“Karena mereka yang bisa melawan Madrean berarti mereka yang tidak bisa dikalahkan oleh Arnawan.” ucap Aldrin.Kedua orang tua Sesiliana pucat pasti, ada amarah dan kebencian yang tersirat dari pandangan mereka. “Maksudmu, alasan Sesil menerima Leon untuk melindungi Arnawan?” tebak Arkan. Suaranya bergetar, sulit baginya menerima jika putri tercintanya berjuang sendirian. Menarik nafas dalam-dalam, dengan tangan bergetar Dini mengambil air minum di depannya, meneguk untuk membasahi tenggorokannya.“Jadi, alasan Sesil selama ini tidak pernah menghubungi kami karena ini?” Dini kemudian memahami sesuatu yang selama ini mengganggunya. Ketidakpedulian Sesiliana selama mereka pergi, membuat mereka sakit hati.“Lili meminta orangnya untuk menyembunyikan keberadaan kalian, target Leon adalah Arnawan tapi orang dibelakangnya menginginkan Madrean.”Bukan perkara mudah untuk menerima informasi sebesar itu.“Putri kita benar-benar menderita.” ujar Dini dengan air mata yang tidak bisa lagi ia be
Aldrin menatap tablet di tangannya, membaca setiap berita-berita yang beredar. Wajahnya yang tampan tanpa ekspresi, udara dingin di sekelilingnya membuat siapapun merasa tercekik, di belakangnya pria berbadan kekar namun berkacamata itu adalah asistennya yang serba bisa, Tim.“Bagaimana Lili-ku?” tanya Aldrin tanpa berbalik menatap sang asisten.“Natan baru saja melaporkan kalau nona sedang menikmati sarapannya sambil membaca berita itu, nona menikmatinya bahkan makan lebih dari porsi biasanya, ia juga berkata jika akan menunggu sampai berita memuncak lalu mengeluarkan buktinya.”“Bagus.”Asisten Tim sudah sangat terbiasa dengan sikap bosnya. Selama itu menyangkut nona Lili, semua harus sesuai dengan keinginan wanita itu, keputusan apapun yang diambil ia akan menerimanya, jika sesuatu terjadi maka disitulah saatnya bosnya pasang badan.“Bagaimana pihak yang lain?”“Orang kita baru saja kembali dari apartemen Denia, mereka sudah menggeledah tempatnya, berkasnya sudah ada di tangan kita
Denia terbangun oleh rasa sakit di pipinya dan rambutnya yang tertarik. Perlahan mengerjakan mata, lalu menatap Leon di depannya yang terlihat sangat murka, wajahnya menghitam dan suram. Tidak melihatnya selama beberapa tapi begitu bertemu pria ini malah menamparnya. Emosinya juga memuncak seketika.“Brengsek kamu Leon, setelah begitu lama tanpa kabar, tanpa peduli padaku, sekarang kamu datang lalu menyakitiku, sialan…kamu bahkan menghancurkan rumahku dan mengambil perhiasanku.” cecar Denia yang baru saja tersadar, akan tetapi ia melupakan jika keadaannya saat inilah yang bermasalah.“Apa katamu, dasar jalang. Lihat ini!” Leon menarik rambut Denia lalu menghadapkan wajahnya ke tumpukan kond** bekas di lantai.Belum lagi kondisi tubuhnya saat ini yang tanpa busana, dinginnya pendingin ruangan menyadarkan indranya. Menatap nyalang tumpukan didepannya. Denia akhirnya menyadari jika saat ini situasinya sedang buruk.“Sayang, a..aku…ini tidak benar,...aku dijebak, pasti Joel yang sengaja
Insiden yang terjadi pada Leon dan Denia tentu saja diketahui oleh Aldrin, dia lah yang merancang semua kejadian hari ini. Mulai dari kehadiran Joel, ia memberikan 2 misi untuk dilakukan Joel. Pertama, mendapatkan bukti kejadian saat itu yang dimiliki Denia. Dan salah satu misinya telah berhasil. Anak buah Aldrin yang pergi tidak lama sebelum kedatangan Leon, mereka berhasil menemukan beberapa berkas dan file lainnya. Sekarang mereka hanya perlu memeriksanya.Sedangkan, untuk misi kedua Joel hanya untuk menunggu waktu dan melihat hasilnya.Di ruang kerja Villa yang ditempati Sesiliana saat ini.Sesiliana sedang memeriksa laporan Laboratorium yang hampir dicuri. Sedangkan pelakunya ia serahkan pada Aldrin untuk ditangani.Tok tok tokKetukan pintu membuyarkan fokus Sesiliana.“Masuk.” ucapnya tanpa mengangkat kepalanya.Terdengar langkah kaki beberapa orang meskipun itu sangat pelan Sesiliana tetap mendengarnya dengan jelas, Sesiliana mengira itu adalah Pengurus rumah tangga bersama p
Aldrin memantik rokok yang ada di tangannya, ia hanya menghisapnya sekali lalu membiarkannya begitu saja yang hampir melukai tangannya, tapi setiap kali rokok itu habis ia akan menyalakan yang baru.Menatap kosong ke depan, pikirannya melayang, asap rokok mengaburkan pandangan hingga raut wajahnya tampak tidak jelas, hanya tekanan rendah yang mencekik di sekitarnya yang memastikan jika saat ini ia diambang kewarasannya.Sejak ia meninggalkan Villa yang ditempati Sesiliana, ia tidak mengucapkan apapun mengurung diri di ruang kerjanya. Ia sengaja pergi tanpa berpamitan pada kekasihnya, ia ingin memberikan mereka ruang untuk saling melepas rindu. Natan yang mengikuti tuan mudanya menghela nafas melihatnya seperti ini.Ia tahu betapa kacaunya perasaan Tuanya, dengan tingkat kegilaan tuannya pada Nonanya, Tuannya saat ini benar-benar sangat menakutkan. Yang ia takutkan adalah konsekuensi dari kemarahannya itu.“Panggil semuanya, aku mau semuanya berkumpul dalam satu jam. Juga kumpulkan sem
Sesiliana yang berdiri di hadapan mereka membuat mereka menatap khusyuk, tegas dan saleh. Entah sejak kapan, ruang dan ceria itu menghilang dari wajah cantik itu. Sesiliana saat ini sangat berwibawa, dan mulia, seperti seorang pemimpin yang siap untuk sehingga berperang kapan saja.“Seperti apapun sifat dan sikap Aldrin, selama ia tetap Aldrin yang mencintai Sesiliana, itu tidak akan merubah apapun.” Penjelasan Sesiliana seperti gelombang pasang membuat mereka langsung mengerti segalanya.Seperti apapun cara Aldrin mencintai Sesiliana, Sesiliana hanya mencintai Aldrin seperti apapun dirinya.“Cinta tanpa alasan, selama kamu mencintaiku, aku mencintaimu.” Kalimat itu spontan terucap dari mulut Nari.Diantara mereka bertujuh memang hanya Nari yang sangat pro terhadap pasangan, ia sudah memiliki banyak pengalaman untuk itu.Senyum indah terukir di bibir Sesiliana. Mereka semua terpana melihat senyum itu.Natan maju selangkah lalu berkata, “Nona, kami siap menerima perintah!”Kemudian, y
Kepala Pelayan Tomi datang dengan tergesa, ia telah mendengar jika putrinya mendatangi Nyonya Tua saat ini.“Nyonya mohon ampunan untuk putri saya jika ia mengganggu nyonya, ia hanya merasa hidupnya telah hancur, impiannya hancur tak bersisa, belum lagi siksaan yang ia terima sungguh tidak berprikemanusiaan, jiwa putri saya terguncang hingga membuat ia seperti saat ini.”“Jadi, kamu menuduh aku menjadi penyebab ia seperti ini?” emosi Nyonya Panetta tersulut, meskipun ucapan pak tua di depannya sangat sopan tapi jelas yang ia ungkapkan sangat tersirat.“Tidak Nyonya baik saya maupun ayah saya tidak pernah sedikitpun memiliki pemikiran seperti itu, saya tumbuh besar dibawah pandangan anda dan keluarga besar Panetta, bagiku Panetta bukan hanya majikan ayah saya tapi juga rumah tempat kami berpijak. Tidak pernah ada keraguan sedikitpun. Karena keyakinan inilah saya bersedia melakukan apapun untuk anda dan nona Denia yang sangat dekat dengan anda. Karena itu adalah kepercayaan ku, saya tid
“Kalian keluar dulu, tidak perlu disini, ada yang harus kami bicarakan, minta yang lain untuk keluar juga.” Denia memerintahkan pelayannya untuk keluar, ia merasa jika tidak ada yang perlu ditakutkan, terlebih lagi Terry sudah menjadi sia-sia.“Nona Denia, sungguh tidak tahu apa yang terjadi padaku?”“Terry, apa maksudmu? Sejak terakhir aku membawamu ke agensi, aku tidak pernah bertemu atau menghubungi mereka lagi, bahkan aku tidak mendapat kabar apapun tentangmu!”“Tapi, mereka semua mengatakan bahwa nona sendiri yang meminta mereka untuk 'merawatku'.”Terry menatap Denia dengan pandangan kosong, ia berusaha sebaik mungkin menyembunyikan emosinya. Ia ingin membiarkan wanita kejam ini merasakan penderitaannya dengan tangannya sendiri.“Aku memang meminta mereka untuk 'merawatmu’ tapi dalam artian yang sebenarnya, aku selalu menjaga hubungan baik dengan siapapun, aku bahkan meminta mereka untuk mengalokasikan sumber daya untukmu.”“Apakah sumber daya itu harus diganti dengan dengan men