Suara teriakan Lu Fen Fen itu membuat Judy Gao yang sebelumnya tertidur pulas, mendadak terjaga. Baru juga sepasang manik matanya yang berwarna hijau itu terbuka lebar, tubuhnya pun langsung tersentak.“Kenapa kau ada di sini?” protesnya seraya menatap Lu Fen Fen.“Seharusnya aku yang bertanya padamu? Apa kau yang telah melakukan hal ini padaku semalam?” Nada suara Lu Fen Fen kian meninggi.Judy Gao terpana. Bibir coklatnya itu terkatup rapat saat menyaksikan bagaimana tubuh bagian atas milik Lu Fen Fen tertutup dengan kain selimut. Memperlihatkan kedua tulang leher dan pundaknya yang polos.“Ini tidak mungkin …,” lirih Judy seraya mengusap wajah dan menggaruk kepalanya berulang kali.“Apanya yang tidak mungkin!” Lu Fen Fen mendorong tubuh Judy ke samping, membuat tubuh polos nan gempal itu sedikit oleng dan hampir saja terjatuh jika salah satu tangannya tidak mempertahankan keseimbangan tubuhnya di ranjang.“Karena … semalam yang kulihat adalah Wan Wan, bukan dirimu! Dia berbaring di
Ma Jia Wei pulang ke rumah sembari menenteng sekantong tas kertas yang berasal dari supermarket. Dia mengenakan kaus olahraga dan celana training pendek di atas lutut. Baju biru muda itu tampak menggelap di beberapa area, karena basah.Begitu langkahnya memasuki ruang tamu, dering ponsel Ma Jia Wei mendadak berbunyi nyaring. Dia segera merogoh saku celana. Seulas senyum terlihat samar tatkala mendapati nama asisten pribadinya tertera pada layar.“Ada apa?” tanyanya.“Aku baru saja mengirim video pendek dan pesan yang kau buat itu ke ponsel Lu Fen Fen,” lapor Mok. Suaranya terdengar dari balik ponsel.Sembari meletakkan tas kertasnya di atas meja, Ma Jia Wei pun bertanya, “Apa kau menggunakan nomor lain?”“Tentu saja! Apa kau kira, aku sebodoh itu?” tukas Mok.Ma Jia Wei tertawa kecil. “Lalu apa reaksinya?”“Tidak ada. Sampai detik ini, dia tidak membalas pesanku.”“Sungguh aneh.” Ma Jia Wei mencebikkan bibirnya. “Tidak biasanya dia bersikap tenang seperti ini.”“Lalu apa rencanamu sel
Keterkejutan itu kemudian berubah menjadi beberapa spekulasi pertanyaan yang menggelinding di hati Lu Wan Wan. Sekelumit perkataan yang pernah dilontarkan oleh kedua saudarinya mengenai Yin mendadak muncul dalam benaknya.Benarkah pria yang bersamanya ini, bukanlah pria yang pernah menikah dengannya tiga tahun yang lalu?Aku hanyalah seorang pengganti, itulah yang dikatakan Yin beberapa menit yang lalu.Mungkinkah ini adalah jawaban atas perubahan sikap Yin akhir-akhir ini?Yin yang melihat kebisuan dalam diri Lu Wan Wan, lantas memanggil nama wanita itu dengan lembut. “Wan Wan ….”Panggilan yang disertai dengan sentuhan tangan itu membuat kesadaran Lu Wan Wan kembali. Sorot matanya yang semula kosong, kini memicing membalas tatapan mata pria yang duduk di sampingnya.“Maksudmu … kau … bukan Yin? Kau bukan … suamiku?”Rasa sesak itu bukan hanya menghantam dada Lu Wan Wan, tetapi juga dialami Yin ketika mendengar hal tersebut dilontarkan. Kini ganti lidahnya yang terasa kelu untuk menj
“Jika tidak apa?”Suara feminin yang sempat memotong perkataannya itu membuat Ma Yin Fei palsu sedikit terkejut. Pria berusia 27 tahun itu segera memutar kedua tumitnya. Di saat itulah, dia justru menjumpai seorang gadis tengah berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang.Tubuh mungil itu tersembunyi di balik t-shirt dan celana panjang yang kedombrongan. Dari balik topi bulat hitam yang membungkus kepalanya, gadis itu menatap Ma Yin Fei palsu dengan garang.Jika Ma Yin Fei palsu tidak salah tebak, gadis itu mungkin berusia sekitar dua atau tiga tahun lebih muda darinya.“Hanya seorang gadis kecil, ingin bertindak menjadi seorang pahlawan,” cibirnya sembari menyunggingkan senyum.“Apa kau bilang?!” Gadis itu tidak terima dengan cemoohan Ma Yin Fei palsu.Segera digulungnya lengan t-shirt itu hingga ke atas siku. Memperlihatkan sedikit otot lengannya yang terlihat menggelembung. “Aku bukan gadis kecil atau gadis lemah seperti yang kau kira!”Ma Yin Fei palsu menyeringai.“Jangan hany
“Keparat! Dasar pengacau! Untuk apa kau datang kemari, hah?!” teriak Pei Yan sembari memukul bagian bawah tongkat kayunya itu ke tanah.Ma Yin Fei menarik kedua sudut bibirnya lebar. Untuk pertama kalinya dia menjumpai Pemimpin Baoshan dengan penampilan berbeda.Tidak ada lagi pakaian modern, justru yang dikenakan Pei Yan adalah sebuah atasan berbentuk kimono dengan lengannya yang lebar berwarna hitam. Seulas kain putih terlilit pada pinggang dan selembar kain putih panjang yang dihiasi dengan ukiran-ukiran hitam khas Baoshan menutupi bagian depan celananya. Ma Yin Fei palsu itu tidak tahu, betapa kuatnya ingatan Pei Yan akan dirinya. Pemimpin Baoshan itu tidak akan pernah melupakan wajah keponakan Ma Zimo yang pernah bertarung dengannya dulu di tengah jalan.“Tuan Pei Yan, kebetulan sekali Anda datang di saat yang tepat,” ucapnya dengan sedikit membungkukkan badan ke depan.“Memang sungguh tepat! Karena aku juga sempat melihatmu melempar putriku ke dalam mulut Sungai Huangpu!” seru
Setelah pertarungannya melawan Pei Yan dan berakhir dengan kekalahan, Ma Yin Fei palsu terpaksa pergi meninggalkan tanah Baoshan.Dia yang semula datang dengan kepercayaan diri yang tinggi, sekarang mulai berjalan terseok-seok. Ternyata menahan rasa sakit dalam dada itu jauh lebih baik, daripada menahan malu karena telah diusir oleh pemimpin Baoshan tersebut. Benar-benar bodoh!Ma Yin Fei palsu menggeleng sembari meletakkan telapak tangannya di sebuan mobil yang parkir di pinggir jalan. “Tidak. Ini bukan salahku. Ini semua salah ….”HOEEKK!Keterkejutan langsung menjalari Ma Yin Fei palsu ketika mendapati sesuatu tiba-tiba menyembur dari rongga mulutnya, lalu jatuh ke jalan raya beraspal membentuk sebuah genangan kecil dan tetesan-tetesan merah kehitaman.“Pei Yan …!” rintihnya pelan saat menyebut nama pemimpin Baoshan.UHUKKKK! UHUKKKK!“Rupanya kau kalah dengan sopir baru itu.”Suara ejekan itu lantas membuat Ma Yin Fei palsu menjatuhkan perhatiannya kepada pemilik pantofel coklat y
“Apa kau telah gila?” Asisten Mok yang membeliak itu mencondongkan tubuhnya ke depan, setelah mendengar soal pertemuan Ma Jia Wei dengan Ma Yin Fei di tanah Baoshan.Ma Jia Wei mendorong tubuh asisten pribadinya itu dengan jari telunjuknya. “Mundurlah! Aku tidak segila seperti yang kau kira.”Pria yang memiliki potongan rambut agak panjang itu pun terpaksa memundurkan tubuhnya, lalu kembali mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang ada di depan Ma Jia Wei. Sebuah gumaman yang tidak jelas sempat terlontar dari mulutnya, ketika dia sudah mulai tidak memahami teman sekaligus atasannya itu.“Kau benar-benar ceroboh!” serunya sambil mendecak.“Tidak.” Ma Jia Wei memainkan ujung telunjuknya di atas bibir cangkir kopi yang ada di hadapannya. “Aku hanya memberinya sedikit pancing.”“Dengan iming-iming membagi saham perusaahan, artinya … kau telah membuka pintu untuk sepupumu itu agar masuk lebih dalam ke lingkungan Group Ma,” pungkas Mok.“Aku hanya memberinya sedikit saham,” tutur Ma Jia Wei,
Bibir Pei Yan berkedut di dalam rumahnya sendiri. Apa yang diucapkan sopir Ma Zimo serta penawaran yang pria itu berikan memang tidak merugikan. Dengan memberikan lingkungan tempat tinggal baru dan lapangan pekerjaan bagi penduduk Baoshan, itu merupakan solusi yang terbaik bagi mereka semuaHanya saja ….“Ada sesuatu yang harus kau korbankan,” ucap Yin sambil meletakkan salah satu telapak tangannya di atas pundak Pei Yan.“Seberapa tahu kau soal Baoshan?” tanya Pei Yan yang berdiri memunggungi Yin.Mendapat pertanyaan seperti itu, membuat mantan jenderal besar Dinasti Qing mengayunkan langkahnya hingga sejajar dengan kedua tumit Pei Yan. Sebelum menemui pemimpin Baoshan ini, dia memang sempat mempelajari kehidupan masyarakat Baoshan di Perpustakaan Shanghai.Sangat langka dan sudah terlalu jarang untuk ditemukan. Sekelompok masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan kepercayaan nenek moyang di tengah menjamurnya kehidupan masyarakat yang bukan lagi moderen, tetapi super mod