Home / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 91. 'Sedikit' Merindukan Naura

Share

Bab 91. 'Sedikit' Merindukan Naura

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2024-12-09 22:47:18

"Bagaimana kabarmu selama ini?" tanya Zafir, mengalihkan pertanyaan Naura yang bermaksud menegaskan tujuan pertemuan mereka.

"Bagaimana menurut Anda, tuan Wajendra? Apa yang Anda lihat di media mengenai saya?" jawab Naura, tidak menghilangkan gaya bicara formalnya.

Gaya bicara Naura sukses membuat Zafir merasa sangat asing, seolah sulit untuk kembali berbicara nyaman dengan wanita itu seperti dulu.

"Kamu menikmatinya?" tanya Zafir, kedua sudut alisnya sedikit menyatu.

Naura mengangguk. "Aku bersyukur menjalani hidupku yang sekarang."

Zafir mengangguk tipis, ada kekecewaan yang tersirat di matanya.

Naura memperhatikan wajah pria itu, Zafir seolah sedang memendam sesuatu di kepalanya, pria itu sering menatap ke bawah dengan kosong jika sedang berada di perasaan gelisah.

"Jadi apa yang ingin Anda bicarakan, tuan Wajendra? Apa ada kendala di bisnis kita?" tanya Naura, memaksa Zafir untuk segera membahas topik bisnis mereka.

Zafir yang menyadari Naura sengaja membelokkan topik mereka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 92. Antara Zafir, Naura, dan Evelyn

    Naura memejamkan kedua matanya sambil bersandar pada kursi mobil, pertemuan dengan Zafir tadi sangat menguras emosi maupun tenaganya. "Kita ke kantor, nyonya?" tanya Kate sebelum meminta supir menjalankan kendaraan. Naura mengangguk singkat. "Iya."Tak lama mobilnya melaju meninggalkan restoran tersebut, sepanjang jalan Naura hanya diam sambil memejamkan matanya. Saat kedua matanya terbuka, ia menatap kosong suasana di luar mobil. Entah karena suasana hatinya atau pemandangan di luar yang terlihat sangat hampa dan dingin. Kalimat dan nada bicara pria itu berputar lama di otak Naura, tanpa sadar kedua tangannya pun terkepal erat. Setelah hampir satu tahun dari kejadian itu, Zafir akhirnya meminta maaf. Tetapi apa permintaan maafnya dapat mengubah sesuatu? Tidak. Permintaan maaf Zafir justru membuat luka lama Naura kembali basah, setiap katanya seakan dapat mengiris bagian tubuhnya menjadi bentuk-bentuk kecil tak tersisa. Sakit. Sangat sakit. Naura memang sudah tidak memiliki p

    Last Updated : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 93. Semuanya Baik-Baik Saja?

    Seperti biasa setiap kali pulang bekerja, Naura menyempatkan diri untuk mampir ke Mansion Renjana. Kali ini dia hanya ingin mengunjungi Helena seperti biasa, sebab seharusnya Arjuna tidak ada di sana karena masih mengurus pekerjaannya di Amsterdam. "Kamu baik-baik saja, sayang?" tanya Helena khawatir saat menyadari raut wajah Naura sedikit berbeda dari biasanya. Naura menatap Helena kembali setelah sebelumnya sempat melamun. "Iya? Tentu, aku baik-baik saja. Ada apa, bu?" tanya Naura balik. Helena menggeleng, lalu mengelus lengan wanita itu. "Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya, nak. Apa ada masalah dengan Arjuna?"Naura dengan cepat menggeleng juga. "Tentu saja tidak, kami baik-baik saja. Aku juga baik-baik saja." Helena mengerutkan keningnya, menatap Naura dengan tatapan menyelidik. "Jika Arjuna berbuat masalah katakan saja pada ibu, ibu akan membantumu," ucapnya. Naura tersenyum tipis, mengangguk. "Tentu saja." Tak lama suara gaduh terdengar dari luar Mansion, membuat Naura

    Last Updated : 2024-12-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 94. Naura! Naura! Naura!

    Suasana terlihat biasa dari luar Mansion Wajendra, tetapi tidak dengan ruang kerja Evelyn. Wanita itu berkali-kali membanting pulpen atau buku yang berada di atas mejanya karena gagal membuat laporan kas Mansion. Wanita itu menghela napas frustasi, mengapa dia harus mengerjakan ini semua?!"Nyonya, apa Anda mengalami kesulitan lagi?" tanya pelayan wanita senior Mansion. Evelyn mengangguk. "Aku selalu lupa anggaran yang harus dimasukkan dalam kolom debit atau kredit. Seperti tidak ada bedanya."Pelayan itu segera berjalan mendekat, lalu membolak-balik beberapa lembar kertas laporan kas tahun lalu yang pernah dikerjakan Naura. Laporan kas yang Naura kerjakan sudah dalam bentuk tabel digital yang kemudian di print, tetapi karena Evelyn masih perlu belajar dasar menyusun kas dan anggaran rumah tangga, wanita itu harus membuatnya secara manual di buku. "Jika ada pengeluaran seperti listrik dan air Anda bisa memasukkannya ke dalam beban, baru kemudian kredit. Seperti yang ada di contoh

    Last Updated : 2024-12-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 95. Mawar Merah dan Putih. Arjuna dan Zafir

    Naura tidak pergi ke kantor atau butik hari ini, dia mengerjakan seluruh pekerjaannya di Mansion. Wanita itu sejak pagi berkutat di ruang kerjanya, hanya berhenti saat jam makan atau perlu singgah ke kamar kecil. Tak lama ketukan pintu terdengar, membuat matanya melirik singkat ke pintu. "Masuk," ucapnya mempersilahkan. Tetapi meskipun sudah dipersilahkan, sosok di balik pintu itu gak kunjung masuk. Sebaliknya, dia justru kembali mengetuk. Naura mulai menatap pintu ruangannya dengan kening sedikit terlipat. "Masuk saja," ucap Naura lagi, tidak ada Kate di ruangannya saat ini jadi dia tidak bisa meminta bantuan siapapun. Seolah sengaja menguji kesabaran Naura, suara ketukan pintunya kembali terdengar. Naura memijit keningnya, ada apa sebenarnya? Sudah dipersilahkan kenapa tidak langsung masuk? Naura berdiri, lalu melangkah dengan emosi tertahan. Saat pintunya terbuka, kemeriahan konfeti segera menimpanya. "Selamat ulang tahun!" ucap seluruh penghuni Mansion. Naura masih meme

    Last Updated : 2024-12-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 96. Mawar Putih Satu Jakarta

    "Buang itu," ucap Naura dingin, menatap bouquet mawar putih pemberian Zafir yang tergeletak di lantai. Tidak banyak bertanya, Kate dengan cepat mengangguk dan mengambil bouquet tersebut. Naura dengan cepat berbalik dan melangkah kembali menuju ruang makan. Sebelum pintu ruang makan ia buka, wanita itu menyempatkan diri untuk menarik napas dalam dan mengatur ulang emosinya. Saat pintu terbuka, senyum Naura kembali seperti semula. "Kamu sudah kembali? Cepat makan makananmu, Arjuna secara spesial menyiapkannya untukmu loh..." ucap Helena dengan senyum lembut menggoda putrinya. Naura tentu saja tersenyum semakin dalam, mengangguk sambil melangkah untuk duduk di kursinya semula. "Terima kasih," ucap Naura sambil mengelus lengan Arjuna. Arjuna mengangguk singkat, pembicaraan mereka pun berlanjut. "Naura sangat menyukai seafood, terutama cumi basah. Dia pernah diam-diam pergi ke dapur Mansion untuk mengambil cumi basah di luar jam makan, namun sayang ketahuan karena terpeleset tepung

    Last Updated : 2024-12-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 97. Zafir Tidak Mencintai Evelyn Lagi?

    Evelyn duduk di sofa tengah kamar utama mereka, tangannya sibuk membolak-balikan katalog perhiasan selagi putranya tertidur. "Anda tertarik dengan salah satunya, nyonya?" tanya pelayannya Mona. Evelyn mengangguk. "Tidakkah yang berwarna biru ini sangat indah? Berbahan dasar safir, sangat memukau!"Mona balas mengangguk juga dengan senyum yang sama. "Itu benar, nyonya. Anda akan terlihat sangat luar biasa jika mengenakan satu set perhiasan tersebut, apa ingin saya buatkan pesanannya langsung?"Tatapan mata Evelyn berubah sulit, dia ingin tapi apa uang anggaran pribadinya cukup? Jika harus menggunakan seluruh tabungannya Evelyn juga tidak rela. Evelyn tidak mengelola kekayaan Wajendra sepenuhnya seperti Naura dulu, karena Zafir membatasi anggarannya dan hanya pria itu yang tahu jumlah pasti kekayaan Wajendra. Evelyn tidak mengetahui alasannya, dia selalu merasa kesulitan jika ingin membeli sesuatu seperti perhiasan ini contohnya. Sementara nyonya keluarga lain dapat membeli apa pun

    Last Updated : 2024-12-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 98. Naura Dirayakan, Evelyn Tertekan

    Sepanjang jalan Naura dibuat terpukau, tidak ada sudut kota yang tidak memiliki mawar putih. Begitu dia mulai memasuki gedung-gedung besar, Naura jauh lebih terkejut karena layar iklan LED raksasa mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. "Astaga, siapa wanita itu?" ucap Naura di tengah senyum dan tawanya, menunjuk papan iklan LED gedung-gedung besar. "Dia cantik, bukan?" jawab Arjuna sembari fokus menyetir. "Sejak kapan kamu mempersiapkan semua ini?" tanya Naura, matanya masih sibuk memperhatikan suasana di luar mobil. "Tidak penting jika kamu menyukainya," jawab Arjuna sambil melirik sekilas untuk melihat senyuman Naura. "Itu foto kita?" tanya Naura begitu melihat salah satu layar iklan LED yang menampilkan foto berdua mereka. Wajah Naura memerah membayangkan seluruh penduduk Jakarta dapat melihat foto mereka."Kamu tidak menyukainya?" tanya Arjuna, mengerutkan keningnya saat melihat wajah Naura memerah malu. Naura menggeleng cepat. "Aku menyukainya, tetapi malu jika mereka

    Last Updated : 2024-12-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 99. Hadiah Tamparan Evelyn

    Naura sibuk mengetik di laptopnya, suasana kantor ramai dan tertib seperti biasa. Tetapi fokus wanita itu sempat terputus saat Kate mengetuk ruangannya. Setelah dipersilahkan, ia masuk dan melangkah mendekati Naura. "Maafkan saya, nyonya. Beberapa hari lalu saya menerima undangan pernikahan dari keluarga Bara, putri bungsu mereka akan menikah. Saya lupa memberikannya pada Anda karena tertimbun berkas-berkas penting," ucap Kate dengan penuh raut wajah menyesal. Naura tersenyum tipis, mengangguk. "Tidak masalah, Kate. Berikan padaku."Keluarga Bara adalah salah satu dari sembilan pilar di Indonesia, dia ada di urutan kelima. Wilayah kekuasaan utama mereka berada di Solo, banyak perusahaan dan pabrik yang berdiri di bawah naungan mereka. "Saya akan segera menghubungi pihak butik untuk menyiapkan pakaian Anda," ujar Kate penuh semangat jika mendengar atasannya akan datang ke acara pesta. Naura balas tersenyum. "Tentu, aku akan membicarakannya dengan Arjuna setelah pulang nanti." Sa

    Last Updated : 2024-12-10

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 178. Berita Arjuna Renjana

    Naura mengerjapkan matanya pelan, hanya ada atap putih khas rumah sakit di pengelihatannya. Belum ada lebih dari tiga detik, otak wanita itu secara otomatis mengingat Arjuna lalu menyusul pada pekerjaannya. Tubuh Naura mendadak menegang. Saat berusaha mengambil posisi duduk, ia tersadar bahwa sekarang dirinya berada di rumah sakit dengan selang infus di tangan. Menoleh ke samping, ia melihat sosok Althaf yang duduk tertidur di kursi dekat ranjangnya. Pria itu terlihat sangat lelah dan tenang, hingga tak lama kedua mata Althaf tiba-tiba terbuka, membuat pandangan mereka jatuh bersama di satu titik. "Kamu sudah sadar?" ucap Althaf sambil mengambil posisi tegak, wajahnya menatap penuh khawatir ke arah Naura. Naura mengangguk. "Iya. Apa aku sebelumnya pingsan?"Hening sejenak, sampai akhirnya Althaf mendengus tipis dan menatap Naura seolah marah. "Kamu bertanya padaku? Astaga! Ini semua karena pola makanmu yang berantakan, aku curiga sebenarnya sejak dulu pola makanmu seperti ini, y

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 177. Tumbang-Bangkit

    "Selamat datang, nyonya Tirta. Mohon maaf karena kami tidak sempat menyambut Anda--""Tidak masalah, wakil manajer." Potong Kate mewakili Naura, membuat sang wakil manajer itu terdiam. "Di mana manajer Frank?" tanya Naura, matanya memperhatikan satu persatu wajah yang menyambutnya. "Ah... Beliau sedang memiliki urusan penting di luar, nyonya. Setelah mendengar kabar bahwa Anda akan datang beliau bergegas menuju kemari, mohon pengertiannya karena belakangan ini perusahaan sedang sibuk-sibuknya," jawab sang wakil manajer. Naura ataupun Kate tidak ada lagi yang membalas, sementara Althaf sejak awal hanya diam dan mengamati di belakang Naura. Mereka pun akhirnya dipersilahkan masuk menuju ruang utama manajer Frank, di sana Naura duduk dengan tenang di sofa tengah ruangan mereka. "Berikan aku laporan terkini," pinta Naura secara tiba-tiba. Sang wakil manajer dengan cepat melipat keningnya bingung. "Laporan mengenai apa, nyonya?"Naura menaikkan alis kirinya, pertanyaan macam apa itu?

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 176. Menanti Kabar

    Naura tiba di Sulawesi dengan selamat bersama Kate dan Althaf. Menunggu pagi, ketiganya pun singgah di salah satu hotel kota setempat. Tidak memungkinkan untuk langsung bergerak di tengah malam menuju pagi ini. Keesokan harinya begitu siang, mereka berkumpul di ruang tengah hotel Naura untuk membahas urusan hari ini. "Nyonya, apa tidur Anda nyaman?" tanya Kate khawatir karena menyadari raut wajah Naura yang tidak begitu baik. Naura mengangguk singkat. "Aku baik-baik saja." Lalu matanya melirik Althaf. "Apa hal yang kamu tunda sampaikan semalam?" Althaf tersenyum tipis sambil menyesap kopi hitamnya, kedua matanya membalas tatapan Naura seperti biasa. "Aku memiliki rekan yang berpengaruh, dia Gubernur di kota ini. Dia bisa menekan pergerakan media atau hukum yang sekiranya dikendalikan pelaku. Pion kuda juga sudah dikerahkan sejak pagi."Kate yang mendengar ini pun merasa penasaran. "Pion kuda?"Althaf mengangguk cepat. "Hal yang paling digilai pria itu selain uang adalah wanita,

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 175. Andai Kamu di Sini

    Naura tertegun menatap Althaf, apa-apaan jawaban pria itu? Sementara Althaf tak lama kemudian tertawa, lalu ia menggeleng pelan. "Aku bercanda." Naura pun akhirnya perlahan ikut tertawa tipis meskipun perasaannya sudah terlanjur canggung. "Jadi siapa dia?" tanya Naura lagi, berusaha mengalihkan suasana canggung mereka. Althaf perlahan berhenti dari tawanya, lalu bersandar pada sofa sambil memejamkan mata. "Entahlah, terlalu menyakitkan untuk disebut," jawab pria itu seolah kejadian menyakitkan itu baru terjadi kemarin. Naura menaikkan alis kirinya. "Dia rekan kerjamu atau kerabat jauh mungkin?" Althaf membuka sebelah matanya sekilas untuk menatap Naura. "Sudah aku katakan, dia terlalu sakit untuk disebutkan." Naura terkekeh tipis. "Mengapa mendadak dramatis?" Althaf ikut tertawa. "Aku tidak dramatis, tetapi memang kenyataannya sangat menyakitkan!" Naura hanya menggeleng pelan melihat kelakuan pria itu, lalu lanjut memasukkan sesendok makanan ke mulutnya. "Tapi." Althaf

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 174. Teman Masa Kecil Naura

    "Maaf, aku harus segera kembali ke kantor," ucap Naura setelah menyimpan kembali ponselnya. Althaf mengangguk ringan. "Tentu saja, tidak masalah. Aku juga memiliki beberapa pekerjaan lain." Naura balas tersenyum, lalu saat ia hendak mengucapkan kalimat perpisahan, Althaf tiba-tiba kembali bicara. "Apa aku boleh menemuimu kapanpun sebagai teman kecil setelah ini?" Naura menaikkan alis kirinya, lalu tanpa keberatan mengangguk. "Iya, mengapa tidak?" Althaf terkekeh. "Baiklah, terima kasih banyak. Aku hanya takut mengganggu waktu nyonya besar Tirta." Naura ikut terkekeh tipis. "Jangan mengolokku, Althaf." Berikutnya ia melirik ke jam analog di tangan kirinya. "Maaf, aku harus segera ke kantor." Althaf yang masih memiliki senyum lembut mengangguk. "Iya, hati-hati di jalan. Segera kabari aku jika terjadi sesuatu." Naura balas mengangguk juga, kemudian mereka akhirnya berpisah setelah dua hingga tiga kalimat pamit. Sampai di kantor Tirta, Naura dengan cepat menyerahkan seluruh

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 173. Melindungi, Dilindungi

    Selesai mendonorkan darahnya, Althaf meminta izin pada Naura untuk melihat kondisi Arjuna. Tidak merasa keberatan, Naura pun mengizinkannya. Mereka melangkah bersama menuju ruangan Arjuna. Begitu pintu dibuka, hanya ada hening yang diiringi suara mesin pendeteksi detak jantung. Pandangan Naura otomatis melembut saat melihat sosok Arjuna yang masih tebaring memejamkan matanya. Tanpa Naura ketahui, Althaf menyadari tatapannya beberapa saat. Lalu ia pun beralih ikut menatap Arjuna. Naura duduk di kursi tidak jauh dari ranjang Arjuna, sementara Althaf berdiri di belakangnya. "Sudah berapa lama beliau tidak sadarkan diri?" tanya Althaf. Naura memandangi Arjuna semakin dalam, lalu meraih tangan hangat pria itu. "Tiga hari.""Sebuah keajaiban beliau masih dapat bertahan di tengah kondisinya yang kekurangan darah," balas Althaf takjub. Naura tersenyum tipis, tidak menjawab. Tetapi dia setuju mengenai keajaiban yang disebutkan Althaf, karena Arjuna memang selalu membuatnya terkejut. "A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 172. Untukmu, Bukan Untuknya

    Sehari setelahnya, Naura seperti biasa sibuk mengurus berbagai macam pekerjaan. Masalah internal Tirta sudah mereda berkat dana investasi yang diberikan Althaf. Perusahaan pun dapat kembali berjalan seperti sedia kala.Damian pun secara rutin selalu mengirimkan laporan mengenai perkembangan Renjana, pria itu mengabarkan bahwa Renjana menggelar rapat tertutup. Helena meminta Naura untuk hadir, namun dengan hati-hati ia menolaknya. Meskipun Helena sendiri yang mengundangnya, rapat itu tetaplah bersifat internal. Naura segan untuk bergabung, dia belum menjadi istri sah Arjuna. Helena sepertinya telah memantapkan hatinya, wanita itu berhasil bangkit dari keterpurukannya untuk berdiri melindungi Arjuna. Situasi anak dan ibu itu memang sedang berada di ujung tanduk. Di tengah kesibukannya, ponsel Naura lagi-lagi berdering. Naura hanya melirik sekilas, keningnya terlipat bingung karena penghubungnya adalah nomor tak tak dikenal. "Tolong angkat untukku, Kate," pinta Naura sambil kembal

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 171. Tunangan Renjana dan Nyonya Tirta

    Senyum Jordan yang semula ramah kini berubah sama dinginnya dengan Naura, kilatan kebencian muncul selintas di matanya. "Nyonya Tirta, alangkah baiknya jika Anda tidak ikut campur lebih dalam. Internal Renjana adalah sesuatu yang tidak bisa diusik pihak manapun, saya peringat--""Tuan Jordan, apa kalimat saya yang sebelumnya kurang jelas untuk Anda?" potong Naura, tidak takut pada penekanan Jordan. "Aku adalah bibi Arjuna, berani-beraninya kamu memperlakukanku seperti ini?! Aku sungguh tidak akan rela jika ternyata keponakanku menikahi wanita angkuh sepertimu!" balas Lina sambil terus menatap tajam Naura. Naura tersenyum tipis. "Tidak ada maksud sedikitpun untuk dianggap angkuh. Tetapi amanah tetaplah amanah, saya hanya ingin menjaga kepercayaan calon ibu mertua saya." Jordan mengerutkan keningnya. "Apa kami menurutmu adalah kekonyolan Renjana? Saya adalah sepupu yang jelas memiliki darah kental Renjana seperti Arjuna, di mana etika Anda--""Tuan Jordan, jika itu yang memang Anda

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 170. Kerabat dan Sahabat

    Naura menatap Zafir dingin, saat pandangan mata mereka bertemu perasaan jauh yang membeku semakin terasa. Pria itu benar-benar memutuskan untuk mengakhiri kerjasama Wajendra dan Tirta hanya karena darah untuk Arjuna? Jika kerjasama dibatalkan maka kemungkinan besar kedua belah pihak akan rugi puluhan miliar dalam sekejap, Naura tidak mengerti jalan pikiran Zafir saat ini. Naura kemudian menarik kasar tangannya dari Zafir, membuat kembali jarak di antara mereka. "Itu keputusanmu?" tanya Naura. Zafir tidak menjawab, matanya hanya menatap tajam Naura. Naura tersenyum tipis. "Kalau begitu terima kasih banyak atas waktu yang telah Anda sisihkan untuk saya. Mohon maaf jika mengganggu--""Justru harusnya aku yang bertanya. Apa ini keputusan yang kamu ambil? Pria itu sedang berada di ambang kehancuran dan--""Saya permisi, tuan Wajendra. Masalah pembatalan kerjasama, mari kita bicarakan setelah ini. Saya masih memiliki keperluan lain, terima kasih." Potong Naura balik, lalu melangkah ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status