Daffin dibuat kewalahan dengan keinginan istrinya. Bagaimana mungkin wanita yang berperut besar itu, meminta untuk datang ke rumah Nara, hanya untuk ikutan melukis henna di tangan dan kukunya. "Sayang, yang pakai lukis-lukis Henna di tangan dan kuku, khusus untuk orang yang mau menikah. Sedangkan kita, sudah nikah. Ngapain juga pakai-pakai yang kayak gitu." Daffin mengusap pipi istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. Walaupun tidak yakin, rayuannya akan mampu mengubah kehendak Hana, namun pria itu tetap mencoba untuk membujuk."Enggak kok, orang yang sudah nikah dan belum menikah, juga boleh pakai. Hana mau kuku di beri warna merah dan punggung tangan di beri warna putih." Hana tersenyum memandang kuku yang memang tidak memakai kutek pewarna kuku sama sekali.Daffin memandang Hana dengan wajah bingung. Sayang Abang panggil pelukis Henna aja ya ke rumah kita," bujuknya.Hana menggelengkan kepalanya. "Hana maunya pakai henna di rumah Nara." Matanya berkaca-kaca memandang Daf
Hana diam memandang Cinta. Cinta salah tingkah ketika melihat Hana memandangnya. "Kalau dulu kak Hana, pingitannya berapa hari?" Cinta kembali mengalihkan topik obrolan."Kakak mana ada di pingit dek, orang ketemu sama bang Daffin aja cuman pas dia melamar, sudah itu ketemu lagi pas akad nikah, sudah gitu doang." Hana tersenyum saat mengingat pertemuan pertamanya dengan Daffin. Pada saat pertemuan pertamanya, pria itu memberikan respon yang baik. Dan senyum yang sangat manis, hingga ia tertipu dan mau menerima lamaran untuk menjadi pengganti kakak tirinya. "Ooo." mulut Cinta membulat. Ia berharap, kakak angkatnya tidak mempertanyakan hal tersebut. Karena tadi ia hanya keceplosan berbicara dengan Nara. "Kok gak ada cerita sama kakak, dek?" Hana memandang Cinta dengan serius."Apanya yang diceritain sih kak?" Tanya Cinta."Ya itu, Cinta dipinang," jawab Nara."Cinta belum terima kak, gimana mau diceritain,"jawabnya yang masih dalam kondisi galau. "Kenapa nggak diterima?"tanya Hana"
Setelah mengucapkan ijab Kabul untuk istrinya, pria itu kini bisa bernapas lega. Ia berusaha untuk tetap tenang, meskipun jantungnya berdegup dengan cepat. Berulang kali menarik nafas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan, guna untuk menetralkan detak jantungnya. Namun tetap saja, cara ini tidak mampu untuk menetralkan detak jantung yang berdegup cepat. Fatan duduk dengan gelisah. Tatapan matanya, hanya tertuju ke arah pintu masuk. Matanya seakan tidak bisa berkedip, saat melihat seorang bidadari yang masuk ke dalam ruangan resepsi. Nara begitu sangat cantik dengan memakai kebaya modern berwarna silver dan lilitan hijab berwarna putih. begitu juga dengan Fatan, yang terlihat sangat tampan dan gagah, dengan memakai jas putih dan peci berwarna putih.Nara berjalan dengan langkah kecil, sesuai dengan arahan dari mamanya. Ia terus berjalan mendekati pria yang sekarang sudah menjadi suaminya. Menjadi pusat perhatian, sungguh membuat dirinya canggung. Jantungnya berdegup d
"Apa kamu yakin sayang?" Raffasya menatap wajah kekasihnya dan mengusap pipi Karin dengan lembut. Bagaimana bila wanita yang telah melahirkannya, tidak menghargai niat baik dari kekasih pujaan hatinya. Raffasya cemas saat memikirkan itu. Melihat keberadaan Cinta di sana, membuat ia semakin kesal dan marah."Iya bang, ini kesempatan aku untuk bisa dekat sama mama. Berhubung aku sudah kenal dengan Hana, jadi aku bisa menjadikan Hana sebagai alasan." Karin tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kamu benar-benar cerdas sayang. Mama, sangat baik dan keibuan, jadi kamu jangan takut. Aku yakin, kamu bisa mengambil hati calon mertuamu. Pergilah aku akan duduk bersama dengan Daffin." Raffasya tersenyum dan memberikan semangat untuk kekasihnya. Karin tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia sangat yakin bisa meluluhkan hati wanita berwajah cantik, namun angkuh dan sombong itu. Kalau bukan karena rasa cinta dan ingin mengangkat status sosial keluarganya, ia tidak akan rela menyembah r
Karin merasakan hatinya terasah berdenyut menahan rasa marah, saat melihat Sari yang dengan sengaja tersenyum sambil mengejeknya. "Aku memang temanan sama Berliana Tante, aku juga nggak nyangka kalau dia bakalan seperti itu. Setelah tahu seperti apa dia, aku nggak mau lagi temenan sama dia. Sekarang Tante lihat, seperti apa efek yang aku dapat karena aku adalah mantan sahabatnya." Karin berkata seakan dirinya menjadi korban yang terdzolimi. "Seorang ibu tahu, mana yang terbaik untuk anaknya. Jadi kalau menurut kita, wanita itu tidak baik, ya nggak baik." Sari berkata dengan gaya judesnya.Karin semakin kesal karena disudutkan seperti ini. "Fatan itu beda kasus, dia memang tidak punya pilihan sendiri. Dia juga nggak pandai cari sendiri. Jadi karena itu, dia dijodohkan oleh mamanya. Namun ternyata pilihan mamanya itu, tidak baik. Sampailah berakhirnya, Fatan mengenal Nara. Setelah mengenal Nara, dia baru mengenali cinta makanya itu dia memutuskan tunangannya dan nikah dengan Nara."
Suasana di dalam kamar ini sangat sunyi. Hanya ada dua manusia yang duduk di atas tempat tidur, tanpa berbicara. Si lelaki kebingungan, saat melihat wanita cantik yang baru saja menjadi istrinya. "Ternyata duduk di pelaminan itu capek ya." Fatan mencari topik pembicaraan dengan istrinya. Ia memandang Nara secara diam-diam. Nara tersenyum malu-malu dan menganggukkan kepalanya. Bisa dikatakan, sikapnya seperti gadis remaja yang baru saja memulai kencan pertama. Entah kemana hilangnya sikap agresif dan senang menggoda calon suaminya itu. "Abang, Nara mau mandi." Nara menundukkan kepalanya. "Iya,” jawab Fatan yang duduk berjarak sekitar 30 centimeter dengan istrinya."Nara buka hijabnya dulu." Nara berdiri dan berjalan menuju meja rias yang ada di depan tempat tidurnya.Fatan hanya menganggukkan kepalanya dan memandang istrinya yang berjalan meninggalkannya duduk sendiri. Diperhatikannya Nara yang sedang sibuk melepaskan lilitan hijab yang menutupi rambutnya. "Aku berharap dia membut
Ia hanya mengikuti naluri kelelakiannya. Diciumnya bahu istrinya dengan lembut.Nara sangat terkejut dan menoleh memandang Fatan yang berdiri di belakangnya. Pria yang baru saja menyandang status suami itu sudah tidak mampu berkonsentrasi pada akhirnya, menghentikan pekerjaan tangannya. Ia hanya sibuk dengan degup di jantungnya. Sedangkan tatapan matanya, tertuju ke arah bibir yang sudah sangat dekat dengannya.Hembusan nafas suaminya, terasa hangat menyentuh wajahnya. Nara tersenyum dan berniat untuk menjahili Fatan. Bila pria yang baru saja berubah status jadi suaminya, tidak bisa memulai lebih dulu, maka tidak ada salahnya bila Nara yang akan memulai lebih dulu. Selama beberapa hari melewati proses pingitan, Fatan belajar lewat video dan website, untuk mengetahui apa saja yang dilakukannya ketika melakukan malam pertama dengan istrinya. Ia harus mencari video berciuman dan memperhatikannya. Meskipun ciuman pertama, namun ia ingin memberikan kesan yang indah untuk sang istri. Set
Fatan merasakan gemuruh didada. Dinginnya suhu di dalam kamar, sudah tidak terasa oleh tubuhnya yang sudah mulai berkeringat. Ada rasa gugup dan takut-takut yang datang melanda. Namun semua itu tersingkirkan karena rasa penasaran, ingin tahu dan mencicipi rasa yang memabukkan dan membuat candu. Pria berwajah tampan itu melepaskan tautan bibirnya, yang sudah menempel sejak tadi. Dihirupnya udara yang banyak sambil memandang wajah cantik istrinya. Nara kewalahan ketika mendapatkan serangan dari suaminya. Apa yang dilakukan oleh Fatan, tidak terbayangkan olehnya. Meskipun pria itu masuk kategori amatiran, namun ternyata cukup lihai. Nara memanfaatkan waktu yang diberikan suaminya, untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya.Setelah sama-sama menghirup udara yang banyak, Fatan kembali mencium bibir Nara. pria itu seakan tidak ada puasnya, setiap kali mencium bibir yang terasa manis dan lembut. Tangan yang sejak tadi diam, kini sudah mulai aktif bekerja. Tangannya sudah berani untuk mengusap