakan mereka benar. Semua fakta tidak bisa di pungkiri. Pada akhirnya dia berusaha untuk tuli dan tidak mendengarkan. Meskipun kenyataannya, apa yang dikat
"Hana mau dengar semuanya ma." Hana memandang punggung Susi yang membelakanginya.Saya juga pernah merencanakan agar para preman melakukan perbuatan asusila kepada Hana. Setelah mereka puas dengan tubuhnya saya meminta agar menghabisi nyawanya. Karena apa Saya ingin terkesan seperti korban kejahatan preman yang mabuk. Namun nyatanya Hana tidak pulang ke rumah karena dia menginap di rumah teman sekolahnya. Dan hal itu sudah saya lakukan berulang kali. Namun selalu saja gagal dan pada akhirnya saya membatalkan rencana tersebut.Hana memegang dada yang terasa begitu sangat sakit dan sesak. Tidak terbayang olehnya ternyata wanita yang dinikahi ayahnya memang benar-benar iblis."Saya bahkan tidak pernah menyesal karena menghilangkan nyawa suami saya yang kebetulan bodoh itu. Karena jujur, saya tidak pernah mencintainya. Saya menikah dengan dia, hanya untuk mendapatkan harta dan uangnya. Dan semua itu karena dia yang terlalu bodoh dan terlalu berharap lebih kepada saya. Karena nyatanya, say
Bian tersenyum penuh kepuasan ketika melihat hasil persidangan Susi. "Manusia iblis," ejeknya. Selama beberapa minggu ini pria itu selalu mengikuti perkembangan kasus Susi. Dan hari ini dia begitu sangat bahagia karena mendengar keputusan hakim. Wanita itu membayar perbuatannya dengan nyawanya sendiri. Diambilnya telpon genggam yang terletak di atas meja. Ia langsung menghubungi nomor ponsel yang tersimpan di kontak telepon. Nomor ponsel yang selalu akan disimpannya. Suara panggilan telepon yang dilakukannya baru di angkat di panggil yang sudah ketiga kalinya. Biasanya Bian akan marah jika panggilan telepon yang dilaksanakannya diabaikan begitu saja. Namun saat ini, ia tidak marah, mungkin karena suasana hatinya yang sangat senang. "Halo." Suara serak yang menjawab telpon darinya, menandakan si penjawab telpon sedang menangis. "Pantas saja kamu bisa seperti ini Berliana, ternyata kamu keturunan iblis, betul nggak sih." Senyum penuh kemenangan terukir di wajah tampannya.Berliana
"Selamat tidur anak ganteng mami." Hana tersenyum dan mencium pipi bulat Keandra kiri dan kanan. Ia juga mencium bibir kecil bayi laki-laki tersebut.Selamat tidur sayang mami yang cantik jelita." Hana tersenyum dan mencium pipi kiri dan kanan, bayi cantiknya. Di mata ibu dua anak itu, anak-anaknya makhluk yang paling sempurna. Keandra yang terlihat begitu tampan dan Keyzia yang tampak begitu sangat cantik. "Kenapa ya, kalau cium adek nggak pernah ada puasnya. Mami ngerasa selalu aja kurang." Hana tersenyum sambil menatap wajah cantik putrinya. Meskipun kedua anaknya sudah tidur, namun Hana tetap saja berbicara, seakan kedua bayi itu mendengar apa yang dikatakannya. Ia kembali mencium kening dan juga puncak kepala bayi yang berambut tebal tersebut. "Abang Kean, jangan nakal ya sama adek. Jangan digigit kuping, jangan disedot hidung dan juga pipi adek ya." Hana tersenyum memandang Keandra. Sebenarnya ia ingin memisahkan tempat tidur kedua bayi itu, namun jika tidur ditempat tidur ter
Berliana mendongakkan kepalanya ke atas dan memandang langit yang sudah semakin gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan kembali turun. Angin yang berhembus kencang, membuatnya sedikit takut. "Mama, tenanglah di sini. Mau seperti apapun mama, aku akan tetap selalu menyayangi mama. Mama, aku pamit pulang, Aku juga akan pergi meninggalkan Indonesia, dalam waktu 3 bulan ini. Jadi mungkin aku tidak datang ke sini untuk melihat mama. Tapi aku janji, aku akan langsung ke sini, setelah aku kembali dari Korea. Aku akan menuruti semua yang mama katakan. Aku juga sudah mendapatkan identitas baru. Aku sudah tidak menjadi Berliana lagi." Diusapnya air mata yang mengalir deras. Semua kisah hidupnya, semua cerita indah tentang kebersamaannya dengan sang mama, akan disimpan di dalam memori ingatannya. Berliana sudah mendapatkan kabar dari pria yang membantunya membuat identitas baru. Pria itu mengabarkan bahwa identitas barunya sudah selesai. Itu artinya, ia sudah bisa pergi meninggalkan Indonesia.