Hana tidak mampu menahan tangisannya saat bertemu dengan Siti. Ia tidak menduga, bahwa wanita yang sudah sangat lama menjadi asisten rumah tangganya itu, membuka tabir rahasia pembunuhan papanya. Jika Siti tidak bersuara dan memberi tahu rahasia penting ini, mungkin kematian sang papa, tidak pernah terungkap."Hana, mbak sangat rindu kamu." Wanita itu menangis memeluk anak dari majikannya. Saat bekerja di rumah Amriadi, usianya 23 tahun, sedangkan Hana berusia 7 tahun. Karena itu, Hana memanggilnya mbak Siti. "Hana gak nyangka kalau bisa ketemu sama mbak. Setelah papa meninggal, Hana ngekos didekat sekolah. Hana gak sanggup di rumah, karena gak punya waktu belajar. Semua pekerjaan rumah, Hana yang harus kerjakan. Belum lagi jarak dari sekolah dan rumah yang jauh, sedangkan Hana tidak di perbolehkan membawa kendaraan dan tidak di beri uang ongkos. Pada akhirnya Hana memilih untuk ngekos." Hana menangis saat mengadukan apa yang dilakukan Susi kepadanya. Sejujurnya, ia lebih suka bila s
"Apa ini semuanya untuk dimakan?" Wajah Andriko berbinar saat melihat menu yang tertata di atas meja. "Iya," jawab Mita dengan tersenyum."Waw banyak sekali." Anak laki-laki itu memegang perutnya. Ia sedang mengukur besar lambung yang mampu menerima makanan untuk masuk. "Kenapa?" Hana tersenyum memandang Andriko. "Aku sedang memikirkan, bagaimana perut ku bisa menampung makanan sebanyak ini. Kata ibu, kita tidak boleh membuang-buang makan. Karena itu akan mubazir dan Allah marah." Anak laki-laki berwajah tampan itu, berbicara dengan gaya mengemaskan. Daffin yang sejak tadi hanya diam memperhatikan Andriko, akhirnya tawanya lepas. Anak itu sungguh sangat lucu. Jika nanti si kembar berusia 5 tahun, apakah akan seperti anak ini pintarnya. Pria itu sudah tidak sabar menunggu waktu itu datang. Fatan yang duduk di samping Nara, reflek mengusap perut istrinya. Saat ini Nara sedang hamil muda. "Sayang, Abang mau anak kita pintar kayak gitu." Fatan berbisik di telinga istrinya dan dia me
Daffin yang sedang minum kopi tersedak ketika mendengar ucapan anak laki-laki tersebut. Bagaimana mungkin anak berumur 5 tahun sudah membahas tentang tutorial buat bayi kembar."Sabar bos." Dengan rasa kasihan Fatan mengusap punggung si bos. Ia menahan tertawanya ketika melihat wajah Daffin yang merah karena tersedak minum kopi. Pertanyaan polos sang bocah, membuat mereka yang merupakan kaum dewasa langsung menahan tawanya. Lucu, geli dan gemes, seperti itu yang tergambar ketika mereka memandang wajah polos tanpa dosa tersebut. Jika kondisi tidak sedang ramai seperti ini, ingin rasanya Daffin menarik telinga itu bocah. Setelah rasa sakit di hitung dan tenggorokannya berkurang, Daffin memandang Andriko. Rasa kesalnya hilang seketika saat melihat wajah polos tanpa dosa tersebut. "Seharusnya aku belajar lebih dulu cara buat si kembar, biar dapatnya 2, hi... hi..., Seharusnya bang Daffin membuat tutorial buat anak kembar di YouTube." Nara yang duduk di samping Hana, dengan sengaja berbi
236Ojek yang ditumpanginya berhenti di sebuah mall terbesar di Jakarta, Berliana berjalan masuk ke dalam mall dengan menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin ada yang memperhatikannya di mall yang cukup ramai ini. Setelah menaiki tangga eskalator hingga beberapa kali. Langkah kakinya semakin cepat menuju toko yang menjadi tujuan utamanya.Berliana hanya berdiri dan diam di Toko berlian tempat Daffin membelikan cinta pertunangannya. Meskipun tidak ikut ketika Daffin membelinya, namun Berliana tetap tahu toko berlian tersebut dari kwitansi pembelian. Tatapan matanya tertuju ke etalase kaca yang memperlihatkan keindahan kilau berlian di dalamnya. Mulai dari cincin, gelang tangan, liontin dan kalung. Melihat ini saja sudah membuat matanya terasa segar. "Apa ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya karyawan toko dengan sangat ramah.Berliana sedikit tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Saya ingin menjual cincin berlian," jelas Berliana."Punya sertifikat dan bukti pembelian?" tanya di kary
Hana mengganti pakaian si kembar dengan piyama tidur dengan corak yang sama namun berbeda warna. Yang satu berwarna biru pekat sedangkan yang satu lagi berwarna pink. "Anak mami ganteng sekali. "Hana mencium pipi bulat milik Keandra. Melihat putranya yang tersenyum lebar, membuatnya semakin gemas dan kembali menciumi lebih banyak."Hahaha anak mami sudah pandai cemburu ya." Hana gemas saat Keyzia merengek. Ia kemudian mencium pipi putri cantiknya. "Belum tidur ya." Daffin yang baru saja masuk ke dalam kamar memandang kedua anaknya yang saat ini masih asik bermain. Kedua bayi itu, sudah mulai pandai memegang dan memainkan mainan di tangannya. Kedua bayi itu semakin senang mengerakkan tangannya saat mainan itu berbunyi. "Belum baru aja ganti baju. Lihat kami udah pakai baju seragam." Hana tersenyum memandang baju yang saat ini dipakainya bersama dengan kedua anaknya. piyama yang di pakainya sama dengan yang dipakai Keyzia. berwarna pink dengan corak garis-garis.Daffin tersenyum ket
Berliana tidak mau menyerah begitu saja. Meskipun sang Mama sudah memintanya untuk tidak memakai jasa pengacara. Namun tetap saja ia menghubungi salah seorang pengacara yang dikenalnya dan dia berharap pengacara itu bisa membantu meringankan hukuman Susi. "Halo." Seorang pria menjawab di seberang sana.Halo pak Randy saya Berliana." Berliana langsung menyebutkan namanya."Oh Berliana." Pria itu tersenyum meskipun Berliana tidak dapat melihat wajahnya. "Bagaimana kabarmu?" "Kabar saya sangat baik, saya yakin pak Randy pasti tahu tentang kasus yang saya hadapi." Berliana berkata tanpa berbasa-basi lagi. Ia yakin, uang yang di milikinya bisa meringankan hukuman sang mama."Ya saya mengetahui kasus itu dan saya mengikutinya." jawab pria itu"Apa saya boleh bertemu dengan anda? Saya ingin berbicara masalah kasus ini." Berliana bertanya dengan suara yang lembut."Tentu bisa," jawab pria tersebut."Di mana kita bisa bertemu? atau saya langsung saja ke kantor anda?" Tanya Berliana."Boleh,"
Daffin masuk ke dalam kamar dan melihat kedua anaknya menangis. Yang satu di atas tempat tidur, sedangkan yang satu lagi berada di gendongan sang mami. Ia tahu bahwa Hana kesulitan saat menenangkan ke dua anaknya."Anak papi nangisnya kenapa barengan, nggak mau gantian ya?" Daffin tersenyum dan menggendong Keyza."Nggak tahu entah kenapa ini nangisnya barengan." Hana menenangkan bayi laki-laki yang saat ini digendongnya. Karena Suara tangis Keandra yang paling kuat, maka ibu si kembar itu berniat untuk menenangkan sang putra terlebih dahulu. Namun bersyukur suaminya cepat datang dan membantu menenangkan putri cantiknya."Apa haus?" Daffin tersenyum dan mencium pipi putrinya yang cantik. "Baru aja selesai mimik," jawab Hana."Mungkin mereka tahu kalau maminya lagi sedih." Daffin berkata saat melihat mata istrinya yang sembab. Diusapnya jejak air mata yang masih terlihat jelas di pipi putih dan mulus istrinya. Meskipun Susi akan mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan perbuata
"Mama Berliana berlari dan memeluk Susi dengan erat. Air mata kesedihan tidak bisa di tutupinya. Susi tersenyum dan mengusap punggung putrinya. Senyum yang ditunjukkan sebagai bukti bahwa dirinya baik-baik saja. "Mama baik-baik aja nak.""Mama aku sungguh tidak sanggup." Berliana berkata di tengah isak tangisnya. Menyaksikan persidangan sang mama, sungguh membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit atas hukuman yang akan diterima oleh wanita yang sudah melahirkannya. Namun yang lebih membuat hatinya terasa sakit dan juga perih, ketika tidak bisa membela mamanya sama sekali. Ribuan kata makian untuk menghakimi perbuatan Susi. Mereka terlalu pandai untuk menilai dan menghakimi kesalahan yang orang lain lakukan. Ingin rasanya Berliana marah dan menangkis semua perkataan orang-orang itu. Namun apa yang dikatakan mereka benar. Semua fakta tidak bisa di pungkiri. Pada akhirnya dia berusaha untuk tuli dan tidak mendengarkan. Meskipun kenyataannya, apa yang dikat