Sesuai ucapan Vezy tadi, lelaki itu mengajak dinner. Dia mengajak serta Razi dan Pak Eben. Arma? Tentu saja diajak.
Wanita itu tadi ingin langsung pulang, tetapi Vezy menahannya. Bahkan, lelaki itu mengancam tidak akan mengajak dinner jika Arma tidak ikut. Melihat ekspresi Razi dan Pak Eben yang sudah bahagia karena akan ditraktir, Arma tidak enak hati. Akhirnya dia memilih ikut, meski agak terpaksa."Wah...." Vezy melihat bebek peking yang disajikan. Aroma khas bebek dengan bumbu yang khas membuat cacing di perutnya terbangun. Dia mengambil sumpit, mengambil daging itu lalu memakannya. "Aaa. Panas!"Arma yang duduk di samping Vezy menoleh. "Jelas panas, masih kelihatan asepnya." Dia geleng-geleng melihat keanehan lelaki itu. Lantas dia melahap nasi hainan pesanannya."Coba, deh!" pinta Vezy sambil menyenggol lengan Arma sekilas."Nggak suka bebek.""Gue dulu juga nggak suka," jawab Vezy. "Tapi, setelah coba bebek peking di sini,"Gue kangen lo," ujar Vezy dengan satu tangan menarik pundak Arma. "Kangen juga?"Arma berbalik menatap Vezy dan terkejut melihat sorot mata lembut itu. Dia bergerak mundur hingga punggungnya bersentuhan dengan pintu. "Nih, pakai.""Jawab dulu.""Enggak!" jawab Arma apa adanya."Yah. Cuma gue doang dong yang kangen?" Vezy meletakkan jaket denimnya ke pundak Arma lalu mengambil alih kausnya.Arma melihat Vezy yang mulai memakai kaus. Padahal, lelaki itu bisa melakukan sendiri. Tetapi, kenapa harus meminta bantuan? "Gue keluar, ya!""No!" tolak Vezy sambil menatap Arma. "Bantu pakaiin jaketnya.""Huh. Oke!" Arma mengambil jaket denim di pundak dan memakaikannya ke Vezy.Vezy tersenyum karena wanita itu menurut. Lantas, ide jail itu muncul. Kedua tangan Vezy melingkar ke pinggang Arma dan menariknya mendekat."Bisa nggak, nggak usah pegang-pegang?""Nggak bisa," jawab Vezy tanpa suara.Ar
Saat masih menjadi pekerja kantoran, Arma sangat jarang sarapan di rumah. Dia memilih membawa bekal dan memakannya jika kelaparan. Jika tidak, dia baru memakan bekal itu saat siang. Dia cukup jarang makan siang di luar. Tentu saja karena enggan bertemu karyawan yang selalu menggodanya.Sekarang, kebiasaan itu mulai berubah. Sejak bekerja bersama Vezy, Arma lebih sering sarapan bersama keluarganya. Terlebih jika Salma masuk pagi. Otomatis semua anggota keluarga akan makan bersama."Gimana kerjamu? Nyaman?"Arma menoleh ke sisi kiri. Di kursi ujung, seorang lelaki yang mengenakan kemeja batik tengah memakan nasi goreng dan tidak memperhatikannya. "Nyaman, Pa.""Ehm...." Salma berdeham mendengar kalimat itu.Perhatian Arma sekarang tertuju ke adiknya yang tersenyum menggoda. Dia mendengus dan melanjutkan sarapannya. "Nanti pulang jam berapa, Dek?"Bahu Salma seketika turun. "Agak sore," keluhnya. "Ada bab yang harus dibenerin."
Sore harinya, Vezy menjadi salah satu bintang tamu di sketsa komedi. Dia akan bernyanyi saat pembukaan dan penutupan. Sekaligus, ikut di beberapa scene sketsa komedi itu. Hal itu membuat Vezy, harus datang lebih awal.Beruntung, lelaki itu tidak bertingkah kekanak-kanakan lagi. Razi jadi lebih mudah mengarahkan. Terlebih saat salah satu kru memberikan naskah, Vezy terlihat bersemangat membaca dan mengikuti briefing.Sekarang, Vezy tengah menghafalkan naskah. Dia akan berperan sebagai penyanyi yang gagal audisi kemudian ditolong oleh salah seorang. Vezy kemudian menjadi seorang penyanyi, tetapi nanti si komedian yang akan bernyanyi."Gue demen kalau dia nurut ini," puji Razi sambil memperhatikan Vezy yang duduk di sofa panjang.Arma yang duduk di sebelahnya mengangguk. "Kayaknya dia lagi happy.""Emang kenapa?""Minggu depan mamanya dateng.""What?" Razi sontak menoleh.Arma mengernyit melihat ekspresi itu. "Mama
"Arma?"Arma memandang wanita yang mengenakan rok terusan tanpa lengan berwarna krem itu. Dia lalu menatap ke pintu. Tidak terlihat ada orang lain yang hendak masuk. Kemudian perhatian Arma tertuju ke wanita cantik itu."Temen lo?" Razi menatap Arma yang terdiam. Sementara Vezy menatap Arma dan pengunjung wanita itu bergantian."Gue keluar dulu, ya!" Arma seketika berdiri.Vezy menatap Arma yang mendadak panik. "Kenapa, Ar?""Ar, boleh ngomong bentar?" Wanita itu mendekati Arma.Arma menunduk dan berjalan menuju pintu. Saat berbelok ke kiri, dia melihat seorang lelaki yang tengah menggendong anak kecil. Kedua tangan Arma seketika terkepal. Dia berbelok ke arah kanan dan berlari menjauh."Ikutin!" Vezy seketika berdiri dan mengambil tiga kantung belanjaannya."Arma! Arma!" Pengunjung perempuan itu ikut keluar. "Sayang, itu Arma."Langkah Vezy terhenti. Dia melihat seorang lelaki yang terlihat panik. Kemu
"Are you okay?"Perhatian Arma seketika teralih. Dia mendapati Vezy yang menatapnya serius. Tangan kirinya terangkat, mendorong kening lelaki itu. "Gue cari meja yang cocok," ujarnya sengaja mengalihkan pembicaraan. Dia menurunkan tangannya, tetapi Vezy segera menggenggam.Vezy mengecup punggung tangan Arma lalu bergeser mendekat. "Kalau mau curhat gue siap dengerin.""Enggak! Gue nggak kenapa-napa." Arma menarik tangannya dan mencari meja kerja yang cocok. "Kayaknya meja warna krem ini cocok."Vezy tersenyum samar, terlihat sekali Arma tidak ingin menunjukkan kesedihannya lagi. "Coba lihat!" Dia menatap ponsel Arma, melihat sebuah meja dengan laci di sebelah kirinya. "Boleh juga.""Oke! Pesen dua, ya?" tanya Arma lalu memasukkan ke keranjang. "Kalau kursi, harus nyaman. Kalau enggak, punggung sakit.""Lo bebas pilih kursi semahal apapun."Arma tidak begitu menggubris. Dia mencari kursi dengan sandaran agak tinggi. Hingg
"Mau gue cium nggak?""Jangan macem-macem!" Arma mengepalkan tangan dan menunjukkan ke Vezy.Vezy sama sekali tidak takut, justru kian gemas dengan wajah Arma. Dia memandang mata bulat dengan bulu mata lentik itu sambil tersenyum. "Sampai kapan lo terus pura-pura?""Pura-pura apa?""Pura-pura nggak sedih. Pura-pura nggak terjadi apa-apa," jawab Vezy. "Dan pura-pura nggak tertarik ke gue."Glek.... Arma menelan ludah. "Gue emang nggak tertarik ke lo.""Terus, kenapa pipinya merah?"Refleks Arma menyentuh pipi. "Ya karena gerah." Dia mengibaskan tangan ke wajah lalu membuang muka. "Bisa minggir?"Vezy menggeleng. "Jujur aja, Sayang.""Jujur apa lagi, sih?" Arma menatap Vezy lelah."Lo juga tertarik ke gue.""Gue nggak tertarik ke lo.""Kalau gue tertarik," aku Vezy lalu tersenyum lebar. "Hehe. Terlalu jujur?"Arma memandang wajah Vezy yang putih bersih. Sudah tidak ada
"Terus gue apa? Lo lihat gue apa kalau lo nggak bahagia? Menyedihkan?"Wanita bernama Jola itu terdiam mendengar penuturan sahabatnya. Dia mengakui perbuatannya dulu. Tetapi, dia juga ingin berbaikan. "Gue mau minta maaf.""Nggak perlu. Nggak akan berubah.""Kita bisa temenan lagi?""Menurut lo kita bisa temenan lagi?" tanya Arma yang langsung diangguki Jola. "Nggak bisa! Nggak akan bisa."Air mata Jola seketika menetes. "Ayo, kita bicara di dalem.""Gue harus pergi.""Arma, please." Jola menarik tangan Arma, berusaha membujuknya. "Kalau nggak bisa anggap gue temen lama, setidaknya hargai orang yang pengen ajak ngobrol lo."Tenggorokan Arma tercekat. Dia menarik tangan Jola lalu menoleh ke kiri. Saat itulah dia melihat seorang lelaki yang memperhatikannya. "Gue udah ada janji."Perhatian Jola teralih. Dia melihat lagi seorang lelaki yang kemarin bersama Arma. Lantas dia menatap wanita di depannya. "Kafe
Gue salah udah coba nyari tahu. Sorry, Ar.Ucapan Vezy beberapa menit yang lalu terniang di kepala Arma. Di satu sisi dia ingin marah, karena lelaki itu berusaha mencari tahu. Tetapi, di satu sisi dia mencoba memaklumi. Siapa coba yang tidak penasaran jika ada seseorang tiba-tiba menangis histeris? Pasti orang itu juga akan berusaha mencari tahu."Sorry, gue belum bisa cerita," gumam Arma sambil mengurut pelipis. Dia lalu menatap jalanan yang dilewati.Vezy tadi ingin mengantar Arma. Tetapi, Arma menolak. Dia tidak ingin merepotkan dan membuat lelaki itu kian penasaran. Akhirnya, dia memesan kendaraan online. Beruntung, Vezy tidak memaksa."Rumahnya sebelah mana, Kak?"Lamunan singkat Arma terputus. Dia menatap depan, melihat mobil mulai berbelok di perkampungan rumahnya. "Itu Pak, dekat polisi tidur.""Oke, Kak."Mobil lantas melaju pelan hingga berhenti di dekat polisi tidur. Arma menyampirkan tas di pundak lantas turu
Dua tahun kemudian."Aku, akan menjagamu...."Seorang lelaki yang bernyanyi di panggung mengangkat tangan. Para penonton ikut mengangkat tangan dan menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan. Hujan rintik-rintik membuat suasana menjadi sendu, tapi tidak ada yang beranjak dari tempatnya."Papa...."Di tengah kegiatan bernyanyinya, Vezy mendengar suara yang begitu khas. Dia menoleh, melihat bocah lelaki yang mengenakan kemeja dan suspender meloncat kegirangan. "Sini, Sayang!" Seketika dia berlari dan mengendong bocah itu. Perhatiannya lalu tertuju ke seorang wanita yang membawa tas kecil yang berada di dekat tangga. "Kamu ikut juga!"Wanita itu menggeleng tegas."Arma, ayo!" Vezy mengulurkan tangan."Naik aja, Kak!" Beberapa kru berseru.Arma perlahan menaiki tangga dan menerima uluran tangan Vezy. "Di pinggir aja, kasihan Arzy," sarannya karena rintik hujan tidak kunjung berhenti.Vezy mendekap anaknya. Bo
Malam mulai datang. Para tamu undangan mulai banyak yang meninggalkan tempat, terlebih tamu-tamu yang lebih tua. Tetapi, berbeda dengan tamu yang lebih muda. Mereka masih memadati tepat acara lengkap dengan ponsel yang tak henti mengabadikan momen."Arma! Aaaaa!"Arma baru saja menyapa teman-teman Vezy saat teriakan itu terdengar. Dia menoleh, melihat Fei yang baru datang, setelah menemaninya acara pagi. "Lama banget!""Ya gimana, dong? Nggak kebagian tiket!""Kan, gue udah ngasih gratis.""Ya udah, maaf!" Fei memeluk Arma erat. "Maafin temenmu yang masih usaha nyari duit. Hehe."Arma mengurai pelukan, sama sekali tidak marah dengan itu. "Makasih, ya!""Nih, gue bawa kado!" ujar Fei sambil mengangkat kantung berukuran besar. "Ada dari Jola juga.""Lo ngasih tahu dia?"Fei mengangguk lalu menggaruk kepala. "Sorry, ya," ujarnya. "Gue pikir masalah kalian udah kelar.""Ya udah, nggak apa-apa!" Arm
"Will you marry, me?"Tangan Arma yang masih membawa kue tart bergetar. Hingga ada salah satu kru mengambil alih kue itu dan meletakkan di meja. Arma menurunkan tangannya lalu menatap Vezy yang tahu-tahu berpindah. Dia terlalu fokus menatap penonton hingga tidak sadar lelaki di sampingnya tadi beranjak.Suasana mendadak hening. Para penonton yang sebelumnya berteriak, kini terlihat serius. Arma menoleh ke kiri dan dibuat kaget saat melihat kedua orangtuanya beserta Salma naik ke panggung. "Apa ini?"Mama Vezy mengusap punggung Arma. "Kejutan.""Tante...." Arma menatap Mama Vezy dengan berkaca-kaca. Lalu dia menatap mamanya yang terlihat ingin menangis."Ini kejutan yang aku maksud," ujar Vezy setelah melihat kebingungan Arma. "Aku udah koordinasi ini dari lama dan pengen libatin fans di acara spesialku.""Aaaaaa!" Fans Vezy berteriak senang.Arma menutup mulut. Dia tidak menyangka akan diberi kejutan sespesial ini. Dia p
Pulang dari tour, Vezy bergegas ke sebuah kelab. Dia akan menghadiri party yang diadakan Tedo, sebagai acara perpisahan mereka. Akhirnya, Vezy resmi keluar dari manajemen Tedo.Permasalahannya bukan karena Tedo dulu melarang Vezy berpacaran dengan Arma, tapi banyak hal. Tedo selalu menuntut Vezy untuk kerja tanpa banyak istirahat. Di saat remaja, Vezy tentu tidak masalah dengan itu. Tetapi, seiring berjalannya waktu, dia juga ingin menjalani kehidupan di luar dunia keartisannya. Beruntung, Tedo memaklumi setelah melalui perdebatan yang alot.Duarrr....Duarrr...."Selamat, datang!"Vezy berjingkat mendengar suara riuh yang menyambutnya. Dia menatap Tedo dan timnya yang memperhatikan dengan senyuman. Kemudian dia menatap Razi, yang hari ini sempat absen. "Jadi, gara-gara ini lo nggak masuk?""Kasih minum dulu!" saran Razi.Salah seorang mengambil gelas dan menyerahkan ke Vezy. Kemudian menuangkan minumannya. "Mari, masuk.
Falma dan timnya sudah pulang dari apartemen Vezy. Ruangan yang sebelumnya penuh canda dan tawa itu kembali hening. Menyisakan bungkusan makanan yang tergeletak di meja.Semua orang menyukai cake dari Jola. Termasuk Vezy. Sementara Arma tidak tahu rasa cake itu meski dari tampilannya saja dia sudah yakin sangat enak."Nggak udah dibersihin, Sayang," ujar Vezy setelah mengantar Falma ke basement.Arma bertolak pinggang menatap Vezy. "Terus, siapa yang bersihin?""Aku bisa nyuruh orang.""Enggak. Biar aku aja!" Arma mengambil karet gelang lalu mengikat rambutnya ke atas. Tubuhnya terasa begitu gerah dan lelah. Tetapi, dia sangat risih jika melihat ada yang berserakan.Vezy ikut membantu, mengambil sisa makanan dan membuangnya ke tong sampah. "Udah selesai."Arma tidak menjawab. Dia mencuci gelas bekas orang-orang yang meminta kopi. Juga piring tempat cake tadi disajikan.Vezy geleng-geleng melihat Arma yang terus
Setahun kemudian.Vezy dan timnya makin ribet menjelang hari perilisan single terbarunya. Lelaki itu terlihat begitu antusias untuk menunjukkan karya yang dibuat sepenuh hati dan sempat terhalang saat Arma menjauhinya.Jam dua belas siang nanti, Vezy akan melakukan prescon album terbarunya. Dia juga akan bernyanyi live. Acara itu, lebih dikhususkan ke fans Vezy dan beberapa media. Vezy merasa, harus berterima kasih ke para pendukungnya."Venue udah siap belum?" Razi berbicara dengan seseorang di telepon dengan nada tinggi. "Gue sama Vezy, otw ini.""Sudah kok.""Oke! Jangan sampai ada kesalahan," pesan Razi lalu memutuskan sambungan. Dia menoleh ke samping, melihat Vezy yang memangku gitarnya. Terlihat sekali lelaki itu begitu antusias. "Akhirnya, single lo rilis."Vezy menoleh. "Setelah sekian lama.""Semoga sukses terus, Bro.""Ck! Pacar gue udah di tempat, kan?" tanya Vezy karena Arma tidak menemani.
Tour Falma masih berlanjut. Selama itu pula, Vezy mengikuti. Di beberapa kota, ada yang meminta Vezy bernyanyi lebih banyak. Tentu manajemen Vezy mengiakan.Pertemanan Falma dan Vezy kian erat. Mereka seolah melupakan jika salah satu dari mereka pernah ada yang memendam rasa. Bahkan, sekarang Falma digosipkan sedang dekat dengan penyanyi lain."Next, ajak duet gebetan lo.""Apaan, sih, Kak!" Falma menatap Vezy yang sedang di-makeup."Lo pikir gue nggak baca berita apa?"Falma geleng-geleng. "Ih, masih temenan!" jawabnya. "Masih jauh buat bikin lagu. Kak Vezy aja. Kapan rilis single baru?""Gue udah nggak single," jawab Vezy sambil melirik Arma yang sedang menata rambutnya. "Ya, kan, Sayang?""Ihh...." Falma menghentakkan kaki. "Maksud gue lagu baru, Kak.""Tahu, nih. Lagu barunya nggak muncul-muncul." Razi yang duduk di kursi menimpali. "Padahal, inspirasinya ada di depan mata."Arma menjauh setelah men
Usai manggung, Mama Vezy mengajak makan malam bersama. Arma membantu memesankan tempat. Beruntung, ada satu restoran yang bisa di-booking secara dadakan. Meski bukan restoran yang diinginkan Mama Vezy."Ayo, masuk!" Mama Vezy berjalan di belakang pelayan menuju ruangan yang telah dipesan. "Kalian bebas mau makan apa dan sebanyak apa."Vezy dan sang papa berjalan tepat di belakang wanita itu. Mereka masuk ke ruangan dan melihat meja bundar berukuran agak besar dengan enam kursi. Papa Vezy memilih kursi terdekat lalu Vezy duduk di sampingnya."Deg-degan nggak lo?" Razi berjalan di samping Arma, agak jauh dari tiga orang sebelumnya."Deg-deganlah!" jawab Arma sambil mendorong lengan Razi. "Jangan lihat gue kayak gitu.""Kayaknya lo bakal dikenalin sebagai calon mantu.""Enggaklah!""Bener itu, Bu!" Pak Eben yang berjalan paling belakang menimpali.Tiga orang itu masuk ruangan, melihat tiga orang lainnya yang duduk
Glek... Glek... Glek....Arma meminum air mineralnya dengan haus. Dia baru saja meeting dengan Tedo dan karyawan lain tentang kenaikan gaji Vezy. Sebenarnya itu tidak masalah, karena semakin bertambahnya waktu, Vezy semakin profesional dan berhak mendapat gaji yang besar. Sayangnya, Tedo menyampaikan dengan cara kurang pas. Jadi, terkesan mengambil keuntungan besar setelah Vezy hengkang dari tempatnya."Tapi, bagus deh Vezy keluar!" Arma meletakkan botol air mineralnya di dashboard lalu mengendarai motornya.Hari ini, Arma memutuskan untuk membawa motor. Dia merasa harus kejar waktu. Karena nanti Vezy harus terbang ke Jogjakarta untuk manggung bersama Falma.Tak lama kemudian, Arma sampai apartemen. Dia membawa tas punggung dengan isi yang hampir penuh. Sebenarnya, di dalam tas itu hanya berisi dua stel pakaian dan keperluan pribadinya. Sisanya, berisi cemilan dan kebutuhan obat untuk Vezy.Tett....Arma menekan bel sambil mengan