"Jadi, Bibi Donita udah siap miskin?"Semua orang tersentak mendengar suara bariton itu. Suaranya berasal dari belakang punggung Donita. Donita melihat sepasang mata Ciara dan Angga berbinar. Dia curiga. Donita ragu-ragu. 'Iーitu ... Itu suara Kevan, kan? Astaga! Ini bencana!' Dia segera membalikkan badan.Donita gugup melihat Kevan berdiri di belakangnya dengan gagah. Sikapnya yang semula arogan, kini berubah takut dan cemas. "Van, kaーkamu ... kamu kenapa ngomong gitu?"Donita kalang kabut saat tatapan mata tajam Kevan berhasil menembus jantungnya. Dia merasakan keringat mulai membasahi kening dan area bawah mata."Saーsaya nggak serius kok sama Cia."Meskipun sudah tertangkap basah sedang membully Ciara, Donita tetap mengelak. Dia tidak mau disalahkan atas tindakan bodohnya."Jelas-jelas tadi aku denger sendiri, kamu panggil CiaーSi Pembuat Onar. Jadi, di mananya yang nggak serius?!"Kevan masih menatap Donita dengan pandangan tidak suka. Lalu, dia berjalan mendekati Ciara."Kamu ta
Ciara pernah memiliki rasa kehilangan yang besar saat ayahnya wafat dalam tragedi kebakaran. Seulas senyuman penuh arti terlukis di wajah Ciara saat dia menatap Kevan. Perawakan Kevan yang lebih tinggi darinya membuat Ciara mendongakkan kepala saat kedua tangannya meraba-raba wajah Kevan. Ciara dapat melihat raut kekhawatiran Kevan dengan sangat jelas. "Aku percaya sama kamu, Kak. Cuma kamu yang bisa mentolerir rasa sakitku."Kevan meraih tangan Ciara di kedua pipinya. Dia tidak tersenyum juga tidak berkata apapun dalam satu waktu. Dia membawa kedua tangan Ciara dan menempelkan ke bibirnya."Ada beberapa hal di dunia ini yang nggak bisa kita kontrol, Cia. Pikiran dan ucapan orang lain. Kita nggak akan mampu mengontrol tindakan orang lain. Tapi, kita bisa mencegah dan menghindarinya."***Selepas meluruskan kesalahpahaman dengan Ciara, Kevan membawa gadis itu masuk ke aula besar di sisi Timur mansion keluarga Hanindra. Sekarang, sudah pukul 11:00 malam. Di dalam aula sudah ramai. Pa
Ciara memiliki tujuan saat mengatakan ucapan selamat atas pencapaian Yohanes. Dia juga berpikir bahwa menjadi anak angkat dari keluarga Jaksa Agung sangatlah beruntung.Ke depannya, sudah pasti Ciara akan dilindungi oleh keluarga Notora. Itu akan membuat hidup Ciara menjadi jauh lebih aman. Kevan berdiri agak menjauh. Dia menerima panggilan telepon masuk yang sebenarnya berasal dari nomor telepon yang tidak dikenalnya."Ya? Siapa kamu?""Malem, Tuan Kevan. AkuーQuden Yundri."Kevan tidak langsung menjawabnya. Dia memijit pelipisnya, mencoba mengingat nama itu."Aku anak buah Bos Raymondーsi api neraka. Anda inget kan, Tuan?"Kedua mata Kevan tampak membara. Jantungnya berpacu lebih cepat saat mendengar julukan api neraka."Ya, aku inget. Tapi, kenapa kamu telepon aku? Di mana Ray?"Quden Yundri adalah kaki tangan yang paling diandalkan Raymond. Selain cerdas, kuat dan brutal, Quden mahir berkelahi, menggunakan berbagai senjata. Dia juga pandai mengatur strategi."Bos Ray ngutus aku unt
Pesta pergantian tahun telah selesai. Beberapa tamu telah pergi dan yang lainnya masih asyik berbincang menikmati kemewahan pesta keluarga Hanindra. Christian dan Cinta mengadakan pesta kali ini dengan beberapa tujuan. Dan, tentu saja semua ini berjalan atas kehendak Kevan.Selain menjalin relasi yang kuat, mereka ingin memperkenalkan Ciara di hadapan orang banyak dan media. Dengan begitu, musuh-musuh keluarga Darwin akan berpikir beribu kali untuk menyerang.Dengan kata lain, Kevan menegaskan sikapnya melalui pesta ini. Kevan mengajak Ciara naik ke rooftop kamarnya. Tanpa sepengetahuan Ciara, Kevan mencuri waktu untuk mendesain rooftop sejak pagi tadi. Dia merasa bersalah pada Ciara dan siap menebusnya. "Kak, kamu bisa turunin aku sekarang! Aku malu banget orang-orang liatin kamu yang gendong aku."Kevan memang menggendong Ciara dari taman menuju rooftop. Dia bahkan tidak peduli pandangan ataupun cibiran orang-orang terhadap dirinya dan Ciara. Karena yang dia tahu, dia harus memi
Makan malam romantis ala Kevan telah selesai. Kevan melihat wajah Ciara yang manis dan cantik sambil menelan ludah. Semakin Kevan melihatnya, dia semakin kesulitan mengontrol degup jantungnya. Maka, dia berusaha menyingkirkan imajinasinya yang terlalu liar.Kevan mencondongkan badan ke depan. "Cia, sini!" Ciara yang lugu juga mencondongkan badannya ke depan seperti Kevan. "Apa, Kak?" Kedua mata bulat Ciara menatap Kevan dengan penuh cinta.Tanpa terduga, Kevan menempelkan bibirnya di bibir Ciara dengan lembut. Ciara diam membeku. Kedua matanya melotot sempurna. Ciuman itu terjadi sangat cepat dan singkat.Kemudian, Kevan duduk bersandar sambil terkekeh. Dia melihat wajah Ciara kembali bersemu kemerahan."Kenapa? Ciul mau lagi?"Mendapatkan serangan mengejutkan barusan membuat Ciara merasa malu. Dia menatap Kevan sambil mengerucutkan bibir.Kevan kembali mencondongkan badan. "Kalo aku mau lagi. Kamu mau, nggak?"Ciara sontak menjauhkan dirinya dari Kevan. Dia memalingkan wajah ke ar
Kevan berjongkok. Dia mengingat perbincangannya malam itu dengan Igoy. Dia lantas menjawab, "Aku udah denger dari Igoy." Kevan mengembuskan asap rokok tinggi-tinggi ke udara. Raut wajahnya terlihat berseri-seri.Quden angguk-angguk. Dia sudah mendengar cerita tentang Kevan di malam itu dari mulut Igoy. Saat itu, Quden tidak menyangka kalau ternyata banyak anak buah Raymond yang berkhianat dan membelot kepada Robert Ombu. Padahal sepemahaman Quden, mereka yang berkhianat telah lama bekerja di bawah perintah Raymond. Lama tidaknya seseorang bekerja tidak akan menjamin kesetiaan pada majikannya, kan?Kevan bertanya, "Terus sekarang, Igoy di mana?" Dia tersenyum sinis sambil menautkan kedua alisnya. "Nggak disangka-sangka, Musang sama Tablo berkhianat."Angga dan Omar tidak terkejut mendengar kata-kata Kevan. Karena Kevan sudah memberitahu mereka."Igoy beresin TKP di kota Baubau. Terakhir yang aku tau, dia beresin rumah pacar Anda, Tuan."Kevan berdiri. Dia berjalan mendekati sebuah ko
Pukul 10:00 pagi di mansion keluarga Hanindra. "Kak!" Ciara menjerit begitu melihat wajah Quden. Dia ketakutan.Ciara buru-buru bersembunyi di balik punggung Kevan. Namun, dia masih mengintip karena rasa penasarannya terhadap Quden.Kevan sedang berada di balkon kamarnya. Selain bersama Ciara dan Quden, di sana ada Angga dan Omar juga. Kevin berniat ingin mengenalkan Quden pada Ciara.Setelah semalam berbicara dengan Raymond di saluran telepon, akhirnya Kevan mengikuti saran sahabatnya. Dia ingin Angga dan Quden menjaga Ciara. Sementara itu, Omar dan Ziyad tetap bersamanya. Kevan sedikit tertawa dengan sikap Ciara. Dia merasakan tangan Ciara memegangi pakaiannya kuat-kuat. Kevan memperkenalkan pria yang berdiri di hadapannya. "DiaーQuden Yundri, Yang." Kevan menatap wajah Quden yang memang agak berbeda dari kebanyakan orang. "Nggak usah takut! Mulai sekarang, dia di sini sama aku.""Gimana aku nggak takut? Dia mirip devil di film Devil Beside You. Kamu tau, nggak?"Meskipun merasa t
"Aku nggak bisa mempekerjakan orang yang tertarik sama Cia."Setelah Kevan memastikan Ciara aman bersama Felicia, dia kembali lagi ke kamarnya. Anak buahnya masih menunggu di balkon lantai dua.Kevan berjongkok di hadapan Quden yang babak belur. "Kenapa kamu sengaja mengungkit kejadian hari itu, hah?!" Kevan mencengkeram kuat rambut Quden dan menariknya ke belakang. Omar dan Angga membiarkannya. "Kamu mau narik simpatik Cia?! Nggak gitu caranya, Quden."Quden biasanya selalu bersikap dingin kepada siapapun. Tidak banyak yang tahu latar belakang Quden ataupun cerita-cerita percintaannya. Maka, Kevan hanya bisa menebak-nebak jalan pikiran Quden saja. "Aku udah telepon Ray tadi. Sekarang, kamu bisa pergi dari sini!"Kevan melepaskan Quden. Dia berdiri, lalu membakar rokoknya. Quden merangkak menuju kaki Kevan. "Tuan, tapi aku nggak ada niat apapun." Dia memegangi kedua kaki Kevan seraya menjelaskan isi hati. "Aku nggak ada niat jelek ke Nona Ciara. Aku bisa pastiin itu."Kevan menyin