Beranda / Romansa / Bride (Indonesia) / 1. Mencari Jejak pujaan hati

Share

Bride (Indonesia)
Bride (Indonesia)
Penulis: Writer in box

1. Mencari Jejak pujaan hati

Penulis: Writer in box
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-23 14:07:09

❤Ketika sudut dunian pun tidak ada untuku, kau datang meraih tanganku dengan sebuah ketulusan yang tidak dapat aku pahami❤

Arlan Turun dengan senyum merengkah sempurna, Ia tampak gagah dengan penampilan casual. Tangannya sibuk menyeret koper dan kakinya yang panjang melangkah dengan santai, setelah menuruni pesawat yang telah melintasi benua Eropa. Setiap mata indah akan melirik ke arahnya, kulit yang dulu sawo matang. Kini terlihat begitu putih, dan kemerahan, setelah sekian lama tinggal di  Norwegia untuk menepuh pendidikan tinggi.

Sekilas dengan penampilan yang begitu menawan tak akan ada yang menduga bahwasanya Arlan dulu hanyalah seorang bocah pemimpi yang tinggal di sebuah desa pelosok di pulau jawa. Dengan pendidikan, dan beasiswa, ia mengubah garis tangan hidupnya. Tak ada lagi bocah ingusan yang mencari keong di sawah, ataupun pemuda lusuh yang harus jadi kuli bangunan untuk membiayai uang sekolah. Semua telah berubah baik, penampilan, status sosial, dan pendidikan, tetapi hanya satu hal yang tak  berubah, dan tak akan pernah berubah, yaitu kepingan cinta untuk pujaan hatinya. Gadis dengan mata coklat, dan rambut keriting lembut, bernama Zara selalu mengisi hatinya sedari ia masih bocah ingusan, remaja dan sekarang.

Gadis itu masih saja memenuhi hatinya, meskipun tak ada kabar saling menyaut sejak ia menempuh pendidikan di Norwegia, tetapi keyakinan membawa Arlan pulang ke Indonesia untuk meminang gadis pujaanya itu. Tak peduli dengan resiko di tanah air apakah Zara sudah menikah atau Zara tak menerima cintanya.

Arlan cuma memiliki satu keyakinan bahwasanya ia mampu meminang Zara. Binar kebahagian tak dapat disembunyikan oleh Arlan, ia tidak dapat  berhenti tersenyum sepanjang perjalanan. Angin perdesaan yang meniup pipi tirusnya melalui jendela bus yang ia naiki, seakan lambaian kehangatan sebuah sambutan kedatangannya kembali ke kampung halaman.

"Assallamulaikum, Pak. Bapak mau roti?" tawar Arlan penuh sopan santun tak lupa budayanya, meskipun telah lama hidup di Negeri orang.

"Tidak usah, Nak. Buat kamu saja, sepertinya kamu habis melewati perjalanan yang sangat jauh,"  jawab lelaki tua yang duduk di sebelah arlan dengan binar mata penuh keramah tamahan yang dirindukan Arlan.

"Saya punya dua. Satu untuk Bapak satunya lagi buat saya." Arlan memberikan satu dari dua roti yang ia pegang ke pria tua itu sejari tersenyum.

"Terima kasih, Nak!" jawab pria itu yang ditanggapi senyuman hangat Arlan.

"Sepertinya kamu bukan orang kampung sini, Nak. Bapak tidak pernah melihatmu sebelumnya," ucap pria tua itu lagi.

"Saya orang sini, Pak. Kebetulan saya udah lama merantau."

"Rindu kampung halaman, ya. Jadi melepas rindu balik ke sini?" tanya pria tua itu lagi.

"Iya, Pak. Melepas rindu akan kampung halaman dan ingin meminang gadis pujaan hati yang masih berada di kampung ini." Arlan tampak sangat bahagia.

"Kamu pasti sangat mencintainya. Siapa gadis beruntung itu?"

"Tak hanya sangat cinta, tetapi juga sayang, pak. Namanya Zara, gadis penuh kasih sayang dan lemah lembut." tergambar kebahagian tak berbatas saat lidah Arlan menyebut nama gadis beruntung itu.

"Zara?"

"Zara! Tak mungkin Zara itu," Gumam Pria tua itu.

"Bapak kenal, Zara?" tanya Arlan melihat pria tua itu, tiba-tiba bengong ketika mendengar nama Zara.

"Ah, tidak ..."

"Kampung ini cukup luas. Mungkin Zara yang bapak kenal bukan pujaan hati yang hendak Anak muda tampan ini pinang!" suaranya gugup.

Arlan dan Zara memang satu kampung, tetapi berada di wilayah yang berbeda, tempat tinggal Arlan arah ke pesisir pantai, sedangkan Zara di bawah bukit. di mana banyak berjejeran sawah yang sangat subur. Kini Arlan menuju rumah Zara, ia begitu tak sabar berjumpa dengan pujaan hatinya itu, meskipun ia harus menyeret koper besarnya kemana-mana ia tak peduli.

***

Rumah yang terlihat paling bagus diantara sekelilingnya itu kini telah setengah hancur, cat kuning yang menempel di dinding - dinding, kini telah hitam pekat dan berlumut, setengah atap rumah telah roboh, halaman yang dulu di penuhi ragam bunga, kini ditinggali ilalang yang terus merambat ke bongkahan dinding-dinding yang telah roboh. Tak lupa bekas garis polisi yang telah koyak oleh masa melingkar di sekeliling pagar.

Nanar mata hitam pekat itu pun tak mampu mengalihkan pandanganya, sejari bulir-bulir kristal menetes. Tubuh gagahnya yang tegak, roboh seketika dengan kaki berlutut.

"Apa yang terjadi?" Teriak Arlan tak mempedulikan beberapa warga desa yang lalu - lalang.

Kekasih hati yang hendak ia cari, kini hanya meninggalkan puing-puing bangunan tua penuh tanda tanya. Kemana ia cari jejak langakah pujaan hatinya. Ia telah bertanya ke semua tetangga yang ada di sekitaran rumah, tetapi tak ada yang mau menjawab, semua seolah membisu dan mengabaikan rintihan hatinya. Sepanjang jalan ia bertanya soal Zara dan keluarganya. Semua menjawab dengan exspresi, dan jawaban yang sama.

"Kemana aku harus mencarimu, Zara?"

ucap Arlan pada dirinya sendiri sembari matanya menatap mentari yang begitu terik.

Arlan terus menyeret kopernya sepanjang desa hingga akhirnya, ia bertemu dengan pria tua yang ia jumpai di Bus tadi.

"Nak, Apa kamu yang di bus tadi?" Pria tua itu, menghampiri Arlan yang terlihat begitu lelah menyeret kopernya sepanjang desa.

"Bapak ...!" Arlan tersenyum, berpikir pria tua itu bisa membantunya menemui Zara.

"Kamu sudah menemukan gadis yang hendak kamu pinang itu?" tanya pria tua itu lagi.

"Belum, Pak." Arlan dengan wajah putus asa menyapu keringat yang ada di dahinya.

"Kalau begitu, ayo mampir ke rumah bapak untuk istirahat sejenak, sebelum kamu melanjutkan pecarianmu," tawar pria tua itu, yang tidak ditolak Arlan, karena ia begitu lelah setelah berkeliling mencari Zara.

Di rumah pria tua sebatang kara itu, Arlan didudukan di sebuah ruang tamu yang sangat sederhana, tak lupa ia dihidangkan secangkir teh hangat dan Kue kering di dalam sebuah plastik yang diikat karet gelang.

"Bapak tinggal sendirian?" tanya Arlan melihat tak ada seorang pun di rumah sangat sederhana tapi cukup luas.

"Iya, Nak. Anak bapak satu-satunya telah meninggal disusul pula oleh istri Bapak tahun kemaren." Pak tua itu, menelan salivanya, menahan sedih.

"Yang sabar, Pak. Hidup memang begitu seringkali tak dapat ditebak dan dimengerti. Tugas kita cuma sabar dan ikhlas." Arlan dengan binar mata kesedihan.

"Kalau boleh tau bapak bicara dengan siapa ini. Dari tadi kita ngobrol, tetapi Bapak tidak tau nama, Nak?" pria tua itu menanyakan nama Arlan.

"Maaf, Pak. Kita dari tadi ngobrol, tetapi saya tidak kunjung memperkenalkan diri. Perknalkan nama saya Arlan sujibto."

"Arlan sujibto anaknya Burhan sujibto yang tinggal di  desa hilir,  temannya nona Zara Adhira?" Pria tua itu, mengejutkan Arlan.

"Ini Pak sholeh. Salah satu pegawai dan tangan kanan Pak Adhi, Papanya Nona Zara," tambah Pria tua lagi membuat hati Arlan lega.

"Pak, sholeh! Kenapa Arlan tidak bisa mengenali Bapak. Seingat Arlan dulu Pak sholeh sangat tampan dengan rambut hitam, dan tas kulit yang selalu dijinjing." Arlan terpaku kaget melihat pria tua yang rupanya orang yang sangat ia kenal.

"Hahahaha, itu cerita lama Arlan," tawa pria tua itu, memenuhi ruangan.

"Sekarang Bapak sudah tua, rambut pun telah memutih, apalagi sejak kepergian Pak Adhi. Masa kejayaan Bapak pun berlalu," suara sendu, dan sedih terdengar dari ucapan Pak Sholeh.

"Memangnya, Pak Adhi kemana, Pak?" tanya Arlan bingung.

"Nak, Arlan tidak tau apa yang terjadi dengan keluarga Pak Adhi?"

"Tidak, Pak!"

"Jadi pujaan hati yang Nak Arlan ceritakan tadi, Nona Zara Adhira?"

"Iya, Pak. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Zara dan keluarganya?"

Pak Sholeh terdiam sejenak dan tidak menanggapi pertanyaan Arlan.

"Bapak juga tidak akan menjawab pertanyaan ini. Saya telah mencoba mencari tahu keberadaan Zara dan keluarganya dengan berkeliling desa, menanyai  orang sedesa ini, tetapi tak ada satu pun yang menjawab." Arlan dengan raut wajah sangat putus asa.

Melihat raut wajah Arlan, Pak Sholeh pun menceritakan tragedi yang menimpa keluarga Zara yang sebenarnya tak ingin ia ingat lagi, karena sangat meningalkan luka baginya yang merupakan tangan kanan Pak Adhi Papanya Zara.

"Keluarga, Pak Adhi semuanya terbunuh," cerita singkat Pak Sholeh.

Arlan yang tak mampu menahan air matanya, menangis sejadi-jadinya. Ia masukan jari-jemarinya ke mulut untuk menahan tangisnya.

"Pantesan, tadi pagar Rumah Zara ada bekas garis polisi. Mereka semua terbunuh dirumahnya?" Arlan menundukan kepalanya denga suara bergetar.

"Iya, rumah itu adalah saksi bisu terbunuhnya Pak Adhi dan sekeluarganya oleh para maling yang memasuki rumahnya, tetapi belakangan ini terdengar pula berita bahwa yang membunuh Pak Adhi bukanlah Para kawanan maling, tetapi pesaing Pak Adhi yang merupakan sesama tuan tanah," cerita pak Sholeh panjang lebar.

"Zara ..." Arlan terus menyebut nama Zara dengan air mata terus membasahi pipinya.

Kini lelaki gagah nan tampan itu terlihat sangat hancur, "Bawa saya ke makam Zara, Pak!" seru Arlan bangkit dari duduk dan kehancuran hatinya.

"Makam?"

"Iya, Makam Zara ...,"   suara Arlan melemah, terdengar sangat hampa.

"Zara, ia masih hidup, tetapi kondisinya sangat buruk." wajah Pak Sholeh Berubah begitu dingin.

"Zara, masih hidup! Alhamdulilah saya akan menerimanya tak peduli apapun keadaannya. Di mana dia sekarang, Pak?"

"Lebih baik Nak Arlan pulang ke rumah!"  perintah pak Sholeh dan berlalu meninggalkan Arlan.

"Saya balik ke indonesia bukan untuk pulang kerumah, tetapi untuk Zara." Arlan mengikuti Pak sholeh.

"Tolong saya, Pak!"

"Pak sholeh tau betul arti Zara bagi saya."

Pak sholeh tahu persis bagaimana kedekatan Zara dan Arlan dari kecil, karena Arlan sering main ke rumah Zara ketika pulang mengaji dan sekolah. selain itu, hingga remaja mereka tetap sangat akrab baik pas SMP maupun SMA, Arlan juga satu sekolah dengan Zara. Mereka berpisah ketika Arlan dapat beasiswa kuliah ke Nowergia. Di titik inilah sama sekali tak ada komunikasi diantara mereka, tetapi saling menyimpan hati satu sama lain.

"Nak, Arlan tidak akan sanggup di sisi Nona Zara yang sekarang." Pak Sholeh duduk di kursi rotan panjang.

"Apapun yang tarjadi saya berjanji akan selalu ada di sisi Zara. Semasih dia hidup apapun kondisinya akan saya terima, dan saya tetap akan menjadikannya istri saya, seperti niat awal saya. Jadi bawa saya padanya." Pria gagah itu mulai mengeluarkan air mata lagi untuk seorang gadis yang bernama Zara.

Melihat kesungguhan hati Arlan, sungguh pak Sholeh tak ingin ia kecewa, tetapi dari pada terus membiarkannya mempercayai keyakinan yang semu, maka Pak Sholeh terpaksa memperlihatkan kenyataan pada Pria yang meagungkan cintanya pada seorang gadis yang bernama Zara itu.

"Zara adalah satu-satunya yang dibiarkan hidup oleh para penjahat itu, bukan tanpa Alasan. Setelah semua keluarganya dibinasakan, Zara yang merupakan salah satu kembang desa tak mungkin dibiarkan begitu saja. Ia diperkosa oleh para penjahat itu, dan melahirkan seorang anak yang kini dirawat oleh satu-satunya wali dan keluarga yang dimiliki Zara yaitu Pamannya yang kebetulan tidak memimiliki anak."  Pak Sholeh memandang langit - langit rumahnya menahan sedih di hati.

Arlan yang mendengar cerita Pak Sholeh tak mampu menahan sesak di rongga dadanya. Ia terus memegangi dadanya dengan napas tersengal, sesak dengan tubuh tegap gagahnya mebungkuk menahan rasa kecewa dan sakit hati yang memenuhi relung jiwanya.

"Antarkan saya padanya! Dia tetaplah pujaan hati saya. Terimakasih untuk tetap hidup Zara ..." Arlan dengan expresi wajah yang tidak bisa digambarkan, marah, sedih, terluka, kecewa, bersyukur karena Zara masih hidup.

Pak sholeh yang mendengar ucapan Arlan pun mengantarkan Arlan menuju Zara. Dengan semboyongan dipukul kekecewaan hidup, Arlan terus berjalan menuju Zara dengan dibantu pak Sholeh memopong tubuh tingginya, sembari  tangan kanannya tetap memegangi Dadanya yang sesak.

***

Terima kasih telah mampir, mohon maaf apabila ada cerita yg kurang berkenan ini hanya fiktif dan imajinasi penulis🙂

fb leeana ratna sari

iG @Gadis pecinta mendung@writer_ in_box

Bab terkait

  • Bride (Indonesia)   2. Gubuk Asa

    🌹Kau adalah orang yang paling beruntung, meskipun berpalung malang🌹Pak Sholeh memapah tubuh tinggi 180 itu, melewati pematang sawah, di mana di tengah-tengahnya terdapat sebuah Gubuk tua yang sangat memprihatinkan, terlihat seperti kandang hewan ternak. Meskipun tergopoh-gopoh, Arlan dibantu Pak Sholeh mampu sampai di gubuk tua itu. Dengan tatapan mata kosong yang tak bisa diartikan, Arlan melihat gembok yang mengunci gubuk itu.Lalu, ia memegang gembok sejari matanya tak lekat dari gembok itu, "Apa Zara berada di dalam, Pak?" tanya Arlan dengan kerisauan hati.Pak Sholeh hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya. Arlan pun tersenyum getir, dan berkata, "Lalu kenapa dikunci?"Pak Sholeh masih terdiam, tidak menanggapi pertanyaan Arlan."Bapak punya kuncinya?" tanya Arlan dengan suara lembut bergetar."Kuncinya ada pada Tuan Radit. Pamannya Nona Zara," jawab singkat Pak Sholeh

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   3. Seorang Anak

    Arlan menemukan rumah Radit yang berada di tengah desa, iya langsung mengetuk pintu.TokTokTok"Assalammualaikum!" Arlan dengan tangan terus mengetuk pintu."Walaikumsalam!" Tante Sofia bergegas memubuka pintu.Sofia, wanita separuh baya itu, merupakan istri Radit Paman Zara. Ia langsung keluar mendengar ucapan salam Arlan dengan tangan dipenuhi busa Sabun, terlihat seperti selesai mencuci piring atau baju."Siapa, ya?" Tante Sofia asing dengan wajah Arlan."Saya Arlan, temannya Zara. Saya ingin bertemu dengan Paman Radit," jawab Arlan."Radit sedang keluar, tetapi sebentar lagi dia pulang untuk makan siang bersama Anaknya." Tante Sofia mengibaskan rambut yang menutup matanya dengan punggung tangan."Anak yang dimaksud! Pasti Anaknya Zara," pikir Arlan."Silahkan masuk!""Tunggu di dalam saja." Tante S

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   4. Makna Gambar Zayn

    🌹Apapun kisah dibaliknya, hubungan antara Ibu dan Anak akan selalu begitu. Menyimpan kasih sayang satu sama lain🌹Zayn setelah mencuci muka berjalan ke ruang tengah di mana Sofia dan Arlan sedang berbincang-bincang."Tidak masuk akal, kamu ingin menikahi Zara dengan kondisi Zara saat ini," ucap Tante Sofia, mendengar tujuan Arlan menemui Pamannya Zara, Radit."Lebih tak masuk akal membiarkan Zara terpasung seperti itu." Arlan merapatkan giginya menahan emosi."Kami tidak punya pilihan lain," sesal Tante Sofia dengan keadaan Zara.Dilihat dari kondisi ekonomi keluarga Pamannya Zara, bisa dikatakan mereka keluarga berada, malahan lebih. Radit memiliki usaha sendiri dan Pabrik tahu di desanya. Ia juga termasuk orang terpandang di desa, dan tak mungkin mereka kurang uang atau kesulitan hanya untuk melakukan pengobatan pada Zara."Tidak punya pilihan!" seru Arlan dengan nada suara kesa

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   5. Perjuangan Cinta

    Tante Sofia sedang menyiapkan makan siang di meja makan, sedangkan Paman Radit menemui Arlan yang sedari tadi telah menunggunya."Perkenalkan paman, saya Arlan sujibto teman masa kecil Zara." Arlan mengulurkan tangan, memperkenalkan dirinya pada Paman Radit yang memang untuk pertama kalinya ia jumpai."Sujibto?" Paman Radit tidak asing dengan nama belakang Arlan."Iya, saya anaknya Burhan sujibto dari kampung hilir.""Ah, iya yang punya toko klontong yang cukup besar dikampung hilir itu, ya!" Paman Radit menyadari ia mengenal Bapaknya Arlan."Iya, Paman!""Kamu Anak Burhan yang kuliah di luar negeri itu, ya. Kapan sampainya di Indonesia?""Iya Paman! Saya sampai baru tadi subuh dan langsung ke desa ini."Setelah bersalaman, Radit mempesihlakan kembali Arlan duduk."Silahkan duduk!"Mereka pun duduk bersamaan. Sekila

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   6. Pembebasan

    Setelah sekian lama terkungkung kejamnya dunia Zara Adhira bisa merasakan hembusan angin di kulit lusuhnya. Setelah Arlan medapatkan kunci pasungan dari Paman Radit, ia Iangsung menemui Zara."Nak Arlan, berhasil mendapatkan kuncinya?" tanya Pak Sholeh yang sedang mendaping Zara."Alhamdulilah pak, meskipun harus bersetegang sedikit dengan Orang itu," jawab Arlan kesal mengingat Paman Radit."Radit bukanlah orang biasa, Nak!" gumam Pak Sholeh mengingat bagaimana Radit dulu mengacam keluarga Pak Soleh ketika ia mencoba melindungi Zara, ditambah lagi Pak Sholeh mengetahui tentang kebenaran Zayn. Hidup keluarga Pak Sholeh selalu dihantui oleh lelaki picik itu."Saya bisa merasakan itu, Pak!" jawab Arlan."Berhati-hatilah dengannya!" tambah Pak Sholeh Lagi."Iya, Pak. Saya akan menjauhkan Zara dari srigala berbulu domba itu." Arlan Geram mengingat nama Paman Radit.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   7. Maaf!

    "Apa ada tontonan yang sangat bagus di sini!" Senyum sinis Arlan melihat warga masih berkerumun di halaman Rumah Pak Sholeh."Iya, ini tontonan yang sangat bagus. Kisah cinta wanita gila yang malang," cemooh dari wanita separuh baya."Bisanya anda sebagai sesama wanita menghina Zara seperti itu," ucap Arlan."Itu bukan sebuah hinaan, tetapi pujian. Dia sungguh luar biasa membuatmu seperti ini Anak muda!" gumam wanita separuh baya, membuat Arlan geram."Hal yang terjadi pada Zara bisa terjadi pada siapa pun, jadi jangan menjadikanya sebagai objek kalian. Anda sendiri perempuan dan apa anda tidak memiliki anak perempuan di rumah. Apakah anda akan selalu bisa mengawasi Anak perempuan anda. Janganlah tertawa di atas duka Zara, belum tentu duka akan selalu untuk Zara. Dia juga berhak bahagia," jawab Arlan panjang lebar."Apa maksudmu, kurang ajar!" sungut wanita separuh baya meninggalkan Arlan.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   8. Bride

    Arlan bersiap-siap untuk pernikahan yang telah ditunggu sedari lama, dengan gugupnya ia memasang dasi kupu-kupu dan baju setelan yang membuatnya terlihat semakin tampan, sembari kedua bola mata Arlan melirik Zara yang terlihat begitu cantik mengenakan gaun putih dengan ornamen abu-abu."Kamu cantik!" Arlan mendekati Zara yang menatap mata Arlan dengan tatapan kosong."Insyallah aku bakalan jadi suami yang baik untukmu, Zara!" Arlan berlutut memegang tangan Zara yang duduk di sebuah kursi.Tanpa expresi Zara menarik tanganya dari Arlan."Setelah aku menggengam tangan ini, aku tidak akan pernah melepaskannya hingga hayat memisahkan!" Arlan meraih tangan Zara kembali.Zara yang tadinya membuang muka menoleh ke arah Arlan dan menatap Arlan dalam-dalam, tangan yang tadi ia lepaskan sekarng ia genggam erat-erat."Terimakasih!" Arlan tersenyum.Akad nikah Arlan dan Z

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)   9. First Night

    Setelah ruang tengah hancur oleh amukan Zara yang kambuh, Arlan terus berusaha menenangkanya. Beberapa lama histeris hilang kendali karena delusi yang ia alami. Akhirnya Zara tertidur begitu saja dipelukan Arlan kemudian Arlan membaringkan Zara diranjang miliknya. Ketika ia menyadari Zara telah tertidur, nanar mata Arlan menatap mata Zara yang sembab, ia mengelusnya lalu menciumi kedua mata itu."Papa, Mama, Oma, Kakak!" Zara menceracau tentang semua anggota keluarganya.Arlan yang duduk di tepian ranjang lalu meraih tangan Zara ketika mendengar igauan Zara."Iya sayang tidak apa-apa, aku di sini," bisik Arlan, mendekatkan mulutnya ke telinga Zara, sembari menggenggam tangan Zara dengan kedua tanganya."Tolang!" rintih Zara dalam tidurnya.Arlan mendekatkan wajahnya pada wajah Zara yang gelisah di dalam tidurnya, terlihat kening Zara berkerut, meneteskan keringat. Arlan mecium kerutan ke

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23

Bab terbaru

  • Bride (Indonesia)   Bab 23 calon Ibu

    Bab 23 calon Ibu❤Pengharapan cinta ini terlalu besar dan tanpa kusadari aku telah menyakitimu❤Arlan termenung di meja kerjanya, karena sedari pagi telinganya telah panas oleh sebuah gosip yang membakar telinganya. Setiap mata mulai memandang dan berbisik, ia hanya bisa diam tanpa pejelasan. Meskipun dijelaskan pun tidak akan ada gunanya. Hanya akan membuang tenaga dan menguras hati, karena seringkali yang didengar seolah-olah adalah kebenaran adanya. Kini Arlan menatap kosong pada pena yang digenggamnya, sembari tangan kanan memegangi pelipisnya, menggambarkan air muka sedikit frustasi."Are you ok, Arlan?" tanya Leo yang merupakan rekan kerja Arlan. Ia merupakan dosen Teknik pertambangan juga, dan meja kerjanya bersebelahan dengan Arlan di ruang dosen."Tidak terlalu baik!" jawab Arlan lesu. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang begitu gelisah."Apa kabar angin itu benar?" selidik Leo.Mendorong

  • Bride (Indonesia)   Bab 22

    Sepiring nasi dengan lauk ikan gurame goreng telah, Arlan hidang untuk Zara di meja makan. Nanar mata Zara menatap jijik melihat ikan goreng gurame yang ada di atas piringnya. Ia mengakat Ikan gurame itu dengan dua jemarinya dan mulutnya sedikit miring. Arlan yang sadar dengan raut wajah istrinya pun bertanya, "Kenapa? Ikannya tidak enak?""Enak!" Zara tersenyum dengan kening berkerut."Kalau enak kenapa tidak dimakan tanya Arlan?" mengambil sendok di tangan Zara dan menyuapinya."Buka mulut!" perintah Arlan yang dipatuhi Zara.Zara mulai mengunyah makanan yang baru saja disuapi Arlan, ia menelan makanan itu dengan setengah hati, karena bau ikan memasuki seluruh rongga hidungnya. Zara pun langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan semua bau busuk itu dari lambungnya."Apa kamu baik-baik saja sayang! Bagaiman kalau kita ke rumah sakit aja!" saran Arlan menepuk-nepuk punggung istrinya yang terus muntah di closet.

  • Bride (Indonesia)   Bab 21 Apakah Zara hamil?

    Terdengar kericuhan di lapangan yang berada di depan kampus. Terlihat gerombolan mahasiswa membawa spanduk, dan beberapa diantaranya mengunakan pengikat kepala bertulisan 'Kami Butuh Keadilan'. Arlan yang barus saja membuka pintu mobilnya, bingung sejenak. Melihat begitu banyak Mahasiswa berlarian di depannya."Ada apa?" tanya Arlan menghentikan seorang pemuda berbaju biru yang berlarian kecil di depannya."Kami lagi demo, Pak!" jawab pemuda itu singkat, berlalu pergi."Demo!" pikir Arlan sejenak, memegang dagunya."Tumben!"Sudah lama tidak terdengar, para mahasiswa mengeluarkan taringnya. Sekarang tidak ada hujan, tiba-tiba demo. Bukan hal yang ganjil, mahasiswa melakukan demo atas sebuah kebijakan, tetapi semua terasa aneh. Ketika di zaman yang mulai individualisme, dan apatis ini. Ada beberapa yang berani meneriakan suara. Bukankah itu luar biasa, disaat mahasiswa lainya fokus dengan nilai, dan mengejar toga.

  • Bride (Indonesia)   Bab 20

    Arlan telah mengajak Zara berputar-putar mencari Gudeg Mbah Lindu. Sebuah gudeg buatan seorang wanita yang telah sepuh dimana ia telah berusia hampir satu abad. Kelezatan Gudegnya tiada tara, meskipun cuma jajanan sederhana, tetapi memiliki rasa istimewa. Arlan ingin Zara mencobanya juga."Biasanya Mbah Lindu jualan di sini, Zara!" tunjuk Arlan pada sebuah tempat lesehan, biasanya Mbah Lindu berjualan."Zara capek, Arlan!" keluh Zara."Apa Mbahnya tidak jualan lagi atau Dia cuma jualan di siang hari, ya?" pikir Arlan."Suami!" panggil Zara."Apa sayang?"Zara memegang perutnya, menunjukan gerak-gerik kelaparan."Lapar, ya?" tanya Arlan."Hmmm!" jawab Zara mengagukan kepalanya."Kalau begitu, kita makan di tempat lain saja," usul Arlan, menarik tangan Zara."Ayo!" ajak Arlan, melihat Zara masih bengong.Karena tidak menemukan Gudeg Mbah

  • Bride (Indonesia)   Bab 19 Azed

    ❤Tidak ada kata terimakasih di dalam cinta❤Renata yang sedang menggendeng tangan Dion dengan mesranya, tiba-tiba beradu pandang dengan dua sosok yang merengkuh nikmatnya sebuah kebersamaan. Dua mata coklat Renata menggeliat pada seorang Pria yang menggendong istrinya di punggung. Renata pun menghentikan langkahnya. Membuat Dion menoleh ke arahnya."Berhenti!" ucap Renata menahan tangan Dion yang berjalan di sampinya."Kenapa?""Bukankah itu, Pak Arlan!" Renata menunjuk ke arah paradise gate."Yang mana?""Itu yang menggendong wanita di punggunya!" tunjuk Renata."Ooooo, iya!""Ayo ke sana!" ajak Renata."Ngapain coba!" sungut Dion risih melihat Renata begitu tertarik dengan Arlan."Ya, aku cuma mau menyapa Pak Arlan!" jawab Renata santai menghadapi Dion yang mulai cemburu."Sekadar menyapa atau ingin menggoda Pak Arlan!" celetuk Dion d

  • Bride (Indonesia)   18 .Azed

    Jika takdirmu adalah akuJika rasa resahmu adalah akuJika takdirku adalah kamuJika rasa resahku adalah kamuKuingin di garis takdirku hanya namamuTuamu, tuaku, kita akan selalu bersama. Arlan melajukan mobilnya. Menembus jalanan kota Yogyakarta, menuju The Lost World Castle. Sebuah tempat wisata di kawasan lereng gunung merapi. Arlan dan Zara memiliki satu kesamaan, yaitu menyukai tempat wisata yang berada di ketinggian. Mereka bisa melihat segala hal tanpa sekat, dan membebaskan jiwa dari tekanan kehidupan. di sepanjang perjalanan Zara tertidur, menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. "Jangan tidur seperti itu, Nanti telingamu sakit," tegur Arlan memiringkan kepala Zara ke bahunya yang sedang menyetir. "Aku akan pergi jauh! Jauh sekali!" Zara menceracau tidak jelas di dalam tidurnya. Arlan mencium pucuk kepala istrinya yang masih menceracau, "Kamu sungguh butuh liburan, Zara!" Untuk mencapai lokasi The L

  • Bride (Indonesia)   17. Akankan cinta tetap sama?

    ❤Cinta tak akan selalu begitu, karena perasaan manusia akan selalu berubah-ubah, tetapi tidak untuk sebuah komitmen❤ Di dalam bangsal terlihat wajah panik Bik Dartih menunggu Arlan siuman. Ia duduk di sebuah kursi di samping hospital bed, tempat Arlan berbaring. Bik Dartih masih dengan wajah pucat, menanti Arlan siuman."Kenapa lelaki sebaik ini harus menikahi Nona Zara yang tidak waras Itu!" gumam Bik Dartih melihat hospital bed di belakang Arlan. Di mana Zara terbaring belum sadarkan diri dengan tabung oksigen di hidungnya. Arlan menggerakan jarinya, ia mulai siuman. Perlahan ia membuka mata dan memegang dahinya yang terasa begitu perih, karena telah memdapatkan beberapa jahitan. "Alhamdulilah! Akhirnya Den Arlan siuman," ucap Bik Dartih lega. "Bik Dartih!" Arlan memegang dahinya. Menyadari yang telah terjadi Arlan melihat sekelilingnya mencoba menemukan Zara, "Zara di mana, Bik?" tanya Arlan matanya masih berkedip setengah sadar."Ade

  • Bride (Indonesia)   16. Cinta yang terluka

    ❤Jika hati mampu bicara, maka logika akan membisu❤ Kau bukan sekadar cinta, tetapi amanah dan tanggung jawab❤Sreeek ...Jantung Arlan langsung berdesir, merasakan sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di rumah, dia langsung kembali ke kelas mengambil tas punggunya."Mohon maaf! Ujiannya online saja, ya!" Arlan bergegas mengambil tas punggunya dan meninggalkan bukunya di meja begitu saja dengan wajah sangat panik.Semua mahasiswa menatap wajah tampan yang panik itu, sambil berbisik-bisik, "Ada apa ya! Wajah Pak Arlan sangat panik!""Pak ada apa?" tanya Renata, melihat wajah lelaki yang ia cintai sangat pucat."Saya ada urusan!" jawab Arlan sekilas langsung berlalu.Arlan bergegas menuju mobilnya yang berada di pakiran, menembus keramaian mahasiswa yang lalu lalang di lorong kampus. Ia tidak mempedulikan setiap orang yang ditubruknya. Wajahnya terlihat begitu risau. Sesampai di pakiran, ia langsung melaju mobilnya

  • Bride (Indonesia)   15. AZED

    "Pergi sana!" teriak Zara, matanya mulai memerah."Kamu marah sayang!" ucap Arlan mendekati Zara dengan emosinya yang buruk.Kemudian Arlan duduk di sebelah Zara yang berbaring membelakanginya, "Jangan marah lagi!""Nananana!" Zara menutup telinganya."Mengertilah sayang, aku harus pergi berkerja!" Arlan mengelus rambut istrinya.Sedangkan Zara terus mengabaikan suaminya yang akan pergi berkerja itu."Aku pergi dulu, ya!" Arlan mencium pipi Zara yang sedang berbaring."Arlan!" Rengek Zara, melempar bantal ke arah Arlan."Kamu boleh lanjutin marahnya nanti setelah aku pulang. Aku sudah terlambat!" Arlan terus melirik jam tangannya."Aku bilang, jangan pergi!" teriak Zara."Kalau aku tidak pergi, kamu mau apa!" goda Arlan, berlalu mentup pintu kamar."Oh, Iya kalau butuh apa-apa, kamu mintak sam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status