Share

Bab 148. Layanan Kamar

Penulis: Oei Monica
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lu Fen Fen ingin memuntahkan minuman yang baru saja diberikan oleh Mok dan Ma Jia Wei. Namun apa daya, di saat cairan yang telah mendapat campuran obat itu meluncur deras ke dalam kerongkongan, dia justru dikejutkan dengan sebuah kenyataan lain.

“Nona Lu, resepsionis hotel yang kau bayar itu adalah mantan pacarku waktu di sekolah. Aku tinggal membisikkan sebuah kata cinta padanya, dia langsung membuka semua perbuatanmu pada Lu Wan Wan.”

GLEK!

Lu Fen Fen menelan salivanya dalam-dalam. Wajahnya pun kian memerah, seiring dengan telapak tangannya yang mengepal kuat dan tubuhnya yang hendak meronta.

Dia sungguh tidak mengira, kalau pada akhirnya dirinya juga harus meneguk minuman yang sama seperti yang diminum oleh Lu Wan Wan.

Dia ingin melarikan diri. Akan tetapi, bukan karena cekalan Mok yang membuat tubuhnya kian melemah, melainkan karena pengaruh obat perangsang yang baru saja dikonsumsinya.

“Arrgghh …! Lepaskan aku!” teriak Lu Fen Fen dengan sedikit kekuatannya.

“Ma Jia Wei, apa kau t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 149. Dia yang Menabur, Orang Lain yang Menuai

    Bibir coklat Ma Jia Wei terkatup rapat. Sementara sepasang matanya yang hitam itu menyalang tajam menatap Yin, yang hanya berjarak sekitar lima langkah dari hadapannya. Dia sungguh tidak menyangka, kalau sopir pribadi ayahnya itu akan mendatangi Hotel Platinum untuk mengambil wanita yang telah dia selamatkan.Dia tahu, kalau seorang suami lebih berhak daripada seorang mantan atasan. Jika dipikir-pikir lagi, di saat Judy Gao hendak melecehkan Lu Wan Wan, ada di mana pria bertubuh jangkung ini?Mok yang sejak tadi berdiri di belakang Ma Jia Wei, melihat sebelah tangan pria muda itu mengepal dengan kuat, lantas ikut berbicara.“ Jia Wei ….”Namun, putra Ma Zimo itu masih tetap bergeming di tempatnya sembari menggendong tubuh Lu Wan Wan di depan dada.“Rupanya kau ingin membuang-buang waktuku, Tuan muda Ma.” Yin mendengkus sembari memalingkan wajahnya. “Aku tidak akan mengulangi permintaanku. Serahkan Wan Wan sekarang atau aku akan membuat perhitungan denganmu!”“Jia Wei, suaminya sudah d

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 150. First Night

    Melakukan tugas sebagai seorang suami?Yin langsung menelan salivanya dalam-dalam begitu menatap lekuk tubuh Lu Wan Wan yang menggoda di atas ranjang. Tubuh ramping yang hanya memiliki tinggi sekitar 165 sentimeter itu terlihat mungil, jika dibandingkan dengan dirinya yang memiliki tinggi lebih dari 180 sentimeter. Bukan hanya berupa tulang dan kulit, melainkan Lu Wan Wan memiliki bentuk tubuh yang sangat ideal. Ketika rok pendek yang dikenakannya itu tersingkap dan barisan kancing bajunya terlepas seluruhnya, terlihat jelas mana bagian yang seharusnya menonjol dan membesar, serta bagian tubuh mana yang memang seharusnya memiliki ukuran yang kecil.“Mak—maksudmu … kau menyuruhku untuk menyentuhnya?” Yin menekan keningnya.“Hei, kau itu pria normal atau bukan?” ejek Arthur. “Mana ada seorang suami yang tidak berani menyentuh istri sendiri?! Apa perlu kukirim video turorial untuk mengajarimu bercinta?”“Kau tak perlu sampai harus melakukan hal itu,” ucap Yin dengan raut wajah yang gel

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 151. Ancaman Video 23 Detik

    Suara teriakan Lu Fen Fen itu membuat Judy Gao yang sebelumnya tertidur pulas, mendadak terjaga. Baru juga sepasang manik matanya yang berwarna hijau itu terbuka lebar, tubuhnya pun langsung tersentak.“Kenapa kau ada di sini?” protesnya seraya menatap Lu Fen Fen.“Seharusnya aku yang bertanya padamu? Apa kau yang telah melakukan hal ini padaku semalam?” Nada suara Lu Fen Fen kian meninggi.Judy Gao terpana. Bibir coklatnya itu terkatup rapat saat menyaksikan bagaimana tubuh bagian atas milik Lu Fen Fen tertutup dengan kain selimut. Memperlihatkan kedua tulang leher dan pundaknya yang polos.“Ini tidak mungkin …,” lirih Judy seraya mengusap wajah dan menggaruk kepalanya berulang kali.“Apanya yang tidak mungkin!” Lu Fen Fen mendorong tubuh Judy ke samping, membuat tubuh polos nan gempal itu sedikit oleng dan hampir saja terjatuh jika salah satu tangannya tidak mempertahankan keseimbangan tubuhnya di ranjang.“Karena … semalam yang kulihat adalah Wan Wan, bukan dirimu! Dia berbaring di

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   BAb 152. Kejujuran di Pagi Hari

    Ma Jia Wei pulang ke rumah sembari menenteng sekantong tas kertas yang berasal dari supermarket. Dia mengenakan kaus olahraga dan celana training pendek di atas lutut. Baju biru muda itu tampak menggelap di beberapa area, karena basah.Begitu langkahnya memasuki ruang tamu, dering ponsel Ma Jia Wei mendadak berbunyi nyaring. Dia segera merogoh saku celana. Seulas senyum terlihat samar tatkala mendapati nama asisten pribadinya tertera pada layar.“Ada apa?” tanyanya.“Aku baru saja mengirim video pendek dan pesan yang kau buat itu ke ponsel Lu Fen Fen,” lapor Mok. Suaranya terdengar dari balik ponsel.Sembari meletakkan tas kertasnya di atas meja, Ma Jia Wei pun bertanya, “Apa kau menggunakan nomor lain?”“Tentu saja! Apa kau kira, aku sebodoh itu?” tukas Mok.Ma Jia Wei tertawa kecil. “Lalu apa reaksinya?”“Tidak ada. Sampai detik ini, dia tidak membalas pesanku.”“Sungguh aneh.” Ma Jia Wei mencebikkan bibirnya. “Tidak biasanya dia bersikap tenang seperti ini.”“Lalu apa rencanamu sel

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 153. Tanah Baoshan (1)

    Keterkejutan itu kemudian berubah menjadi beberapa spekulasi pertanyaan yang menggelinding di hati Lu Wan Wan. Sekelumit perkataan yang pernah dilontarkan oleh kedua saudarinya mengenai Yin mendadak muncul dalam benaknya.Benarkah pria yang bersamanya ini, bukanlah pria yang pernah menikah dengannya tiga tahun yang lalu?Aku hanyalah seorang pengganti, itulah yang dikatakan Yin beberapa menit yang lalu.Mungkinkah ini adalah jawaban atas perubahan sikap Yin akhir-akhir ini?Yin yang melihat kebisuan dalam diri Lu Wan Wan, lantas memanggil nama wanita itu dengan lembut. “Wan Wan ….”Panggilan yang disertai dengan sentuhan tangan itu membuat kesadaran Lu Wan Wan kembali. Sorot matanya yang semula kosong, kini memicing membalas tatapan mata pria yang duduk di sampingnya.“Maksudmu … kau … bukan Yin? Kau bukan … suamiku?”Rasa sesak itu bukan hanya menghantam dada Lu Wan Wan, tetapi juga dialami Yin ketika mendengar hal tersebut dilontarkan. Kini ganti lidahnya yang terasa kelu untuk menja

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 154. Tanah Baoshan (2)

    “Jika tidak apa?”Suara feminin yang sempat memotong perkataannya itu membuat Ma Yin Fei palsu sedikit terkejut. Pria berusia 27 tahun itu segera memutar kedua tumitnya. Di saat itulah, dia justru menjumpai seorang gadis tengah berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang.Tubuh mungil itu tersembunyi di balik t-shirt dan celana panjang yang kedombrongan. Dari balik topi bulat hitam yang membungkus kepalanya, gadis itu menatap Ma Yin Fei palsu dengan garang.Jika Ma Yin Fei palsu tidak salah tebak, gadis itu mungkin berusia sekitar dua atau tiga tahun lebih muda darinya.“Ha—hanya se—seorang gadis kecil, ingin bertindak men—menjadi pahlawan,” cibirnya sembari menyunggingkan senyum.“Apa kau bilang?!” Gadis itu tidak terima dengan cemoohan Ma Yin Fei palsu. Segera digulungnya lengan t-shirt itu hingga ke atas siku. Memperlihatkan sedikit otot lengannya yang terlihat menggelembung. “Aku bukan gadis kecil atau gadis lemah seperti yang kau kira! Jangan kau kira, aku akan memberi belas k

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 155. Tanah Baoshan (3)

    “Keparat! Dasar pengacau! Untuk apa kau datang kemari, hah?!” teriak Pei Yan sembari memukul bagian bawah tongkat kayunya itu ke tanah.Ma Yin Fei menarik kedua sudut bibirnya lebar. Untuk pertama kalinya dia menjumpai pemimpin Baoshan itu dengan penampilan berbeda.Tidak ada lagi pakaian modern pakaian moderen yang dikenakan Pei Yan, karena pria yang memiliki usia lebih dari 40 tahun itu justru mengenakan pakaian tradisional khas Baoshan. Yaitu sebuah atasan berbentuk kimono dengan lengannya yang lebar berwarna hitam. Seulas kain putih terlilit pada pinggangnya yang tebal dan selembar kain putih panjang dihiasi dengan ukiran-ukiran hitam khas daerah itu menutupi bagian depan celananya. Ma Yin Fei palsu tidak tahu, betapa kuatnya ingatan Pei Yan akan dirinya. Pemimpin Baoshan itu tidak akan pernah melupakan wajah keponakan Ma Zimo yang pernah bertarung dengannya dulu di tengah jalan.“Tu—tuan Pei Yan, ke—kebetulan sekali Anda da—datang di saat yang tepat,” ucapnya dengan sedikit memb

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 156. Sekutu

    Setelah pertarungannya melawan Pei Yan dan berakhir dengan kekalahan, Ma Yin Fei palsu terpaksa pergi meninggalkan tanah Baoshan.Dia yang semula datang dengan kepercayaan diri yang tinggi, sekarang mulai berjalan terseok-seok. Ternyata menahan rasa sakit dalam dada itu jauh lebih baik, daripada menahan malu karena telah diusir oleh pemimpin Baoshan tersebut. Benar-benar bodoh!Ma Yin Fei palsu menggeleng sembari meletakkan telapak tangannya di sebuan mobil yang parkir di pinggir jalan. “Tidak. Ini bukan salahku. Ini semua salah ….”HOEEKK!Keterkejutan langsung menjalari Ma Yin Fei palsu ketika mendapati sesuatu tiba-tiba menyembur dari rongga mulutnya, lalu jatuh ke jalan raya beraspal membentuk sebuah genangan kecil dan tetesan-tetesan merah kehitaman.“Pei Yan …!” rintihnya pelan saat menyebut nama pemimpin Baoshan. "Tni juga salah pustakawan itu ...."UHUKKKK! UHUKKKK!“Rupanya kau kalah dengan sopir baru itu.”Suara ejekan itu lantas membuat wajah Ma Yin Fei palsu membeku. Perha

Bab terbaru

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 169 - Black Dragon (2)

    Suara dobrakan pintu yang disertai teriakan itu langsung direspon oleh sepuluh orang pria yang berada di dalam ruangan. Mereka yang sedang berdiri mengitari meja bilyard itu sekonyong-konyong menegakkan kepala lalu membusungkan dada.BRAKKK!Dua tongkat bilyard terlempar mendarat di atas meja dengan sempurna, membuyarkan beberapa barisan bola biru yang semula terdiam. Beberapa kaki itu pun mengayun santai, seakan tanpa beban begitu mendapati kehadiran seorang pemuda berpostur yang tak lebih dari 170 sentimeter.Feng Siyu mengenal seorang pria yang berada di barisan paling depan. Pria itu mengenakan setelan jas kemeja warna hitam. Dengan tiga barisan kancing teratas yang dibiarkan tetap terbuka, memperlihatkan otot-otot dadanya yang bergelombang.Pria itu mendapat julukan Black Dragon di lingkungan sekitar. Tidak, mungkin sepak terjangnya yang mengerikan dan tidak mengenal belas kasihan itu sudah terdengar seantero Shanghai. Tidak ada seorang pun yang tahu, siapa nama asli pria tersebu

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 168. Black Dragon (1)

    Pada saat itu juga mundurlah Lu Wan Wan dari hadapan Yin alias Shun Yuan. Kegamangan segera menghampirinya seiring dengan mulutnya yang tertutup oleh telapak tangannya sendiri.Ingin rasanya dia tidak mempercayai perkataan pria yang telah mengambil kendali atas tubuh suaminya, tapi apa yang pria ini katakan tidak sepenuhnya salah. Karena dia sendiri juga telah membaca buku harian tersebut.“Siapa? Siapa yang telah mencelakainya?” tanya Lu Wan Wan dengan suaranya yang bergetar.Shun Yuan bisa saja langsung menyebutkan satu nama yang dicurigainya saat ini, tetapi dirinya belum yakin karena kurangnya bukti-bukti yang dimiliki. “Aku masih belum yakin, siapa saja yang telah terlibat. Tapi aku mulai mencurigai beberapa orang.”Tatapan mata Lu Wan Wan memicing. “Apa katamu? Beberapa? Itu artinya ….”“Lebih dari satu orang yang menginginkan kematiannya,” sambung Shun Yuan. “Entah mereka memiliki tujuan yang berbeda atau saling bekerja sama.”Kepala Lu Wan Wan menggeleng. “Aku sungguh tidak per

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 167. Penjelasan di atas Jembatan Sungai Yangtze

    Tiga jam. Itulah waktu yang diperlukan Yin untuk diam termenung di atas Jembatan Sungai Yangtze. Menatap derasnya arus sungai yang tampak kelam dan pekat di waktu malam. Sepercik pertanyaan mendadak terbersit dalam sanubari sang mantan jenderal besar Dinasti Qing tersebut.Mungkinkah selama ratusan tahun, tubuhku tersimpan di dalam sana?Tiga ratus lima puluh empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Pantas, keadaan sungai ini juga sudah sangat jauh berbeda dari zaman Dinasti Qing.Dan di dalam sungai inilah, kisah antara dirinya dan si pemilik tubuh terjadi.Mendadak sebuah suara ketukan tumit sepatu yang mengayun di atas trotoar membuat daun telinga Yin bergerak-gerak. Seperti biasa indera pendengaran yang tajam pemberian dari Dewa Kematian, mampu membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing itu mampu mendengar suara semut yang berjalan hingga mampu memilah-milah jenis suara meskipun di belakang punggungnya terdengar hiruk pikuk kendaraan roda empat berlalu lalang. Kehad

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 166. Perkiraan yang Salah

    “Denise, halo …. Halo …!” seru Feng Siyu.Selama beberapa saat pria muda berusia 27 tahun itu tampak tertegun menatap layar ponselnya yang masih menyala. Baru beberapa menit yang lalu, dia menerima panggilan dari adik tirinya yang bernama Denise Allard.Saudara perempuan namun berbeda ayah itu kerap menghubunginya di jam-jam malam. Selepas makan malam lebih tepatnya, karena pada saat itulah segala aktivitasnya di dunia kerja telah terhenti.Namun, apa yang baru saja terjadi?Feng Siyu justru tidak mendengar suara Denise. Bulu kuduknya mendadak dikejutkan dengan suara teriakan minta tolong, suara seorang atau beberapa orang pria dan suara gedebuk-gedubuk yang tak jelas.Jangan-jangan ….Pikiran Feng Siyu lantas tertuju pada panggilan ponsel yang diterimanya sore tadi di Gedung Madox Colour. Kedua tangannya langsung mengepal, mengingat ancaman si penelepon. Padahal mereka telah bersepakat, bahwa si penelepon akan memberinya sedikit waktu dan tidak akan mengganggu adiknya yang saat ini t

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 165. Insiden di Rumah Keluarga Feng

    Begitu Mey Mey mendengar suara bariton itu berkata, jantungnya seakan hendak melompat keluar dari tubuhnya. Suara yang disertai dengan seringai dan langkah tegap itu benar-benar mengintimidasi dirinya.Menyihir gadis blasteran itu untuk berhenti, lalu bergerak mundur hingga akhirnya punggungnya yang terbungkus dengan selembar pakaian tidur tipis itu menempel di depan dinding ruang tamu.BUGH!Rasa dingin langsung menjalari telapak tangan Mey Mey begitu Lu Dong berhasil mengunci tubuhnya dengan kedua lengannya yang kekar. Manik mata birunya itu tampak bergerak-gerak.“Ma—mau apa kau … kemari?”Mendengar suara intonasi yang terbata-bata itu lantas membuat Lu Dong terkekeh. Puncak hidung kekasih kecilnya itu masih sama seperti dulu. Seperti sebuah papan luncur yang turun ke bawah, lalu menukik tajam ke atas. Dia tidak menyangkal, bahwa dia sangat menyukai hidung Mey Mey, selain dari apa yang tersembunyi di balik pakaian tidur gadis itu.Sembari memberi sedikit kecupan pada puncak hidung

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 164. Menuju Distrik Chongming

    Malam ini mobil listrik yang dikemudikan Lu Dong langsung meluncur membelah lalu lintas Kota Shanghai. Kendaraan roda empat itu bergerak menuju ke arah utara. Di mana terdapat tiga pulau aluvial dataran rendah yang berpenghuni di muara Sungai Yangtze. Salah satu dari ketiga pulau itu adalah Chongming.Lu Dong meninggalkan mobil listriknya di pelabuhan dan memilih menggunakan feri, agar lebih cepat tiba di tempat tujuan. Dia tidak ingin memberi kesempatan Mey Mey untuk kabur lagi dari hadapannya. Malam ini juga, dia harus menuntaskan masalahnya dengan tikus kecil itu.“Berapa lama kapal ini menuju Chongming?” tanyanya kepada nahkoda.“Jika cuaca bagus, dua puluh menit lagi kita akan tiba di sana. Apa Tuan akan berhenti di Desa Terapung Chu Zhang?”“Tidak. Turunkan aku di Chongming!”“Naiklah!” Nahkoda itu berseru kepada Lu Dong.Layar dibentangkan. Suara mesin menderu-deru di bawah alas kaki, diikuti dengan gumaman para penumpang yang sudah mulai berdesakan memasuki kapal. Jumlah mereka

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 163. Memberi Umpan

    Kegelapan baru saja muncul menyapa Shanghai. Meskipun Li Na tidak menyukai kedatangan Lu Dong, tetapi berkat Lu Shen Shenlah, pria paruh baya itu akhirnya memiliki tempat tinggal untuk meletakkan kepalanya malam ini.Lu Dong sudah tidak perlu repot-repot lagi memikirkan menu makan malamnya hari ini dan hari-hari selanjutnya. Dia juga tidak perlu risau akan angin malam yang kerap menusuk-nusuk persendiannya yang sudah tidak muda lagi.Tak masalah jika Li Na tidak mengizinkannya untuk tidur dalam kamar. Dia tahu, kalau kemarahan istrinya itu hanya sementara. Esok hari, wanita itu pasti akan kembali merajuk dan malam berikutnya, dia akan kembali menikmati empuknya busa kasur yang ada di apartemen ini, pikirnya. “Ayah, kami hanya punya ini.” Lu Shen Shen berkata sembari memberikan potongan selimut tipis kepada Lu Dong.“Tak masalah.” Lu Dong menarik kedua sudut bibirnya lebar ketika menerima pemberian putri keduanya itu. “Kau memang putri Ayah yang paling berbakti. Ngomong-ngomong … di

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 162. Balasan Untuk Seorang Pengkhianat

    Yin tersenyum dingin, karena dia memiliki jawaban atas pertanyaan Arthur. Namun, dia tidak langsung memberitahu pria tua tersebut. Dia justru menanyakan topik utama mengenai kedatangannya kali ini."Lalu bagaimana dengan Denise Allard dan kakak laki-lakinya?"“Aku telah menemukan tempat tinggal Denise. Gadis itu sekarang tinggal di rumah Keluarga Feng.” Arthur menunjuk ke sebuah titik koordinat yang berkedip pada layar laptopnya.Yin menatap titik koordinat yang letaknya agak jauh dari tempat Kediaman Keluarga Lu. “Kau mendatanginya?”“Tentu saja! Aku membantumu sekaligus mengerjakan tugas yang diberikan Lu Dong. Untuk menemuinya, aku menyamar menjadi seorang nenek tua. Salah seorang tetangganya yang sedang kehabisan gula."Yin tergelak. Membayangkan bagaimana wajah maskulin yang keriput itu berubah menjadi seorang nenek tua dengan rambut putihnya yang tergelung ke belakang lengkap dengan selembar daster bermotif bunga yang menutupi tubuh atletis Arthur. "Melihat nenek-nenek jadian y

  • Bertukar Tubuh dengan CEO Tampan   Bab 161. Siapa yang Dia Bunuh?

    DEG!Kali ini bukan hanya wajahnya saja yang membeku, melainkan juga detak jantungnya serasa hampir berhenti mendadak tatkala mendengar suara bisikan tersebut. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Ma Yin Fei palsu menyadari bahwa ada seseorang yang mengetahui dosa masa lalunya.“Siapa kau?” teriak Ma Yin Fei palsu sembari mengarahkan pandangannya ke sekitar koridor.Pria yang memiliki tinggi tidak lebih dari 170 sentimeter itu memutar tumitnya beberapa kali, lalu bergerak ke sana kemari. Namun, apa yang dilakukannya itu tak kunjung mendapat jawaban. Koridor panjang itu terlihat kosong, dingin dan lengang. Dari kejauhan dia hanya mampu menangkap pintu ruang kerja Ma Zimo yang masih tertutup.Berarti mantan pustakawan itu masih berada di dalam, lalu siapa yang bicara tadi? Pikiran Ma Yin Fei palsu mulai berkecamuk. Embusan angin yang membelai tengkuk lehernya serta kebisuan yang tejadi di sekitar koridor, membuat sekujur tubuh Ma Yin Fei palsu meremang. Tatapan matanya mendadak beru

DMCA.com Protection Status