Kevan membalas perkataan Dabin. "Kalo menurut Paman Dabin kayak gitu, yaa nggak apa-apa. Semua orang bebas berpendapat. Nexterra kan negara demokrasi."Kevan pergi dengan santai meninggalkan kamar utama. Omar membukakan pintu. Sebelum melangkah ke luar, Kevan menghentikan langkah. "Aku bisa buat Kakek tenang dan fokus ke penyembuhan aja. Aku juga bisa ngatur keluarga Hanindra. Tapi ...."Kevan menoleh ke belakang. Dia menatap Christian, lalu menatap Dabin. "Tapi, kalo Kakek percaya sama aku." Kevan tidak berniat menunggu tanggapan dari Christian. Dia melangkah pergi.Satu kalimat penutup dari Kevan membuat Christian mengembangkan senyum. "Dabin, saya udah putusin, Kevan akan teruin tahta saya sebagai Komisaris Utama di HHC. Siapin semuanya!" Kevan kembali menghentikan langkahnya. Christian sudah memutuskan dan Kevan mendengarnya. Itu artinya, Christian setuju dengan syarat yang diajukan Kevan. ***Keesokan paginya.Kevan sengaja pergi ke kamar kedua orang tuanya. Sesuai dengan ja
Menara K.C Tobacco kota Baubau. Christian dan Cinta sudah kembali ke pulau Orion bersama Jasmine. Awalnya, Cinta terkejut dengan keputusan Jasmine yang ikut pulang ke kota Paloma. Namun berkat penjelasan Kevan, akhirnya Cinta mengerti. Cinta juga sudah mengetahui sakit gagal ginjal yang diderita Christian. Cinta sedih, tetapi dia mencoba menerimanya dengan lapang dada. "Jadi, sekarang Kakek udah dirawat di rumah sakit?" Kevan sedang menerima panggilan telepon dari Jasmine. Dia berada di ruang kerja bersama KidOO. Di depannya, terdapat setumpuk dokumen yang siap dibaca. "Iya, Van. Akhirnya Kakek setuju dirawat di rumah sakit dan cuci darah." Kevan mendengar isak tangis dari ujung telepon. Dia ingin pulang ke kota Paloma dan melihat kondisi Christian. Tapi dia tidak bisa meninggalkan semua urusannya di kota Baubau. "Aku percaya, Kakek akan baik-baik aja, Ma." Kevan berusaha menguatkan hati Jasmine. Brak! Kevan dan KidOO menatap ke arah pintu yang terbuka. Omar muncul dengan
Masalah penipuan yang timbul di Darwin Group sudah menyebar di kalangan jajaran komisaris. Meskipun begitu, semua orang masih terkejut dengan pemberitaan ini. Wajah semua orang di jajaran komisaris pucat pasi. Ini adalah masalah yang tidak bisa disepelekan!"Selama bertahun-tahun di Darwin Group, baru sekarang ada masalah penipuan kayak ini" Rinanto yang berbicara pertama kali. Dia melirik Senopati."Iya kan, Seno?" tanya Rinanto, kecewa juga marah. Senopati mengangguk. "Bener. Gimana pun juga, kita berdua ini co-founder Darwin Group. Kita tau perkembangan bisnis Darwin Group dari tahun ke tahun."Dengan membaca raut wajah dan gesture tubuh Rinanto dan Senopati, Kevan yakin kedua orang ini tulus dan tidak terlibat. Ciara dan Felicia masih terdiam, mencoba mencerna penjelasan orang-orang. Karena mereka berdua adalah pemain baru di dunia bisnis. "Dan sekarang, kita rugi banyak." Itu adalah cuitan Nacita. Perempuan itu pandai berbisnis dan mengontrol grafik bisnis Darwin Group dari
Hari berikutnya di kota Tango.Siang hari ini, Kevan sedang berada di rumah sahabatnya bersama Omar dan Gauche. Dia duduk di ruang tamu."Selamat, Glen," kata Kevan memberikan selamat kepada sahabatnya. Dia menggenggam handphone. "Akhirnya, jagoan kamu lahir juga.""Makasih, Van." Glen duduk di samping Kevan sambil menggendong bayinya. "Kamu kapan nyusul, hem?"Kevan tertawa. "Maunya sih unboxing dulu."Buk!Gauche tiba-tiba memukul lengan Kevan. Sontak tindakannya membuat Kevan terkejut."Kok kamu mukul aku sih, Bang?" tanya Kevan sambil meringis."Kamu mau ikutin jejak aku unboxing duluan? Eh tapi, itu dulu. Sekarang aku udah tobat." Gauche terkekeh. Dengan penasaran, Kevan bertanya, "Emang Abang udah kawin?" Inura keluar dari dalam kamarnya. Dia berjalan dengan susah payah menuju ruang tamu. "Bang Gauche sih kawin terus. Tapi, nggak nikah-nikah. Inget karma atuh, Bang!" celetuk Inura. Dia duduk di sofa single. Gauche senyum-senyum. "Itu kan Abang bilang, dulu. Sekarang udah tob
Igoy membawa Kevan ke sebuah ruangan dengan pencahayaan seadanya tanpa jendela dan tanpa pendingin ruangan. "Ayo masuk Van!" ajak Igoy. Kevan melihat dua pria terikat di kursi kayu. Asal rokok mengepul di udara. Kevan mencari sumber asap. Dia melihat Raymond duduk dengan mengangkat salah satu kakinya ke kursi kosong di depannya.Di belakang Raymond terdapat setidaknya 10 orang pria berjaket hitam sedang berdiri dengan ekspresi sangar. "Van, ini dua tikus gorong-gorong yang aku temukan di pertambangan emas Darwin."Suara Raymond berat. Dia meneguk bir kaleng.Kevan berjalan menghampiri salah satu dari mereka. Lalu, membuka lakban di mulutnya. Kevan tidak berbicara. Dia mengamati orang di depannya.Igoy menarik rambut pria di depannya ke belakang hingga wajahnya memerah. "Mereka nggak mau ngomong apa-apa, Van," kata Igoy. Kevan melihat wajah kedua orang itu babak belur. "Mereka ngapain di pertambangan?"Igoy menjelaskan. "Mereka berdua ini ngambil barang dari pertambangan pakai mobi
"Iya, Kak. Mama nangis."Mendengar jawaban Ciara membuat hati Kevan terasa sakit. "Mama sakit?" tanya Kevan lagi. "Minta Quden panggil Dokter!"Setelah sempat terdiam beberapa saat, Ciara menjawab, "Kamu udah lihat berita terkini? Polisi grebek pergudangan emas Darwin Group, Kak."Sontak, Kevan memejamkan mata sejenak, mengatur emosi yang menyerang. "Sebentar, Yang! Aku harus pastiin dulu. Nanti aku telepon kamu lagi.""Iya, Kak."Setelah mendengar nada terputus, Kevan segera berselancar di internet. Tidak lama, dia menatap Omar."Omar!" panggil Kevan. "Cia bilang, berita terkini udah muncul. Polisi grebek pergudangan emas Darwin Group."Alangkah terkejutnya semua orang di dalam ruangan. Mereka buru-buru memainkan handphone dan mencari tahu kebenarannya. Kedua mata Raymond terbelalak. "Astaga, Van. Kamu harus cepetan selesaikan urusan ini!" Raymond berteriak. Kevan sakit hati dan marah saat melihat berita. "Ray, suruh anak buah kamu pergi ke penjara kota Tango. Cari napi yang nam
"Hari ini sakit Cia kambuh, nggak?" Kevan berdiri di sisi kiri ranjang kamar Ciara. Setelah puas interogasi Ervan, Kevan dan Omar kembali ke kota Baubau. Dia sedang bertanya kepada Quden yang sepanjang hari menjaga Ciara."Iya, Tuan. Nona Ciara sempet sesak napas saat lihat berita pertambangan. Nyonya Felicia juga sempet pingsan." Quden menjelaskan dengan serius. "Tapi, saya buru-buru ambil obat Nona dan dia langsung istirahat."Kevan menghela napas panjang. Dia mengelus pipi Ciara dengan lembut. Di sampingnya, Omar berdiri tanpa berbicara. "Aku yakin banget, semua ini kerjaan Miguel," kata Kevan. Sorot mata tajamnya mampu mendominasi situasi di kamar Ciara. Quden mendengarkan penjelasan Kevan dengan seksama. Dengan sedikit pengetahuan, mungkin saja Quden bisa menenangkan hati Ciara nantinya. Maka yang bisa Quden lakukan adalah menyerap informasi sebanyak-banyaknya."Meskipun polisi nggak bisa lacak gudang fiktif, tapi mereka punya bukti kuat Darwin Group memproduksi emas batangan
Karena meeting belum dimulai, semua orang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, termasuk Kevan. Masih ada satu relasi Darwin Group yang belum hadir. Kevan memantau grafik pembelian Diandra Jewellery selama satu tahun. Dengan cepat, dia memahaminya. Di samping Nacita, terdapat beberapa pria berpakaian rapi. Mereka adalah tim pengacara perusahaan Darwin Group yang diketuai oleh Mahendra Rustandi, beranggotakan Arzan Kusuma, Wira Anwari, dan Nizam Bahari. Tim pengacara tersebut dibentuk beberapa bulan silam oleh Kevan dengan bantuan Mr. KidOO.Sarah kembali menjelaskan. "Di bawahnya ada Emily Blunt Jewellery. Mereka menuntut ganti rugi yang cukup besar Rp 200 milliar." Kedua mata Kevan membaca dengan cepat tulisan di layar tablet Android. Otaknya menyimpan banyak informasi tentang relasi-relasi Darwin Group. "Terakhir ada Antoinette Co and Blaire. Mereka menuntut ganti rugi yang sama seperti Emily Blunt Jewellery yaitu Rp 200 milliar." Kevan mengangguk setelah Sarah selesai men