Aldrin Madrean, bagi Keluarga Panetta adalah momok menakutkan sejak beberapa tahun yang lalu. Itu berawal saat PnT mencoba bekerja sama dalam sebuah proyek, ia ingat betul jika saat itu Aldrin baru mengambil alih Madrean selama 1 tahun, hal itu membuat Ayahnya, Thomas Panetta, mencoba peruntungannya untuk kerjasama, namun ia memandang rendah Aldrin, dan berniat bermain licik. Sayangnya, ia terlalu menyepelekan kemampuan luar biasa Aldrin dalam berbisnis. Setelah ketahuan ia mempermalukan Ayahnya, juga memutuskan kontrak kerjasama mereka yang berakibat fatal pada perusahaan mereka, belum lagi nama baik keluarga Panetta tercoreng saat itu. Ayahnya sangat terpukul, ia menyaksikan semua itu dengan matanya sendiri betapa kejamnya seorang Aldrin Madrean.Leon Panetta, kakaknya sangat berambisi untuk mengalahkannya sejak saat itu. Belum lagi sejak kakaknya bertemu Sesiliana, ambisinya berubah menjadi obsesi.Sedangkan dirinya sendiri lebih miris, ia menyukai Aldrin sejak lama, ia selalu mem
Leon menyeret tubuhnya yang mati rasa tertatih berjalan menuju apartemen Denia. Beberapa saat yang lalu ia sadar, dan mengetahui jika ia sedang berbaring dipinggir jalan sepi, tubuhnya digerogoti semut dan hewan lainnya. Meskipun ia sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya, tapi mati rasa dan ngilu di setiap sendinya tetap terasa sejak tadi. Ia tidak tahu apa yang telah dilakukan Sesiliana padanya, tapi ia tahu jika itu adalah sesuatu yang buruk. Bukan hanya itu, sepertinya Sesiliana mengetahui semua rencananya. Ia sudah bersiap dan mereka telah mengibarkan bendera perang. Ia selalu memikirkan, dimana ia lakukan salah hingga semua pengaturannya selama bertahun tahun hancur seketika. Apakah keberadaan Denia? Ya, seharusnya Denia menjadi celah sehingga semua usahanya gagal begitu saja. Namun saat ini ia harus menyelamatkan dirinya sendiri, melihat sekeliling setelah memeriksa tubuhnya dan menemukan ia tidak memiliki ponsel atau uang, ia hanya bisa berjalan keluar, setidaknya ia tidak
"Bagaimana, apa ada kabar dari kakakmu?" Ayah Leon bertanya pada putrinya. Saat ini mereka sedang berada di kamar VVIP rumah sakit tempat istrinya dirawat."Iya, baru saja anak buah kakak mendapat informasi kalau sejam yang lalu kakak memasuki apartemen Denia, dia juga melaporkan jika kondisi Leon tidak seperti yang kita kira.Meskipun Leon tampak lesu tapi tidak ada yang perlu ditakutkan."’"Bod**, karena ia tidak terluka itu pasti lebih parah, Orang itu adalah orang yang pendendam, semakin tenang ia bertindak semakin kejam ia.""Tapi...." Leona merasa ayahnya terlalu melebih-lebihkan. "Minta dia datang kemari secepatnya! lalu minta para dokter untuk memeriksa. Aldrin bukan pria yang baik, dengan apa yang dilakukan kakakmu, apakah dia akan melepaskannya dengan mudah! Menurut kebiasaannya pasti dia melakukan sesuatu pada kakakmu!""Baiklah akan aku minta kakak kemari, Ayah bagaimana keadaan Mama?""Dia baik-baik saja, itu salahnya sendiri selama ini dia sangat membenci Sesil, setiap
"Bagaimana perasaanmu, nak. Apa kamu merasa tidak nyaman?" tanya Nyonya Panetta."Tidak apa-apa, Ma. Leon hanya merasa lelah dan pusing, Istirahat sebentar juga akan baik-baik saja."jawab Leon."Apa yang terjadi? Kenapa kamu seperti ini?" tanya Ayah Leon setelah melihatnya membaik."Aldrin masih hidup, Ayah. Dia kembali untuk membalas dendam. Dan Sesil sebenarnya tidak pernah menikah dengan Leon. Meskipun nampak jika ia yang bersamaku sebenarnya bukan dia."Leon menyampaikan informasi yang besar pada keluarganya, namun ucapannya lebih seperti racauan.Awalnya mereka hanya menduga jika Aldrin Kembali, dan setelah mengetahui jika itu benar adanya, mereka masih sangat terpukul. Ketakutan mereka sangat jelas dalam keheningan di ruangan itu."Apa maksudmu dengan bukan dia?" tanya Ayah Leon.Saat ini mereka sedang berada di dalam kamar Leon. Istri dan putrinya sudah kembali ke kamar masing-masing. Hanya dia yang menunggu Leon sadar, ketakutan yang dirasakannya mulai tenang, ia harus menyus
Leon menatap Pria B yang nampak paling syok dari semuanya."Wanita itu persis sama dengan Sesil, jika mereka berdiri berdampingan tidak ada yang bisa membedakan mereka."Leon kembali mengingat kejadian tempo hari. Semakin ia merasa Sesiliana sangat misterius."Ada berapa orang pendamping Sesiliana?" tanya Leon tiba-tiba."Ada 3, mereka selalu berada di sekitarnya." jawab Pria B."Siapa saja yang kamu maksud?""Natan pengawal, Nala asisten lab dan Nana asisten pribadi. Siapa yang kamu maksud?""Lalu siapa Nari? Wanita itu bernama Nari.""Tidak pernah ada pendamping dengan nama itu.""Berarti, tidak diketahui berapa banyak orang orang yang melindungi Sesiliana dibelakang layar.""Apa? lalu siapa dia? Bagaimana ia bisa menjadi pengganti Sesil tanpa diketahui?" Pria D jelas lebih tidak mengharapkan semua itu terjadi. "Bagaimana bisa tidak ada informasi sama sekali? Jika ia salah satu pendamping berarti ia sudah ada sejak lama!" ujar Ayah Leon."Belum bisa dipastikan jika ia salah satu pe
Suasana menjadi suram sejak 20 menit lalu, Leon masih duduk memegang kertas ditangannya, kemudian sepertinya ia mulai sadar dari lamunannya dan merobek kertas itu.Para Pria besar yang sejak tadi berkumpul untuk membicarakan kerjasama mereka tidak menanggapi amarahnya, mereka hanya berpikir jika saat ini, Leon kehilangan kartu truf besar dalam permainan ini."Biarkan orang-orang menyebarkan kabar tentang kembalinya Aldrin, buat rumor jika ia yang telah merancang berita yang beredar sebelumnya. Biarkan beberapa orang bersaksi palsu. Gunakan kembalinya Aldrin sebagai penyebab perceraian ini. Jatuhkan nama baik keluarga Arnawan, minta orang orang kalian mendapatkan foto mereka dan sebarkan." Leon memerintahkan asistennya, Tore, yang datang tidak lama setelah Leon menerima suratnya.Tore bersiap untuk menjawab Leon ketika tiba tiba telepon disaku celananya berdering. Sedikit mengernyit, ia meminta maaf pada Leon lalu mundur untuk menerimanya."Apa maksudmu? Kapan itu terjadi? Hapus berit
Terry mondar mandir di kamar kos kecil yang disewanya sejak beberapa hari yang lalu. Sejak tadi ia menghubungi Denia namun yang diseberang sana tidak mengangkat teleponnya sama sekali. Raut wajahnya saat ini sangat menyeramkan, marah, benci dan putus asa bisa terlihat sekilas.Sebulan terakhir akhir ini adalah neraka baginya, dan orang yang bertanggung jawab atas kesialannya ini tidak bisa dihubungi."Angkat…ayo angkat…shit." umpat Terry saat teleponnya tidak juga diangkat.Kemudian ia memutuskan untuk menghubungi Ayahnya, mengingat Ayahnya ia kembali menyesal, andai saja ia tidak mendengarkan bujuk rayu Denia dan tergoda untuk terjun ke dunia modeling semuanya tidak akan terjadi."Halo, Ayah. Bisakah kamu mendatangi Tuan Leon! Tolong minta dia untuk menolongku, Ayah…" cecar Terry begitu ia mendengar jika teleponnya tersambung."Terry, ada apa? Kenapa kamu mencari Tuan Muda Leon lagi! Apa kamu ingin bertengkar lagi dengan nona Denia!" ucap Tomi, yang tidak lain adalah Pengurus rumah t
Apartemen Denia saat ini tampak tenang, dan gelap, hari yang memang sudah beranjak siang sepertinya tidak mempengaruhi penghunnya. Ruang tamu yang telah dihancurkan Leon telah dibersihkan dan dirapikan, namun barang-barangnya tidak ganti, sengaja dilakukan Denia untuk memintanya ganti rugi, sayangnya yang bersangkutan tidak bisa dihubungi jika tidak Denia sungguh ingin mengamuk.Setelah semalaman mengawasi pekerja sementara yang dia tugaskan untuk membersihkan rumahnya. Sedangkan ia sendiri harus membersihkan kamarnya, belum lagi ia mendapati salah satu perhiasannya hilang, Denia semakin berang.Kemudian ia sekali lagi menonton video rekaman Cctv di depan pintunya. Ia ingin melihat apakah ada pencuri yang memasuki rumahnya, sayangnya kenyataan menamparnya lagi, selain Leon tidak ada orang lain yang datang. Denia lagi-lagi emosi karena Leon, merusak barang-barang di rumahnya, mengambil perhiasannya, belum lagi ia yang tidak bisa dihubungi membuatnya semakin meradang, Denia melupakan j
Mata Sesiliana berbinar indah, menatap tak percaya pada hamparan di depannya, ada lembah bunga mawar merah berbentuk hati yang sangat besar di depannya. Disisinya ada rangkaian tulisan ‘Will you marry me?’Sesiliana tertawa melihatnya, baru kemarin ia meledeknya jika ia memintanya menikah tanpa melamar, namun yang dilakukannya benar-benar spektakuler, ia tak tahu siapa yang memberinya saran lamaran seperti ini.“Apa ini proposal lamaran kak Al?”Turun dari punggung kuda dengan Aldrin memeluknya. Tawa manis terdengar diiringi hembusan angin yang membawa aroma bunga membuat hati Aldrin terasa sangat manis.Sembari memeluknya dari belakang, menyaksikan ia memandangi hamparan didepannya.“Apa kamu menyukainya?” Aldrin tidak menjawab pertanyaannya malah bertanya kembali padanya.Dengan anggukan kepala dan senyum lebar sebagai jawaban, tiba-tiba 3 helikopter terbang membentuk segitiga lalu kelopak bunga beterbangan dilepaskan dari helikopter tersebut.Pemandangan itu sangat indah, Sesiliana
Aldrin memeluk Sesiliana, menikmati waktu berdua di sela kesibukannya akan masalah mereka. Aldrin membenamkan wajahnya di leher Sesiliana, menghirup aroma yang selalu menjadi candu baginya. Setelah pertemuan dengan para Ayah mereka, Aldrin mengikuti Sesiliana untuk kembali ke Villanya. Bagi Aldrin tinggal masalah waktu sebelum akhirnya ia bisa memiliki gadisnya, menjadikannya istrinya.“Setelah semuanya selesai, maukah Lili menikah dengan Al?”Aldrin memecah kesunyian di antara mereka dengan pertanyaan yang mengejutkan.Sesiliana terkejut sesaat kemudian tertawa.“Hahaha kak Al bahkan belum melamar Lili, lalu kak Al mau langsung begitu saja menikah gitu, oh tidak bisa, tidak semudah itu!” Ada kebahagiaan yang terlintas di mata Sesiliana, senyum dalam tawanya yang sengaja menggoda Aldrin sangat cemerlang. Aldrin yang tadinya serius tidak dapat menahan tawa mendengar lelucon dan keluhan yang dilontarkannya. Aldrin menatap gadis dipelukannya, masih seperti dulu seberapa pun berubahnya
Sesiliana memandang Andra, Arkan dan Aldrin, sebelum akhirnya mengatakan keputusannya, ia juga mengeluarkan bukti-bukti yang diserahkan Mili.Mereka membacanya bergantian, raut wajah mereka pun berubah semakin suram.Sesiliana yang melihatnya lalu tersenyum, ia mengerti kemarahan mereka.“Sesil tahu Ayah, paman dan kak Al marah tapi kesalahan tidak serta-merta semua milik para paman, ada dalang sebenarnya dari semua yang terjadi. Mili tadi menjelaskan kalau memang saat mereka berkumpul terakhir kali, keluarga Panetta, paman kedua dan ketiga Madrean, paman Ahnan dan terakhir Matheo. Dari mereka semua memang terkesan keluarga Panetta yang menjadi pemimpin tapi sebenarnya mereka hanyalah bidak otak dari semua ini adalah Matheo. Matheo, Denia dan istri paman kedua dan ketiga Madrean saling terkait. Para istri paman mempengaruhinya dari hasutan orang-orang suruhan Denia sedangkan Denia sendiri adalah kekasih Matheo.” Melihat mereka mencerna penjelasannya, Aldrin yang telah menyimak akhirn
FlashbackSesiliana yang baru saja akan pergi ke villa Aldrin terhenti karena kedatangan seorang pria dan wanita, tampak mereka berdua lebih muda dari Sesiliana. Sesiliana menatap mereka lekat sebelum akhirnya mengingat mereka dengan baik.“Kakak cantik.” seru gadis yang tampak sangat senang melihat Sesiliana. Dengan langkah cepat menghampiri Sesiliana dengan menyeret pria muda yang datang bersamanya.“Mili, kamu benar benar-benar tidak berubah! Selalu saja menyeret Dwi kemana saja.” ujar Sesiliana yang melihat tingkahnya.“Kakak Sesil.” sapa pria muda yang bernama Dwi.“Wah, kalian bertambah tinggi, dan kamu tambah cantik, kakak gemas melihatmu.” Sesiliana menatap mereka sayang sembari menggosok kepala Dwi lalu mencubit gemas Mili.“Kakak cantik, bisa bicara sebentar?” tanya Mili sedikit takut.“Kakak mau ketemu kak Al sebentar lagi, bagaimana kalau kalian ke villa kakak istirahat sambil tunggu kakak pulang?”“Tidak kak ini penting, cari tempat untuk bicara sebentar.” ujar Dwi.“Oh k
Di ruangan lain ayah Sesil, Arkan sedang duduk sendiri sambil merokok, hembusan asap rokok mengaburkan pandangan, matanya menatap kosong ke depan. Baru saja ia bertemu dengan saudaranya, Ahnan. Tidak pernah terpikirkan jika pengkhianatan keluarga mereka hanya didasarkan atas keserakahan. Senyum miris di bibir Arkan seakan mengejek nama Arnawan yang mereka sandang. FlashbackMenatap satu-satunya saudara kandungnya yang sejak tadi hanya menunduk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya Ahnan tidak tahan dengan diamnya saudaranya sejak tadi.“Jika kamu mau menghukum, hukum saja tidak ada yang perlu dikatakan lagi diantara kita, saya tahu dengan sifatmu, kamu pasti sudah tahu semuanya. Jadi tidak perlu menatap ku hanya untuk sekedar mengasihani ku.”“Kenapa? Apa yang diberikan Arnawan tidak cukup untukmu? “ Arkan tidak memperdulikan ucapan Ahnan, tapi bertanya kembali padanya.“Mengapa harus puas jika bisa mendapatkan lebih banyak, setidaknya saya tidak seperti kedua saudara Madrean
Matheo menatap Aldrin yang juga menatapnya, entah kenapa Matheo merasa jika Aldrin dapat melihat melalui dirinya, keringat dingin terasa di sepanjang tulang belakangnya. Sejak dulu mereka berteman selalu seperti ini, tidak ada yang benar-benar dapat memahami seorang Aldrin, ketajaman dan kemuliaan di tulangnya membuat mereka yang dekat dengannya selalu merasa rendah dan hal itu lah yang paling dibenci olehnya.Matheo Demias, berasal dari yang hanya sedikit lebih rendah dari Madrean, meskipun tidak sekaya keluarga Madrean tapi keluarganya juga bagian dari lingkungan kelas atas, ia selalu berada dibelakang Aldrin, ia selalu menjadi yang kedua sekuat dan sebesar apapun ia berusaha. Jika Leon secara terang-terangan menjadikan Aldrin saingan, maka ia selalu berada dalam bayang-bayang.Ia ingin melenyapkan Aldrin tanpa harus menyentuh tangannya sendiri, sayangnya orang ini seakan memiliki 9 nyawa. Apapun tindakan yang ia ambil itu seakan tidak berpengaruh apapun padanya, keberuntungannya ad
Asisten Tim memasuki ruangan membawa beberapa berkas yang bertumpuk di tangannya.Melihat Bosnya sedang memegang telepon, nampak ia sedang membalas pesan yang entah siapa. Ia tidak berani mengambil langkah lebih dekat karena ia sudah sangat bersyukur jika bosnya itu tidak meneliti setiap pekerjaan mereka, yang bisa dipastikan jika itu sama saja menguliti mereka hidup-hidup. Bos mereka menjadi semakin mengerikan sejak kembali. Ketegasannya dan ketajamannya menjadi semakin tak tertahankan. Bosnya bisa menemukan kesalahan ketik, tanda baca, bahkan ditumpukan laporan yang meninggi. Ia akan tahu tiap halamannya. Sungguh menakjubkan yang terkesan mengerikan.‘Memang hanya Nona Sesil yang bisa menjadi pawangnya.’ batin Tim.Mengetahui keberadaan asistennya, Aldrin menyimpan ponselnya setelah mengakhiri pesannya pada Sesiliana.“Bagaimana?”“Seperti yang anda katakan, semua bukti sudah terkumpul, kami menggeledah rumah, kantor, bahkan rumah pribadi mereka. Dengan bantuan pihak berwajib yang
39.Setelah sesi melankolis antara Mama Al dan anaknya, dengan duduk disofa panjang, Mama Al diapit oleh Aldrin dan Sesiliana dan Ibu Sesil duduk disampingnya. Setelah dua jam berlalu dengan suasana hangat, mereka memutuskan untuk menginap malam ini. Mereka kembali ke kamar masing-masing setelah makan malam.Tidak ada yang membahas tentang apa yang terjadi dengan keluarga Panetta, meskipun berita diluar sana sedang panas-panasnya dengan kejatuhan PnT, tapi hal itu tidak berpengaruh sedikit pun pada kedua keluarga mereka.Saat ini yang tengah tidak nyaman adalah Andra, ayah Aldrin. Andra sedang duduk tidak jauh dari istrinya, wajahnya terlihat khawatir, beberapa kali ia terlihat menggaruk kepalanya. Sejak putranya muncul istrinya tidak pernah mengatakan sepatah kata pun padanya, bahkan setelah memasuki kamar, mereka saling diam. Andra dengan kegalauannya karena tidak tahu harus berkata apa, sedangkan Dara masih berkutat dengan kemarahannya. “Tuan Andra, sepertinya ada hal yang harus a
“Apa yang menyebabkan Denia menderita penyakit kelamin? Seharusnya dampak serum itu tidak akan seperti ini!” Sesiliana mengernyit memikirkan penyebab kondisi Denia, serum Denia berlawanan dengan serum yang ada pada Leon, setelah mereka berdua berhubungan, efek samping serum itu tersulut dan melukai Leon sedangkan Denia ia hanya akan berdampak kecil. Kecuali, selama rentan waktu ini Denia bergonta ganti pasangan. “Seharusnya itu perbuatan Tuan bos!” cecar Nari seolah telah memahami sesuatu.Dalam kebingungan atas ucapan Nari, baru saja Sesiliana bertanya, tiba-tiba pintu ruangan diketuk, sebelum Sesiliana dan yang lainnya mengucapkan sesuatu, orang diluar pintu kemudian membukanya.Wajah tampan, tanpa ekspresi dengan alis dingin dan mata tajam, memindai isi ruangan. Melihat orang yang dicarinya berada, senyum di mata Aldrin semakin dalam, ia tidak lagi seperti sosok yang akan memakan orang dan menyeramkan seperti pertama memasuki di ruangan itu, ketiganya bergidik seketika. ‘Wow, Tu