“Ahhh…kamu pelac**, berani memanggilku pelac**, kamu tidak lebih baik dariku.”Denia yang sejak tadi melawan tindakan Terry meskipun itu tidak terlalu berguna tiba-tiba saja tersulut dan menjatuhkan Terry, tapi tubuhnya sudah terlalu terluka dan banyak kehilangan darah sehingga Terry dengan mudah menariknya hingga ia juga kembali terjatuh, meskipun pecahan kaca sudah tidak ada lagi di tangannya karena perlawanan Denia tadi, tapi ia tidak terlalu terluka sehingga ia kembali menamparnya.“Denia..Denia…betapa ironisnya hidupku karena perbuatanmu, apa kamu sangat menginginkan posisi Nyonya Panetta sampai aku pun kamu korbankan, kamu terlalu takut Leon tergoda olehku iya kan? Aku mengingatnya dengan baik, Tuan Leon memintaku menjadi sekretarisnya, tapi keesokan harinya ia mengubahnya dan memindahkanku ke bagian lain. Kemudian kamu menawariku untuk menjadi model terkenal. Sekarang aku mengerti itu semua karenamu.”“Kamu…huh..” Denia mengerang kesakitan dan tidak bisa menjawab Terry.“Sayan
“Apa yang menyebabkan Denia menderita penyakit kelamin? Seharusnya dampak serum itu tidak akan seperti ini!” Sesiliana mengernyit memikirkan penyebab kondisi Denia, serum Denia berlawanan dengan serum yang ada pada Leon, setelah mereka berdua berhubungan, efek samping serum itu tersulut dan melukai Leon sedangkan Denia ia hanya akan berdampak kecil. Kecuali, selama rentan waktu ini Denia bergonta ganti pasangan. “Seharusnya itu perbuatan Tuan bos!” cecar Nari seolah telah memahami sesuatu.Dalam kebingungan atas ucapan Nari, baru saja Sesiliana bertanya, tiba-tiba pintu ruangan diketuk, sebelum Sesiliana dan yang lainnya mengucapkan sesuatu, orang diluar pintu kemudian membukanya.Wajah tampan, tanpa ekspresi dengan alis dingin dan mata tajam, memindai isi ruangan. Melihat orang yang dicarinya berada, senyum di mata Aldrin semakin dalam, ia tidak lagi seperti sosok yang akan memakan orang dan menyeramkan seperti pertama memasuki di ruangan itu, ketiganya bergidik seketika. ‘Wow, Tu
39.Setelah sesi melankolis antara Mama Al dan anaknya, dengan duduk disofa panjang, Mama Al diapit oleh Aldrin dan Sesiliana dan Ibu Sesil duduk disampingnya. Setelah dua jam berlalu dengan suasana hangat, mereka memutuskan untuk menginap malam ini. Mereka kembali ke kamar masing-masing setelah makan malam.Tidak ada yang membahas tentang apa yang terjadi dengan keluarga Panetta, meskipun berita diluar sana sedang panas-panasnya dengan kejatuhan PnT, tapi hal itu tidak berpengaruh sedikit pun pada kedua keluarga mereka.Saat ini yang tengah tidak nyaman adalah Andra, ayah Aldrin. Andra sedang duduk tidak jauh dari istrinya, wajahnya terlihat khawatir, beberapa kali ia terlihat menggaruk kepalanya. Sejak putranya muncul istrinya tidak pernah mengatakan sepatah kata pun padanya, bahkan setelah memasuki kamar, mereka saling diam. Andra dengan kegalauannya karena tidak tahu harus berkata apa, sedangkan Dara masih berkutat dengan kemarahannya. “Tuan Andra, sepertinya ada hal yang harus a
Asisten Tim memasuki ruangan membawa beberapa berkas yang bertumpuk di tangannya.Melihat Bosnya sedang memegang telepon, nampak ia sedang membalas pesan yang entah siapa. Ia tidak berani mengambil langkah lebih dekat karena ia sudah sangat bersyukur jika bosnya itu tidak meneliti setiap pekerjaan mereka, yang bisa dipastikan jika itu sama saja menguliti mereka hidup-hidup. Bos mereka menjadi semakin mengerikan sejak kembali. Ketegasannya dan ketajamannya menjadi semakin tak tertahankan. Bosnya bisa menemukan kesalahan ketik, tanda baca, bahkan ditumpukan laporan yang meninggi. Ia akan tahu tiap halamannya. Sungguh menakjubkan yang terkesan mengerikan.‘Memang hanya Nona Sesil yang bisa menjadi pawangnya.’ batin Tim.Mengetahui keberadaan asistennya, Aldrin menyimpan ponselnya setelah mengakhiri pesannya pada Sesiliana.“Bagaimana?”“Seperti yang anda katakan, semua bukti sudah terkumpul, kami menggeledah rumah, kantor, bahkan rumah pribadi mereka. Dengan bantuan pihak berwajib yang
Matheo menatap Aldrin yang juga menatapnya, entah kenapa Matheo merasa jika Aldrin dapat melihat melalui dirinya, keringat dingin terasa di sepanjang tulang belakangnya. Sejak dulu mereka berteman selalu seperti ini, tidak ada yang benar-benar dapat memahami seorang Aldrin, ketajaman dan kemuliaan di tulangnya membuat mereka yang dekat dengannya selalu merasa rendah dan hal itu lah yang paling dibenci olehnya.Matheo Demias, berasal dari yang hanya sedikit lebih rendah dari Madrean, meskipun tidak sekaya keluarga Madrean tapi keluarganya juga bagian dari lingkungan kelas atas, ia selalu berada dibelakang Aldrin, ia selalu menjadi yang kedua sekuat dan sebesar apapun ia berusaha. Jika Leon secara terang-terangan menjadikan Aldrin saingan, maka ia selalu berada dalam bayang-bayang.Ia ingin melenyapkan Aldrin tanpa harus menyentuh tangannya sendiri, sayangnya orang ini seakan memiliki 9 nyawa. Apapun tindakan yang ia ambil itu seakan tidak berpengaruh apapun padanya, keberuntungannya ad
Di ruangan lain ayah Sesil, Arkan sedang duduk sendiri sambil merokok, hembusan asap rokok mengaburkan pandangan, matanya menatap kosong ke depan. Baru saja ia bertemu dengan saudaranya, Ahnan. Tidak pernah terpikirkan jika pengkhianatan keluarga mereka hanya didasarkan atas keserakahan. Senyum miris di bibir Arkan seakan mengejek nama Arnawan yang mereka sandang. FlashbackMenatap satu-satunya saudara kandungnya yang sejak tadi hanya menunduk tanpa mengucapkan sepatah katapun. Akhirnya Ahnan tidak tahan dengan diamnya saudaranya sejak tadi.“Jika kamu mau menghukum, hukum saja tidak ada yang perlu dikatakan lagi diantara kita, saya tahu dengan sifatmu, kamu pasti sudah tahu semuanya. Jadi tidak perlu menatap ku hanya untuk sekedar mengasihani ku.”“Kenapa? Apa yang diberikan Arnawan tidak cukup untukmu? “ Arkan tidak memperdulikan ucapan Ahnan, tapi bertanya kembali padanya.“Mengapa harus puas jika bisa mendapatkan lebih banyak, setidaknya saya tidak seperti kedua saudara Madrean
FlashbackSesiliana yang baru saja akan pergi ke villa Aldrin terhenti karena kedatangan seorang pria dan wanita, tampak mereka berdua lebih muda dari Sesiliana. Sesiliana menatap mereka lekat sebelum akhirnya mengingat mereka dengan baik.“Kakak cantik.” seru gadis yang tampak sangat senang melihat Sesiliana. Dengan langkah cepat menghampiri Sesiliana dengan menyeret pria muda yang datang bersamanya.“Mili, kamu benar benar-benar tidak berubah! Selalu saja menyeret Dwi kemana saja.” ujar Sesiliana yang melihat tingkahnya.“Kakak Sesil.” sapa pria muda yang bernama Dwi.“Wah, kalian bertambah tinggi, dan kamu tambah cantik, kakak gemas melihatmu.” Sesiliana menatap mereka sayang sembari menggosok kepala Dwi lalu mencubit gemas Mili.“Kakak cantik, bisa bicara sebentar?” tanya Mili sedikit takut.“Kakak mau ketemu kak Al sebentar lagi, bagaimana kalau kalian ke villa kakak istirahat sambil tunggu kakak pulang?”“Tidak kak ini penting, cari tempat untuk bicara sebentar.” ujar Dwi.“Oh k
Sesiliana memandang Andra, Arkan dan Aldrin, sebelum akhirnya mengatakan keputusannya, ia juga mengeluarkan bukti-bukti yang diserahkan Mili.Mereka membacanya bergantian, raut wajah mereka pun berubah semakin suram.Sesiliana yang melihatnya lalu tersenyum, ia mengerti kemarahan mereka.“Sesil tahu Ayah, paman dan kak Al marah tapi kesalahan tidak serta-merta semua milik para paman, ada dalang sebenarnya dari semua yang terjadi. Mili tadi menjelaskan kalau memang saat mereka berkumpul terakhir kali, keluarga Panetta, paman kedua dan ketiga Madrean, paman Ahnan dan terakhir Matheo. Dari mereka semua memang terkesan keluarga Panetta yang menjadi pemimpin tapi sebenarnya mereka hanyalah bidak otak dari semua ini adalah Matheo. Matheo, Denia dan istri paman kedua dan ketiga Madrean saling terkait. Para istri paman mempengaruhinya dari hasutan orang-orang suruhan Denia sedangkan Denia sendiri adalah kekasih Matheo.” Melihat mereka mencerna penjelasannya, Aldrin yang telah menyimak akhirn