Sudah beberapa hari meninggalkan kediaman Panetta, tidak ada kabar dari pihak mereka setelah surat panggilan pengadilan, keluarga Panetta juga tidak berkomentar apapun dengan kepindahan dan perceraian mereka. Keadaan tenang ini jelas tidak setenang kelihatannya, dampak yang diterima Leon karena kepergiannya jelas bukan sesuatu yang bisa diterima begitu saja oleh keluarga Panetta terutama Nyonya Panetta.Sampai saat ini ia tidak menghubunginya sama sekali untuk melampiaskan emosinya, jelas mereka sedang merencanakan hal buruk.Sesiliana sedang duduk dengan memegang mangkuk ice cream di tangannya, menikmati makanan kesukaannya itu sambil menebak-nebak tindakan apa yang kira-kira akan dilakukan Leon cs.Nana melihatnya dari luar entah kenapa berhenti ditempatnya, senyum manis tercetak di wajahnya, sudah lama sekali ia tidak melihat Sesil melepas bebannya, bersantai dan menikmati makanan kesukaannya. Kedatangan orang itu jelas membuatnya melepaskan beban yang dipikulnya seorang diri. Ya,
“Malam ini pesawat Papa Mama sampai, apa kamu mau jemput mereka?” tanya Aldrin.“Tidak, sebentar aku mau ke Laboratorium. Magang itu harus keluar secepatnya, aku tidak mau mempertaruhkan hasil lab yang bisa saja dimanipulasi, ini menyangkut nyawa banyak orang.”“Ya, kalau itu maumu, tapi minta Natan dan yang lainnya menemanimu. Biar aku yang jemput Papa Mama.” “Ya, makasih kak Al.”Aldrin meraih tangan kiri Sesiliana lalu memasangkan cincin yang pernah melingkar di sana. Ia telah meminta asistennya untuk memesannya lagi karena bisa dipastikan jika miliknya yang sebelumnya sudah berakhir jauh entah dimana berdasarkan amarahnya.“Jangan dilepas lagi, setelah semuanya selesai kita akan menikah.”Aldrin berjanji dalam hati bahwa kali ini ia akan memastikan jika tidak akan ada lagi yang akan menghancurkan hubungan mereka. Mereka akan menikah, memiliki anak dan tua bersama hingga akhir hayat memisahkan mereka.******“Selamat datang kembali Pa, Ma.” sapa Aldrin sembari memeluk satu persatu
“Karena mereka yang bisa melawan Madrean berarti mereka yang tidak bisa dikalahkan oleh Arnawan.” ucap Aldrin.Kedua orang tua Sesiliana pucat pasti, ada amarah dan kebencian yang tersirat dari pandangan mereka. “Maksudmu, alasan Sesil menerima Leon untuk melindungi Arnawan?” tebak Arkan. Suaranya bergetar, sulit baginya menerima jika putri tercintanya berjuang sendirian. Menarik nafas dalam-dalam, dengan tangan bergetar Dini mengambil air minum di depannya, meneguk untuk membasahi tenggorokannya.“Jadi, alasan Sesil selama ini tidak pernah menghubungi kami karena ini?” Dini kemudian memahami sesuatu yang selama ini mengganggunya. Ketidakpedulian Sesiliana selama mereka pergi, membuat mereka sakit hati.“Lili meminta orangnya untuk menyembunyikan keberadaan kalian, target Leon adalah Arnawan tapi orang dibelakangnya menginginkan Madrean.”Bukan perkara mudah untuk menerima informasi sebesar itu.“Putri kita benar-benar menderita.” ujar Dini dengan air mata yang tidak bisa lagi ia be
Aldrin menatap tablet di tangannya, membaca setiap berita-berita yang beredar. Wajahnya yang tampan tanpa ekspresi, udara dingin di sekelilingnya membuat siapapun merasa tercekik, di belakangnya pria berbadan kekar namun berkacamata itu adalah asistennya yang serba bisa, Tim.“Bagaimana Lili-ku?” tanya Aldrin tanpa berbalik menatap sang asisten.“Natan baru saja melaporkan kalau nona sedang menikmati sarapannya sambil membaca berita itu, nona menikmatinya bahkan makan lebih dari porsi biasanya, ia juga berkata jika akan menunggu sampai berita memuncak lalu mengeluarkan buktinya.”“Bagus.”Asisten Tim sudah sangat terbiasa dengan sikap bosnya. Selama itu menyangkut nona Lili, semua harus sesuai dengan keinginan wanita itu, keputusan apapun yang diambil ia akan menerimanya, jika sesuatu terjadi maka disitulah saatnya bosnya pasang badan.“Bagaimana pihak yang lain?”“Orang kita baru saja kembali dari apartemen Denia, mereka sudah menggeledah tempatnya, berkasnya sudah ada di tangan kita
Denia terbangun oleh rasa sakit di pipinya dan rambutnya yang tertarik. Perlahan mengerjakan mata, lalu menatap Leon di depannya yang terlihat sangat murka, wajahnya menghitam dan suram. Tidak melihatnya selama beberapa tapi begitu bertemu pria ini malah menamparnya. Emosinya juga memuncak seketika.“Brengsek kamu Leon, setelah begitu lama tanpa kabar, tanpa peduli padaku, sekarang kamu datang lalu menyakitiku, sialan…kamu bahkan menghancurkan rumahku dan mengambil perhiasanku.” cecar Denia yang baru saja tersadar, akan tetapi ia melupakan jika keadaannya saat inilah yang bermasalah.“Apa katamu, dasar jalang. Lihat ini!” Leon menarik rambut Denia lalu menghadapkan wajahnya ke tumpukan kond** bekas di lantai.Belum lagi kondisi tubuhnya saat ini yang tanpa busana, dinginnya pendingin ruangan menyadarkan indranya. Menatap nyalang tumpukan didepannya. Denia akhirnya menyadari jika saat ini situasinya sedang buruk.“Sayang, a..aku…ini tidak benar,...aku dijebak, pasti Joel yang sengaja
Insiden yang terjadi pada Leon dan Denia tentu saja diketahui oleh Aldrin, dia lah yang merancang semua kejadian hari ini. Mulai dari kehadiran Joel, ia memberikan 2 misi untuk dilakukan Joel. Pertama, mendapatkan bukti kejadian saat itu yang dimiliki Denia. Dan salah satu misinya telah berhasil. Anak buah Aldrin yang pergi tidak lama sebelum kedatangan Leon, mereka berhasil menemukan beberapa berkas dan file lainnya. Sekarang mereka hanya perlu memeriksanya.Sedangkan, untuk misi kedua Joel hanya untuk menunggu waktu dan melihat hasilnya.Di ruang kerja Villa yang ditempati Sesiliana saat ini.Sesiliana sedang memeriksa laporan Laboratorium yang hampir dicuri. Sedangkan pelakunya ia serahkan pada Aldrin untuk ditangani.Tok tok tokKetukan pintu membuyarkan fokus Sesiliana.“Masuk.” ucapnya tanpa mengangkat kepalanya.Terdengar langkah kaki beberapa orang meskipun itu sangat pelan Sesiliana tetap mendengarnya dengan jelas, Sesiliana mengira itu adalah Pengurus rumah tangga bersama p
Aldrin memantik rokok yang ada di tangannya, ia hanya menghisapnya sekali lalu membiarkannya begitu saja yang hampir melukai tangannya, tapi setiap kali rokok itu habis ia akan menyalakan yang baru.Menatap kosong ke depan, pikirannya melayang, asap rokok mengaburkan pandangan hingga raut wajahnya tampak tidak jelas, hanya tekanan rendah yang mencekik di sekitarnya yang memastikan jika saat ini ia diambang kewarasannya.Sejak ia meninggalkan Villa yang ditempati Sesiliana, ia tidak mengucapkan apapun mengurung diri di ruang kerjanya. Ia sengaja pergi tanpa berpamitan pada kekasihnya, ia ingin memberikan mereka ruang untuk saling melepas rindu. Natan yang mengikuti tuan mudanya menghela nafas melihatnya seperti ini.Ia tahu betapa kacaunya perasaan Tuanya, dengan tingkat kegilaan tuannya pada Nonanya, Tuannya saat ini benar-benar sangat menakutkan. Yang ia takutkan adalah konsekuensi dari kemarahannya itu.“Panggil semuanya, aku mau semuanya berkumpul dalam satu jam. Juga kumpulkan sem
Sesiliana yang berdiri di hadapan mereka membuat mereka menatap khusyuk, tegas dan saleh. Entah sejak kapan, ruang dan ceria itu menghilang dari wajah cantik itu. Sesiliana saat ini sangat berwibawa, dan mulia, seperti seorang pemimpin yang siap untuk sehingga berperang kapan saja.“Seperti apapun sifat dan sikap Aldrin, selama ia tetap Aldrin yang mencintai Sesiliana, itu tidak akan merubah apapun.” Penjelasan Sesiliana seperti gelombang pasang membuat mereka langsung mengerti segalanya.Seperti apapun cara Aldrin mencintai Sesiliana, Sesiliana hanya mencintai Aldrin seperti apapun dirinya.“Cinta tanpa alasan, selama kamu mencintaiku, aku mencintaimu.” Kalimat itu spontan terucap dari mulut Nari.Diantara mereka bertujuh memang hanya Nari yang sangat pro terhadap pasangan, ia sudah memiliki banyak pengalaman untuk itu.Senyum indah terukir di bibir Sesiliana. Mereka semua terpana melihat senyum itu.Natan maju selangkah lalu berkata, “Nona, kami siap menerima perintah!”Kemudian, y