Dua hari kemudian. Mobil yang membawa Kevan sudah sampai di area parkir VIP lantai 5 Menara K.C Tobacco. Ciara ikut bersamanya menghadiri acara pembukaan Menara K.C Tobacco.Meskipun mobil sudah berhenti, Kevan dan Ciara belum juga keluar padahal sudah banyak yang menanti kedatangan mereka. Omar mengambil alih kemudi mobil. Di samping mobil Kevan, terdapat beberapa mobil keluarga Hanindra dan keluarga Darwin juga seorang psikiater dan dokter yang menjaga Ciara."Tuan Muda, ini rundown acara pembukaan Menara K.C Tobacco." Omar menyerahkan tablet Android yang biasa dipakai mendiang Ziyad kepada Kevan. Kevan membacanya sebentar. Dia membiarkan Omar menjelaskan. "Registrasi dan Kedatangan Tamu pada jam 08:00 - 09:00 pagi. Lalu, Pendaftaran dan penyambutan tamu undangan. Dilanjutkan Pembukaan Acara jam 09:00 - 09:10 pagi."Kevan dan Ciara membaca rundown acara bersama. "Sambutan dari MC dan pengenalan acara.Menyanyikan Lagu Kebangsaan negara Nexterra jam 09:10 - 09:15 pagi. Tentu aj
Pada saat jam makan siang, di Menara K.C Tobacco sedang berlangsung penampilan musik dari beberapa penyanyi dan band terkenal dalam negeri. Semua tamu undangan terlihat sangat menikmatinya. Acara musik tersebut berkolaborasi dengan tarian tradisional negara Nexterra. Tepuk tangan meriah menggema di ballroom Menara K.C Tobacco. Banyaknya media yang meliput membuat perusahaan Kevan semakin populer dan menjadi trending di mesin pencarian. "Van, Kakek dan Nenek bangga sama kamu," kata Cinta di sela-sela jamuan makan. Dia duduk bersebelahan dengan Christian. Kevan hanya tersenyum tipis. Dia merasa ada yang tidak beres dengan Christian. Namun, dia tidak berani mengatakannya.'Apa Kakek sakit, ya? Wajahnya pucat banget,' pikir Kevan. Dia mencari-cari ide agar Christian bisa pergi beristirahat."Cia, habis makan siang ada sesi networking di taman sekitar menara dan terakhir sesi tanya jawab di ruang konferensi. Kamu mau ikutan, nggak? Atau kamu mau istirahat aja sama Kakek di hotel? Biar
Acara pembukaan Menara K.C Tobacco sudah selesai. Kevan lega. Keluarga hanindra sudah kembali ke kediaman mereka di kota Baubau bersama Felicia.Sore hari ini, angin semilir berembus. Kevan berdiri di taman luar Menara K.C Tobacco. Dia menunggu kedatangan Ciara. "Omar, kenapa Cia lama banget? Dia sama Quden, kan?"Kevan gelisah. Dia mencoba menghubungi Ciara, tetapi tunangannya tidak menjawab panggilan teleponnya."Iya, Tuan. Tunggulah sebentar lagi!" seru Omar, tenang. "Anda tahu kan? Nona Ciara nggak bisa jalan cepat-cepat."Kevan frustasi. Dia mencoba bersabar."Kakak!"Teriakan Ciara mengalihkan konsentrasi Kevan. Pria itu berbalik dan melihat cara berlari ke arahnya. "Cia, jangan lari!" Meskipun Kevan berteriak, Ciara tetap berlari. Kevan pun memeluknya erat, lalu berputar.Pemandangan itu menunjukkan kemesraan di antara Kevan dan Ciara, bahkan tidak sedikit orang-orang yang iri saat melihat mereka. "Kamu kok lama banget?" tanya Kevan, khawatir. Lalu, dia menatap Quden yang b
Sementara itu di Hanindra Panorama Resident."Tuan, kapan Anda mau ke rumah sakit untuk cuci darah?" Harland bertanya. Dia baru selesai memeriksa kondisi kesehatan Christian. Dabin membantu Christian duduk bersandar. Kedua matanya memancarkan kesedihan. Dia sedang menemani Christian di kamar utama bersama Harland. Sedangkan Cinta berada di paviliun Barat dengan Felicia. "Saya kan udah bilang, jangan ungkit masalah itu!" tegur Christian, marah. Wajah Christian merah padam. Situasi di kamar utama menjadi sangat canggung. Harland tetap pada pendiriannya. "Tapi, sakit gagal ginjal Anda udah kronis. Nggak akan bisa bertahan lebih dari 2 bulan, Tuan Besar." Sebenarnya, Dabin mendukung Harland. Bagiamana pun juga, Christian adalah pemegang kekuasaan mutlak di keluarga Hanindra. Dia harus berumur panjang."Maaf, Tuan Besar," sela Dabin seraya membungkuk. "Setelah dipikir-pikir, kali ini saya setuju sama saran Dokter Harland."Dabin tetap mempertahankan sikap sopannya. Dia melirik Harland
"Apa Anda sadar sama semua ucapan Anda, Tuan Besar?"Harland membeku. Dia berhenti menuliskan beberapa pesan Christian di sebuah buku catatan kecil. Harland menatap Dabin, frustasi."Pak Dabin, gimana ini?" tanya Harland, memastikan. Dabin dan Harland duduk bersebelahan. Dabin tidak sanggup menatap Christian. Dia juga tidak sampai hati menjawab pertanyaan Harland. Dengan wajah tertunduk, Dabin akhirnya menjawab, "Lakuin aja, apa yang Tuan Besar inginkan."Dabin mengusap kedua matanya yang basah. Suaranya serak dan lemah. Dia tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti perkataan Christian."Gila!" pekik Harland, dia berdiri. "Ini benar-benar gila!"Harland memunggungi Christian dan Dabin. Dia memijit pelipisnya yang mulai berdenyut."Apanya yang gila?!" tanya Christian, marah. "Nggak ada yang gila, Harland."Masih dengan posisinya yang membelakangi Christian dan Dabin, Harland menoleh ke belakang menatap Christian. Kemudian, dia menggeleng. "Nggak ada satupun anggota keluarga Hanin
Kevan membalas perkataan Dabin. "Kalo menurut Paman Dabin kayak gitu, yaa nggak apa-apa. Semua orang bebas berpendapat. Nexterra kan negara demokrasi."Kevan pergi dengan santai meninggalkan kamar utama. Omar membukakan pintu. Sebelum melangkah ke luar, Kevan menghentikan langkah. "Aku bisa buat Kakek tenang dan fokus ke penyembuhan aja. Aku juga bisa ngatur keluarga Hanindra. Tapi ...."Kevan menoleh ke belakang. Dia menatap Christian, lalu menatap Dabin. "Tapi, kalo Kakek percaya sama aku." Kevan tidak berniat menunggu tanggapan dari Christian. Dia melangkah pergi.Satu kalimat penutup dari Kevan membuat Christian mengembangkan senyum. "Dabin, saya udah putusin, Kevan akan teruin tahta saya sebagai Komisaris Utama di HHC. Siapin semuanya!" Kevan kembali menghentikan langkahnya. Christian sudah memutuskan dan Kevan mendengarnya. Itu artinya, Christian setuju dengan syarat yang diajukan Kevan. ***Keesokan paginya.Kevan sengaja pergi ke kamar kedua orang tuanya. Sesuai dengan ja
Menara K.C Tobacco kota Baubau. Christian dan Cinta sudah kembali ke pulau Orion bersama Jasmine. Awalnya, Cinta terkejut dengan keputusan Jasmine yang ikut pulang ke kota Paloma. Namun berkat penjelasan Kevan, akhirnya Cinta mengerti. Cinta juga sudah mengetahui sakit gagal ginjal yang diderita Christian. Cinta sedih, tetapi dia mencoba menerimanya dengan lapang dada. "Jadi, sekarang Kakek udah dirawat di rumah sakit?" Kevan sedang menerima panggilan telepon dari Jasmine. Dia berada di ruang kerja bersama KidOO. Di depannya, terdapat setumpuk dokumen yang siap dibaca. "Iya, Van. Akhirnya Kakek setuju dirawat di rumah sakit dan cuci darah." Kevan mendengar isak tangis dari ujung telepon. Dia ingin pulang ke kota Paloma dan melihat kondisi Christian. Tapi dia tidak bisa meninggalkan semua urusannya di kota Baubau. "Aku percaya, Kakek akan baik-baik aja, Ma." Kevan berusaha menguatkan hati Jasmine. Brak! Kevan dan KidOO menatap ke arah pintu yang terbuka. Omar muncul dengan
Masalah penipuan yang timbul di Darwin Group sudah menyebar di kalangan jajaran komisaris. Meskipun begitu, semua orang masih terkejut dengan pemberitaan ini. Wajah semua orang di jajaran komisaris pucat pasi. Ini adalah masalah yang tidak bisa disepelekan!"Selama bertahun-tahun di Darwin Group, baru sekarang ada masalah penipuan kayak ini" Rinanto yang berbicara pertama kali. Dia melirik Senopati."Iya kan, Seno?" tanya Rinanto, kecewa juga marah. Senopati mengangguk. "Bener. Gimana pun juga, kita berdua ini co-founder Darwin Group. Kita tau perkembangan bisnis Darwin Group dari tahun ke tahun."Dengan membaca raut wajah dan gesture tubuh Rinanto dan Senopati, Kevan yakin kedua orang ini tulus dan tidak terlibat. Ciara dan Felicia masih terdiam, mencoba mencerna penjelasan orang-orang. Karena mereka berdua adalah pemain baru di dunia bisnis. "Dan sekarang, kita rugi banyak." Itu adalah cuitan Nacita. Perempuan itu pandai berbisnis dan mengontrol grafik bisnis Darwin Group dari