Karena meeting belum dimulai, semua orang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, termasuk Kevan. Masih ada satu relasi Darwin Group yang belum hadir. Kevan memantau grafik pembelian Diandra Jewellery selama satu tahun. Dengan cepat, dia memahaminya. Di samping Nacita, terdapat beberapa pria berpakaian rapi. Mereka adalah tim pengacara perusahaan Darwin Group yang diketuai oleh Mahendra Rustandi, beranggotakan Arzan Kusuma, Wira Anwari, dan Nizam Bahari. Tim pengacara tersebut dibentuk beberapa bulan silam oleh Kevan dengan bantuan Mr. KidOO.Sarah kembali menjelaskan. "Di bawahnya ada Emily Blunt Jewellery. Mereka menuntut ganti rugi yang cukup besar Rp 200 milliar." Kedua mata Kevan membaca dengan cepat tulisan di layar tablet Android. Otaknya menyimpan banyak informasi tentang relasi-relasi Darwin Group. "Terakhir ada Antoinette Co and Blaire. Mereka menuntut ganti rugi yang sama seperti Emily Blunt Jewellery yaitu Rp 200 milliar." Kevan mengangguk setelah Sarah selesai men
"Aーapa?! Klarifikasi?!" Prita sedikit terkejut. Wajahnya berubah tegang. Dia buru-buru mengubah sikapnya agar lebih tenang.Prita Laksmono memiliki penampilan berbeda dari kebanyakan perempuan. Dengan tinggi 173 cm, Prita memotong rambut pirangnya menyerupai laki-laki. Dia memadukan blouse berwarna navy dengan celana hitam bahan dan sepatu hak tinggi berwarna senada dengan blouse. Penampilannya sukses memberikan kesan seseorang yang profesional."Iya, klarifikasi. Apa ada yang salah dengan itu?" Ciara mengatur emosi agar tetap bisa berbicara dengan lugas dan tegas. Ciara tahu, semua relasi Darwin Group menyepelekannya hanya karena berusia paling muda. Namun, semua itu tidak menyurutkan nyalinya. Ciara berjalan menuju kursi Kevan. "Sebelum semua relasi menuduh Darwin Group, apa kalian udah melakukan investigasi? Apa kalian udah periksa orang-orang di perusahaan kalian sendiri?!"Sebelum hari ini, Ciara sudah menyelidiki keempat perusahaan mitra bisnis Darwin Group dibantu Nacita, Ri
"Hah?! Apa yang terjadi?!""Kok bisa mereka berkomplot?!""Apa ini alasannya Rossel and Co bisa order lebih banyak dari ketentuan?!""Apa selama ini, Rossel and Co ngasih gratifikasi ke Darwin Group agar bisa order emas dalam jumlah banyak?!""Aku nggak sangka Rossel and Co bermain licik!""Dia bukannya ...."Setelah layar putih di belakang Ciara menunjukkan beberapa foto dan video, suasana di dalam ruang VVIP menjadi gempar. Semua perwakilan relasi saling melemparkan pertanyaan dan tatapan curiga kepada Rossel and Co. Tidak bisa dipungkiri, Prita mendadak panik. Wajahnya merah padam antara marah dan menahan rasa malu. "Saya penasaran, gimana cara Bu Prita jelasin semua ini!"Suara Ciara yang dalam mampu meredakan suasana ricuh. Dia masih berdiri di sisi Kevan. "Atau, Bu Prita mau lihat video terakhir yang Darwin Group punya?" Ciara tersenyum sinis. "Sarah, putar vidionya sekarang!""Baik, Nona." ibu jari Sarah dengan cekatan segera menekan tombol enter pada laptop. "Ahh! Kurang a
Rapat dengan para relasi Darwin Group berjalan dengan alot. Alhasil, perusahaan Emily Blunt Jewellery dan Antoinette Co and Blaire meminta uang ganti rugi masing-masing sebesar Rp 200 milliar. Jumlah total kerugian yang harus dibayarkan Darwin Group, awalnya mencapai Rp 1 triliun, kini berubah menjadi Rp 400 miliar. Setidaknya, Ciara berhasil menekan pengeluaran Darwin Group di angka Rp 400 miliar.Bagaimana dengan Rossel and Co? Polisi telah membawa Prita dan wakilnya untuk dimintai keterangan. Sedangkan Diandra Jewellery sudah mengumumkan bahwa pihaknya tidak menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun.Ciara menundukkan kepala. "Pak Mahendra, makasih banyak."Konferensi pers baru saja selesai. Mereka masih berada di dalam ballroom Hotel Darwin. Walaupun pihak pengacara perusahaan Darwin Group telah melakukan klarifikasi, semua bukti mengarah kepada Darwin Group. Oknum-oknum yang terlibat penipuan di perusahaan Darwin Group akan segera diproses untuk dimintai pertanggungjawabannya. "
"Iya, Van. Nenek memang udah tau kalo Christian menderita gagal ginjal sejak lama." Cinta mengakuinya secara terang-terangan. Terdengar suara desah napas Cinta yang panjang seolah dia sedang memikul beban yang berat. Kemudian, Cinta kembali berkata, "Tapi saat itu, Dokter Harland bilang, Christian masih bisa diberikan obat yang paten tanpa cuci darah."Cinta menangis lagi. Kali ini, suara isak tangisnya semakin menjadi-jadi. Berbeda dengan dokter pribadi lainnya yaitu Iman Aidan. Dia adalah dokter umum keluarga Hanindra. Sehari-harinya, dia bekerja sebagai dokter umum senior di rumah sakit Internasional Paloma.Sedangkan Harland adalah seorang dokter pribadi yang dipekerjakan keluarga Hanindra khusus menangani penyakit Christian. "Nenek nggak sangka, hari ini bener-bener terjadi. Christian terbaring lemah setelah cuci darah yang kedua kali."Kevan belum merespon Cinta lagi. Dia membiarkan Cinta mengatakan apapun sesuai kehendaknya. "Cepat ambil alih HHC, Van! Iーitu ... itu permin
"Van, gimana kondisi Cia?" Rasa khawatir Kevan sirna begitu Quden datang. Dia membiarkan Quden menjaga Ciara bersama Miranda Davina dan Diera. Sekarang, Kevan berada di balkon kamar Hotel Darwin. Dia sedang berbicara dengan Miranda Kerr di telepon. "Cia udah tidur, Nyonya," jawab Kevan, lesu. "Aku mauー"Miranda langsung menyela. "Van, mulai sekarang, biasain panggil saya Mama dan panggil Yohanes Papa, oke!"Kevan tersentak. Dia tidak pernah menyangka keluarga Notora memiliki niat yang tulus. Karena Miranda sudah berkata seperti itu, jadi Kevan hanya akan mengikuti alurnya saja. "Oke, Ma," kata Kevan, menyetujuinya. Tanpa sepengetahuan Kevan, Miranda tersenyum di ujung telepon."Saya udah denger masalah yang timbul di Darwin Group. Kalian udah ketemu Andah, kan? Dia pasti bantuin Cia, Van.""Iya, Ma. Makasih untuk itu." Kevan hanya bisa merendahkan dirinya di hadapan Miranda. Bukan apa-apa, Kevan hanya ingin melindungi Ciara dari ancaman Miguel. Pengaruh keluarga Notora di kota
"Igoy, gimana hasil kamu ke penjara? Ada kabar baik, nggak? Aku udah lama banget nggak dapat kabar baik." Kevan sudah berada di kota Paloma bersama keluarga Darwin. Sekarang, dia berdiri di balkon kamarnya sambil menatap pavilion keluarga Darwin. Di belakangnya, Omar dan Angga duduk sembari menikmati teh. Kevan sedang melakukan percakapan dengan Igoy di saluran telepon. "Van, Wono Prayogi nggak tau masalah emas palsu dan oknum-oknum yang terlibat. Dia nggak terlibat bisnis emas palsu ini." Raut kekecewaan langsung muncul di wajah Kevan. Dia mengepalkan tangan menahan amarah. "Tapi, Wono sebut satu nama." Igoy terdiam cukup lama sampai membuat Kevan tidak sabar. "Siapa?" tanya Kevan. "Amsol Dwipayana." Igoy menjawab dengan datar. Sebelumnya, Kevan sudah menduga bahwa skandal emas palsu ini berhubungan dengan Amsol. "Terus? Kamu kemarin langsung nemuin Amsol, kan?" tanya Kevan lagi. Mendengar suara Kevan yang menggebu-gebu membuat Igoy merasa tidak enak hati. Namun, dia t
Kevan bukan tidak memiliki jawaban. Dia hanya ingin menunggu waktu yang tepat. Namun jika keadaan sudah terdesak seperti ini, dia juga tidak akan diam. Dia akan memberikan jawaban atau lebih tepatnya, memberikan kepastian kepada keluarga Darwin. Kevan memegangi kedua tangan Ciara. "Cia, akuー"Bertepatan dengan itu, terdengar suara kursi roda. Christian muncul bersama Cinta dan Dabin yang mendorong kursi rodanya. Harland dan seorang suster pun datang bersamanya. Semua orang menatap wajah tua Christian yang semakin lemah. Di belakang mereka, terdapat keluarga Leon, dan Julian beserta anak-anak mereka. "Van!" Christian memanggil Kevan, lemah. Kevan dan Ciara saling bertatapan sesaat. Lalu, Kevan menarik tangan Ciara untuk mendekati Christian bersama. Kevan dan Ciara sudah berdiri di depan Christian. Kevan berlutut, tetapi Ciara tetap berdiri dengan tatapan kosong. "Kenapa Kakek ke sini?" Kevan menyentuh tangan Christian, lalu mengusapnya perlahan. Dia menahan kesedihan. "Kalo mau k
Donita menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya. "Leon, kamu kenapa?" tanyanya, cemas. Donita bergegas lari ke arah Leon. Tangan Leon bergetar hebat. Setelah melototi dokumen kesehatan Christian di tangannya, sekarang Leon sedang menatap wajah ayahnya yang semakin memucat. Kemudian, dia segera membaca laporan keuangan keluarga.Melihat pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka menunggu reaksi Leon. Donita menarik paksa dokumen dari tangan Leon. Beberapa detik kemudian, mulutnya menganga lebar. "Ini nggak mungkin!" teriak Donita. "Ini pasti ada yang salah." Donita melirik Cinta yang duduk tenang memandanginya. "Iya kan, Mama mertua? Ini cuma halusinasi aku aja karena terlalu stres." Donita berkata dengan frustasi.Cinta menggeleng. Sedangkan Leon mematung di tempat. "Paman Leon sama Bibi Donita kaget, ya?" Suara Kevan memecahkan keheningan. "Di rumah ini, cuma keluarga kalian dan anak-anak Paman Ken aja yang belum tau."Hati Leon dan Donita semakin terir
Setelah kesalahpahaman dengan Ciara selesai, Kevan meminta tunangannya pergi ke Pink Beach Island lebih dulu bersama Felicia dan Quden untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Kevan kembali ke kota Paloma. Dia ingin menjemput keluarganya sebelum menyusul Ciara. Sehari sebelumnya, Ciara sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Karena keduanya melakukan fitting baju pengantin bersama. "Huhhh!" Kevan menghela napas panjang. Dia baru tiba di rumah besar keluarga Hanindra. Dia berjalan menuju ruang tengah di mana semua orang telah menunggunya."Tuan, Anda harus sabar!" Omar senantiasa mengingatkan Kevan. Kevan tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Setibanya di ruang tengah, semua orang sudah duduk bersama Christian dan Cinta. "Silakan duduk, Tuan!" Rofiq mempersilakan Kevan untuk duduk di sisi kanan Christian. "Malam, Kakek, Nenek," sapa Kevan. Lalu, dia menatap kedua Theo dan Jasmine yang duduk di sebelahnya. Rencana Kevan untuk menyusul Ciara tidak berjalan dengan
"Apa?! Anak kandung Kak Kevan?!"Ciara mengulangi kata-kata Nulla. Dia merasa hal itu sangat mustahil. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada hal mustahil di dunia ini kan? Bagaimana bisa, Kevan yang begitu bucin kepada Ciara menghamili wanita lain? Apalagi wanita itu adalah Nulla yang notabenenya mantan pacar sekaligus cinta pertama Kevan. Namun, jika sudah berurusan dengan nafsu, apapun bisa saja terjadi, kan?Kevan menghela napas kasar. Dia menatap Nulla yang sedang tersenyum lebar. Kevan beranjak pergi menghampiri Ciara. "Yang, jangan dengerin Nulla!"Ciara menghempas tangan Kevan. Dia memandangi Kevan dan Nulla bergantian. "Kamu belum bisa move on dari Cinta pertama kamu ya, Kak?" Wajah Ciara masam. "Kalo kamu belum selesai sama masa lalu, jangan berani-beraninya mulai sama orang baru."Usai mengatakan hal itu, Ciara pergi. Dia mengambil langkah cepat seolah tidak peduli dengan jantungnya yang terasa sakit. "Eh, Van! Kamu mau ke mana?" Nulla berteriak. Dia mencoba menghalangi Ke
"Masuk, Van!"Nulla membuka pintu kamar apartemen nomor 303. Namun, Kevan tidak langsung masuk. Merasa tidak ada pergerakan dari Kevan, Nulla menoleh ke belakang. "Kenapa? Ayo masuk!" ajaknya lagi. Nulla baru selesai mandi. Rambutnya basah dan dia masih memakai jubah mandi. Kevan tidak bodoh. Nulla pasti sedang merencanakan sesuatu. Bisa jadi firasat Omar tadi benar. Untuk sesaat, Nulla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik pesan singkat untuk seseorang.Nulla: Nona Ciara, cepetan dateng ke Grand Hyeth Apartment nomor 303. Kamu pasti penasaran aku dan tunangan kamu ngapain aja, kan?Nulla tidak berniat menunggu pesan balasan Ciara. Dia kembali menatap Kevan. "Ada perlu apa?" tanya Kevan dengan tatapan sinis. "Di sini aja ngomongnya!"Kevan enggan masuk. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan."Aku mau ngomongin tentang Miguel. Kamu yakin mau ngomong di depan pintu? Kamu nggak takut kalo ada yang nguping?"Nulla berdiri di ambang pintu, lalu celingukan. Sepi. Suasana di kori
Sesampainya di rumah, Kevan melihat Ciara murung. Ciara berbaring lesu di kamarnya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Kevan dan Felicia. Felicia menghampiri anak satu-satunya. "Cia!" Ciara terkejut. Dia segera bangun. "Mama kapan pulang?" Sore hari yang redup ini sepertinya kota Baubau akan diguyur hujan. Suasana hati Kevan sedang tidak baik, sama seperti Ciara. Kevan mendekati Quden yang berdiri di dekat pintu. "Apa seharian ini Cia cuma tiduran aja?" tanyanya, penasaran. "Dia nggak bales chat aku sama sekali. Gimana nafsu makannya hari ini?"Quden adalah seorang yang jujur. Dia pun menjawab apa adanya. "Nona sama sekali nggak mau makan. Dia cuma minum susu aja, Bos." Kevan menatap Ciara yang sedang berbicara dengan Felicia. Wajah keduanya sedih. "Seharian ini, Nona Ciara habisin waktu di depan laptop baca-baca berita keluarga Darwin. Jadi, apa rencana Bos selanjutnya? Ngomong-ngomong, Pak Omar ke mana?""Omar masih di pengadilan. Aku balik sama Angga." Kevan terlihat benar-
"Huh!" Kevan melirik Felicia sedang menghela napas berat. Sejak tadi, Kevan berusaha menguatkan hati calon ibu mertuanya. Kevan memberikan botol air mineral kepada Felicia. "Ma, minum dulu!" Kevan lega. Karena setidaknya, Felicia masih mau minum di tengah ketegangan suasana ruang sidang. Dua hari lalu, Ciara sudah membereskan para pemegang saham yang ingin mundur dari Darwin Group. Ciara mentransfer uang sebanyak Rp 10 triliun sebagai ganti saham mereka. Tidak hanya itu, sehari sebelum sidang perdata digelar, keluarga Darwin sudah mengumumkan kebangkrutan mereka. Kini, Darwin Group telah diakuisisi oleh K.C Tobacco milik Kevan. Dengan cara itu, sudah sangat jelas bahwa K.C Tobacco ingin mengambil alih penuh tanpa melibatkan pemegang saham lama dalam struktur kepemilikan baru. Akuisisi ini memang menyakitkan bagi Ciara dan Felicia. Namun, mereka tidak memiliki cara lain. Selain itu, mereka berdua masih memiliki saham di K.C Tobacco. Tentu saja, Miguel tidak tahu hal itu. Denga
Pukul 9:00 malam waktu kota Baubau. Kevan dan Ciara sudah kembali ke rumah 1 jam yang lalu. Ciara tampak kelelahan. Mereka duduk di ruang tamu.Kevan duduk di sofa single menghadap ke pintu utama. Sedangkan Ciara dan Felicia duduk di sofa panjang bersama Arkan. Omar dan Angga berdiri di belakang Kevan. "Cia, kamu hebat. Kamu kuat menghadapi orang-orang. Aku salut sama keberanian kamu." Arkan tidak berhenti membanggakan Ciara. Namun, Kevan berwajah masam saat mendengarnya. Pintu pun terbuka. Quden berdiri di ambang pintu. Dia menatap Kevan. "Tuan, ada jajaran eksekutif di luar mau ketemu Anda dan Nona Ciara." Quden memberitahu. Sorot matanya tajam penuh dengan ancaman."Suruh masuk aja!" perintah Kevan. Kevan menatap Ciara dan Felicia. Lalu, mengangguk kepada Quden."Baik," sahut Quden. Tidak lama, dia menghilang di balik pintu. "Mama sama Cia inget kan rencana kita? Sekarang udah waktunya eksekusi."Kevan melihat Felicia tersenyum dengan paksa. Dia juga melihat sorot mata Felic
Rapat mendadak dengan jajaran eksekutif sudah selesai. Sekarang, Ciara sedang rapat bersama tim public relation dan tim kuasa hukum perusahaan di ruangan yang sama. Kevan tidak beranjak dari kursinya. Dia dengan setia menunggu Ciara menyelesaikan rapat. Di samping Kevan, Arkan duduk dengan tenang. Dia ingin melihat kepiawaian Ciara memimpin rapat.Di ruang rapat, Ciara berbicara. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang sudah aku rencanakan untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan Darwin Group tetap menjadi perusahaan yang dihormati,” katanya, antusias. Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah tantangan besar, tapi dengan strategi yang tepat, mereka bisa mengatasi dampak negatif dan membangun kembali reputasi perusahaan."Siapa ketua tim public relation di sini?" tanya Ciara. Seorang wanita berambut pirang sebahu mengangkat tangan. "Saya, Nona. Nama saya Susan Arardjo.""Oke, Susan. Pertama-tama, aku mau hari ini kamu buat agenda transparansi dan komunikasi
Hari berikutnya, Ciara dan Kevan kembali ke pulau Pearl. Pagi ini, Ciara akan mengadakan rapat darurat dengan para eksekutif perusahaan Darwin Group. Kevan dan Ciara kembali bersama Arkan yang sekarang sedang rapat bersama pengacara yang dia bawa dan tim pengacara perusahaan di ruangan berbeda. Di ruang rapat Darwin Group, Ciara berbicara kepada tim manajemen. “Kita harus bekerja keras untuk memulihkan reputasi perusahaan. Aku tau, ini nggak akan mudah. Tapi dengan kerja sama dan dedikasi, aku yakin kita bisa mengatasi tantangan ini,” katanya dengan penuh semangat.Tim manajemen mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang sulit. Tapi, mereka bertekad untuk membawa Darwin Group kembali ke jalur yang benar. Mereka akan memastikan perusahaan ini tetap menjadi simbol integritas dan kepercayaan.Ciara menatap sekretarisnya. "Sarah, bagiin sekarang!""Baik, Nona." Sarah berdiri. Dia membagikan satu lembar kertas kepada tim manajemen. Kevan dan para jajaran direksi hanya te