Kevan berjongkok. Dia mengingat perbincangannya malam itu dengan Igoy. Dia lantas menjawab, "Aku udah denger dari Igoy." Kevan mengembuskan asap rokok tinggi-tinggi ke udara. Raut wajahnya terlihat berseri-seri.Quden angguk-angguk. Dia sudah mendengar cerita tentang Kevan di malam itu dari mulut Igoy. Saat itu, Quden tidak menyangka kalau ternyata banyak anak buah Raymond yang berkhianat dan membelot kepada Robert Ombu. Padahal sepemahaman Quden, mereka yang berkhianat telah lama bekerja di bawah perintah Raymond. Lama tidaknya seseorang bekerja tidak akan menjamin kesetiaan pada majikannya, kan?Kevan bertanya, "Terus sekarang, Igoy di mana?" Dia tersenyum sinis sambil menautkan kedua alisnya. "Nggak disangka-sangka, Musang sama Tablo berkhianat."Angga dan Omar tidak terkejut mendengar kata-kata Kevan. Karena Kevan sudah memberitahu mereka."Igoy beresin TKP di kota Baubau. Terakhir yang aku tau, dia beresin rumah pacar Anda, Tuan."Kevan berdiri. Dia berjalan mendekati sebuah ko
Pukul 10:00 pagi di mansion keluarga Hanindra. "Kak!" Ciara menjerit begitu melihat wajah Quden. Dia ketakutan.Ciara buru-buru bersembunyi di balik punggung Kevan. Namun, dia masih mengintip karena rasa penasarannya terhadap Quden.Kevan sedang berada di balkon kamarnya. Selain bersama Ciara dan Quden, di sana ada Angga dan Omar juga. Kevin berniat ingin mengenalkan Quden pada Ciara.Setelah semalam berbicara dengan Raymond di saluran telepon, akhirnya Kevan mengikuti saran sahabatnya. Dia ingin Angga dan Quden menjaga Ciara. Sementara itu, Omar dan Ziyad tetap bersamanya. Kevan sedikit tertawa dengan sikap Ciara. Dia merasakan tangan Ciara memegangi pakaiannya kuat-kuat. Kevan memperkenalkan pria yang berdiri di hadapannya. "DiaーQuden Yundri, Yang." Kevan menatap wajah Quden yang memang agak berbeda dari kebanyakan orang. "Nggak usah takut! Mulai sekarang, dia di sini sama aku.""Gimana aku nggak takut? Dia mirip devil di film Devil Beside You. Kamu tau, nggak?"Meskipun merasa t
"Aku nggak bisa mempekerjakan orang yang tertarik sama Cia."Setelah Kevan memastikan Ciara aman bersama Felicia, dia kembali lagi ke kamarnya. Anak buahnya masih menunggu di balkon lantai dua.Kevan berjongkok di hadapan Quden yang babak belur. "Kenapa kamu sengaja mengungkit kejadian hari itu, hah?!" Kevan mencengkeram kuat rambut Quden dan menariknya ke belakang. Omar dan Angga membiarkannya. "Kamu mau narik simpatik Cia?! Nggak gitu caranya, Quden."Quden biasanya selalu bersikap dingin kepada siapapun. Tidak banyak yang tahu latar belakang Quden ataupun cerita-cerita percintaannya. Maka, Kevan hanya bisa menebak-nebak jalan pikiran Quden saja. "Aku udah telepon Ray tadi. Sekarang, kamu bisa pergi dari sini!"Kevan melepaskan Quden. Dia berdiri, lalu membakar rokoknya. Quden merangkak menuju kaki Kevan. "Tuan, tapi aku nggak ada niat apapun." Dia memegangi kedua kaki Kevan seraya menjelaskan isi hati. "Aku nggak ada niat jelek ke Nona Ciara. Aku bisa pastiin itu."Kevan menyin
Omar teringat akan tugas yang Kevan berikan. Dia sudah menyelidiki kediaman keluarga Wijaya. Namun, ada yang aneh di sana. Kevan melihat perubahan wajah Omar. Dia tahu, sesuatu yang tidak beres pasti terjadi.Kevan memadamkan rokok. Lalu, dia menatap Omar seolah sedang mencari-cari perubahan ekspresi wajah bodyguard-nya. "Kenapa?" Omar mengeluarkan handphone. Napasnya sedikit memburu karena merasa kesal. Omar menjawab, "Maafin saya, Tuan. Gara-gara terlalu kesal sama Quden, saya lupa laporan sama Anda." Kevan bisa melihat sikap Omar yang gusar. Namun, dia tidak merespon apapun."Coba lihat, Tuan!" Oma menyodorkan handphone-nya di hadapan Kevan. "Apa ini?" Kevan memperhatikan gambar sebuah rumah besar di layar handphone Omar. "Ini rumah kosong, kan?"Omar mengangguk. Tebakan Kevan sudah dipastikan benar. "Lokasi rumah ini di Perumahan Bukit Mediterania Garden blok B5 nomor 171 kota Paloma, sesuai sama alamat yang Deyan kasih."Mendengar penjelasan Omar, menegaskan bahwa dia sudah
Jum'at sore yang cerah di kota Paloma.Hari Jum'at pertama di bulan Januari tahun 2020. Kevan memenuhi undangan pemeran lukisan di gedung kesenian Taman Kesenian Paloma. Dia datang ditemani oleh Ciara. Selain itu, Cinta, Jasmine dan Felicia juga ikut menghadirinya. Kevan melangkah memasuki gedung kesenian. Dia menggandeng tangan Ciara erat-erat. Setelah melalui pemeriksaan yang cukup ketat, mereka akhirnya berjalan melewati lobi. "Di sini sering ada acara pentas seni, Cia," kata Kevan. Dia berhenti di depan banner pengumuman acara bersama Ciara. Ciara membaca beberapa banner yang terdapat di depannya. Dia mengenakan inner turtleneck tanpa lengan warna putih berkerah tinggi yang dipadukan dengan circular skirt motif batik sepanjang lutut. Riasan tipis dengan anting-anting bulat berukuran sedang membuatnya tampil cantik alami. Rambut panjang coklatnya dikuncir ekor kuda tinggi dan berhasil menambah kesan elegan pada dirinya.Kevan mencubit hidung Ciara saking tidak bisa menahan hasra
"Cia, kamu di sini sama Mama! Aku mau sapa beberapa kenalan sama Ziyad."Demi menjalankan rencana dengan baik, Kevan akan membiarkan Ciara sedikit menjauh darinya. Dia dan Ziyad akan mengawasi Ciara dari jarak jauh. Lagipula, Kevan sudah menyebar mata-mata di sekitar Ciara hingga ke luar gedung kesenian. Maka seharusnya, tidak akan masalah dengan tunangannya."Oke, Kak," ucap Ciara, menyetujuinya tanpa berpikir. "Cepetan balik lagi kalo udah selesai!"Kevan memeluk pinggang Ciara lagi dan mencium keningnya singkat. "Kamu cantik banget, Cia," bisik Kevan dengan suara rendah. "Kecantikan kamu ini cuma buat aku, kan?"Ciara tertegun. Memangnya selain untuk dirinya dan Kevan, Ciara berdandan seperti ini untuk siapa?Ciara curiga Kevan sudah dua kali memberik kode padanya. Pertama; cowok kardus. Kedua; mencurigainya memiliki laki-laki lain.Ciara tersenyum. "Priaku hanya ada satu. Dia adalah kamuーKevan Hanindra. Cuma kamu satu-satunya pria di dalam hatiku."Meskipun Ciara sudah menegaskan
Kevan mengerti. Dia akan memberikan kesempatan Ciara untuk membuat keputusan. Karena bagaimana pun juga, mereka berdua belum resmi menikah. Jadi, Kevan tidak bisa selalu mengendalikan hidup Ciara. Kevan menggenggam erat tangan Ciara. "Kamu yang paling tau kesehatan kamu, Cia," bisiknya. Ciara lega. Lantas, dia bertanya, "Tapi, aku nggak punya pengalaman apa-apa, Nona Ana. Apa nggak takut bisnis kamu rugi gara-gara aku?"Anastasia menggeleng. "Nggak, aku sama sekali nggak ngeraguin kemampuan kamu, Nona Ciara."Kevan merasa lega melihat percakapan yang mengalir lancar. Dia tahu bahwa pertemuan ini bisa membuka banyak peluang baru bagi semua orang yang terlibat.Ciara masih tidak yakin, maka dia bertanya, "Begitu banyaknya model cantik dan profesional, kenapa kamu justru pilih aku?" Anastasia tersenyum malu-malu. “Kamu punya karisma dan keanggunan yang luar biasa. Aku yakin, kamu bisa mewakili brand aku dengan perfect dan membawa energi positif yang aku inginkan.”Miranda dan Rosella
Bella, dengan kecerdikannya, merencanakan cara untuk membawa Ciara ke penjara Paloma tanpa menimbulkan kecurigaan. Dia memanfaatkan momen ketika mereka sedang menikmati pameran lukisan untuk mendekati Ciara secara pribadi.“Nona, ada beberapa lukisan eksklusif yang nggak dipamerkan di sini. Saya bisa membawa Anda ke tempat khusus untuk melihatnya,” kata Bella dengan senyum meyakinkan. "Gimana? Anda tertarik atau nggak?"Ciara, yang tertarik dengan seni, setuju tanpa ragu. Kevan yang selalu waspada, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, Bella dengan cepat menambahkan, “Tuan, mungkin Anda bisa menemani Nona Anastasia dan yang lainnya. Sementara itu, saya akan ajak Nona Ciara sebentar aja.”Meskipun ragu, Kevan tetap memutuskan untuk membiarkan Ciara pergi dengan Bella. Dia memberi isyarat kepada anak buahnya untuk mengikuti mereka dari kejauhan. Kevan juga memastikan bahwa dia tetap berhubungan dengan anak buahnya melalui komunikasi rahasia."Oke," kata Kevan, menyetujui Bella. La