"Cia!" Felicia menyambut kepulangan Ciara dengan isak tangis. Dia memeluk anaknya. "Ada yang luka, nggak?"Ciara juga menangis di pelukan ibunya. Dia menggeleng tanpa berbicara.Suasana di ruang tamu mansion keluarga Hanindra tegang. Tidak ada anggota keluarga yang berani berbicara, bahkan Leon dan istrinya bungkam.Theo berseru, "Anak bodoh! Kenapa kamu bisa lengah gitu, Kevan?!" Dia marah bukan main. Christian dan Cinta masih terdiam. Mereka membiarkan Theo memarahi Kevan. Kevan menerima semua amarah Theo. Dia memang bersalah. Dia akan bertanggung jawab."Udah, Pa," sela Jasmine. Kemudian, dia menoleh kepada Rafiq Anseloーkepala pelayan keluarga Hanindra. "Sekarang, siapin pemakaman Ziyad!""Baik, Nyonya Muda." Rafiq pergi meninggalkan ruang tamu. Amarah Theo semakin meradang. "Nggak bisa. Kamu jangan lembek sama anak, Ma!"Jasmine berdiri. Dia menghampiri Kevan. "Van, sekarang kamu tau harus apa? Mama yakin, kamu pasti bisa jaga Ciara dan orang-orang kamu dengan baik. Hemm?"Keva
Theo duduk di kursi kayu mahoni. "Jadi, siapa yang udah selamatkan Cia?"Kevan sedang berada di balkon lantai dua kamar tidurnya. Dia di sana bersama Theo, Omar dan Angga. Kevan sengaja membawa Ciara untuk dirawat di kamarnya. Itulah sebabnya, Ciara sekarang berada di bangunan utama mansion keluarga Hanindra. Awalnya, Theo ingin Angga berjaga di kamar bersama istri dan Felicia. Namun atas desakan Kevan, Theo pun menyetujuinya.Karena Kevan diam saja, Omar pun menjawab, "Quden." "Di mana dia sekarang? Kenapa nggak ada di sini?" tanya Theo lagi. Kali ini, Omar tidak berani menjawab. Dia menunggu Kevan berbicara. "Sebenernya, Papa mau ngomong apa? Langsung aja to the point!" pinta Kevan.Theo menatap anaknya yang terlihat sangat tidak sabar. Kemudian, dia menggeleng. "Pekerjakan dia untuk jaga Cia!" Theo berseru dengan ekspresi serius. "Nggak!" tolak Kevan cepat-cepat. "Dia pernah buat masalah.""Apa masalahnya?" Theo Walcott ingin tahu. "Untuk kali ini jangan egois, Van!"Omar da
Setelah insiden di penjara kota Paloma, Miguel dibawa ke kantor polisi kota Baubau dengan pengawalan ketat. Dia akan menghadapi pengadilan. Di pengadilan, dia akan dihadapkan pada bukti-bukti yang memberatkan dan harus mempertanggungjawabkan tindakannya di depan hukum.Lalu, bagaimana dengan Jhonny Wijaya? Jhonny telah dibebaskan dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah. Delon Sunanta, selaku pengacara pribadi Miguel sedang berkunjung. Miguel baru saja memasuki ruang kunjungan bersama seorang polisi. "Pak Delon, gimana putusan bandingnya? Udah keluar, kan?"Miguel duduk bersebelahan dengan Delon. Saat menatap Delon, kedua matanya berkaca-kaca.Delon menghela napas. Lalu, dia menggeleng. "Maafin saya, Tuan. Saya gagal ajukan banding masa penahanan praperadilan Anda."Raut wajah Miguel langsung berubah masam. Urusannya di penjara kota Baubau benar-benar dipersulit. "Apa benar-benar ditolak? Nggak ada pengurangan masa penahanan, atau pembatalan perpanjangan masa penahanan, gitu?"
Dua hari kemudian. Mobil yang membawa Kevan sudah sampai di area parkir VIP lantai 5 Menara K.C Tobacco. Ciara ikut bersamanya menghadiri acara pembukaan Menara K.C Tobacco.Meskipun mobil sudah berhenti, Kevan dan Ciara belum juga keluar padahal sudah banyak yang menanti kedatangan mereka. Omar mengambil alih kemudi mobil. Di samping mobil Kevan, terdapat beberapa mobil keluarga Hanindra dan keluarga Darwin juga seorang psikiater dan dokter yang menjaga Ciara."Tuan Muda, ini rundown acara pembukaan Menara K.C Tobacco." Omar menyerahkan tablet Android yang biasa dipakai mendiang Ziyad kepada Kevan. Kevan membacanya sebentar. Dia membiarkan Omar menjelaskan. "Registrasi dan Kedatangan Tamu pada jam 08:00 - 09:00 pagi. Lalu, Pendaftaran dan penyambutan tamu undangan. Dilanjutkan Pembukaan Acara jam 09:00 - 09:10 pagi."Kevan dan Ciara membaca rundown acara bersama. "Sambutan dari MC dan pengenalan acara.Menyanyikan Lagu Kebangsaan negara Nexterra jam 09:10 - 09:15 pagi. Tentu aj
Pada saat jam makan siang, di Menara K.C Tobacco sedang berlangsung penampilan musik dari beberapa penyanyi dan band terkenal dalam negeri. Semua tamu undangan terlihat sangat menikmatinya. Acara musik tersebut berkolaborasi dengan tarian tradisional negara Nexterra. Tepuk tangan meriah menggema di ballroom Menara K.C Tobacco. Banyaknya media yang meliput membuat perusahaan Kevan semakin populer dan menjadi trending di mesin pencarian. "Van, Kakek dan Nenek bangga sama kamu," kata Cinta di sela-sela jamuan makan. Dia duduk bersebelahan dengan Christian. Kevan hanya tersenyum tipis. Dia merasa ada yang tidak beres dengan Christian. Namun, dia tidak berani mengatakannya.'Apa Kakek sakit, ya? Wajahnya pucat banget,' pikir Kevan. Dia mencari-cari ide agar Christian bisa pergi beristirahat."Cia, habis makan siang ada sesi networking di taman sekitar menara dan terakhir sesi tanya jawab di ruang konferensi. Kamu mau ikutan, nggak? Atau kamu mau istirahat aja sama Kakek di hotel? Biar
Acara pembukaan Menara K.C Tobacco sudah selesai. Kevan lega. Keluarga hanindra sudah kembali ke kediaman mereka di kota Baubau bersama Felicia.Sore hari ini, angin semilir berembus. Kevan berdiri di taman luar Menara K.C Tobacco. Dia menunggu kedatangan Ciara. "Omar, kenapa Cia lama banget? Dia sama Quden, kan?"Kevan gelisah. Dia mencoba menghubungi Ciara, tetapi tunangannya tidak menjawab panggilan teleponnya."Iya, Tuan. Tunggulah sebentar lagi!" seru Omar, tenang. "Anda tahu kan? Nona Ciara nggak bisa jalan cepat-cepat."Kevan frustasi. Dia mencoba bersabar."Kakak!"Teriakan Ciara mengalihkan konsentrasi Kevan. Pria itu berbalik dan melihat cara berlari ke arahnya. "Cia, jangan lari!" Meskipun Kevan berteriak, Ciara tetap berlari. Kevan pun memeluknya erat, lalu berputar.Pemandangan itu menunjukkan kemesraan di antara Kevan dan Ciara, bahkan tidak sedikit orang-orang yang iri saat melihat mereka. "Kamu kok lama banget?" tanya Kevan, khawatir. Lalu, dia menatap Quden yang b
Sementara itu di Hanindra Panorama Resident."Tuan, kapan Anda mau ke rumah sakit untuk cuci darah?" Harland bertanya. Dia baru selesai memeriksa kondisi kesehatan Christian. Dabin membantu Christian duduk bersandar. Kedua matanya memancarkan kesedihan. Dia sedang menemani Christian di kamar utama bersama Harland. Sedangkan Cinta berada di paviliun Barat dengan Felicia. "Saya kan udah bilang, jangan ungkit masalah itu!" tegur Christian, marah. Wajah Christian merah padam. Situasi di kamar utama menjadi sangat canggung. Harland tetap pada pendiriannya. "Tapi, sakit gagal ginjal Anda udah kronis. Nggak akan bisa bertahan lebih dari 2 bulan, Tuan Besar." Sebenarnya, Dabin mendukung Harland. Bagiamana pun juga, Christian adalah pemegang kekuasaan mutlak di keluarga Hanindra. Dia harus berumur panjang."Maaf, Tuan Besar," sela Dabin seraya membungkuk. "Setelah dipikir-pikir, kali ini saya setuju sama saran Dokter Harland."Dabin tetap mempertahankan sikap sopannya. Dia melirik Harland
"Apa Anda sadar sama semua ucapan Anda, Tuan Besar?"Harland membeku. Dia berhenti menuliskan beberapa pesan Christian di sebuah buku catatan kecil. Harland menatap Dabin, frustasi."Pak Dabin, gimana ini?" tanya Harland, memastikan. Dabin dan Harland duduk bersebelahan. Dabin tidak sanggup menatap Christian. Dia juga tidak sampai hati menjawab pertanyaan Harland. Dengan wajah tertunduk, Dabin akhirnya menjawab, "Lakuin aja, apa yang Tuan Besar inginkan."Dabin mengusap kedua matanya yang basah. Suaranya serak dan lemah. Dia tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti perkataan Christian."Gila!" pekik Harland, dia berdiri. "Ini benar-benar gila!"Harland memunggungi Christian dan Dabin. Dia memijit pelipisnya yang mulai berdenyut."Apanya yang gila?!" tanya Christian, marah. "Nggak ada yang gila, Harland."Masih dengan posisinya yang membelakangi Christian dan Dabin, Harland menoleh ke belakang menatap Christian. Kemudian, dia menggeleng. "Nggak ada satupun anggota keluarga Hanin