Share

Bab 147. Dingin dan Hangat

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 08:29:23

"Kamu gila?!"

Bentak Zafir, lalu menatap ke lengan dan kaki putra mereka yang tertancap pecahan gelas.

Evelyn terhuyung ke belakang, wanita itu jatuh duduk di lantai dengan wajah syok sambil memegangi pipinya yang terasa kebas.

"Berani sekali kamu menampar putraku!" ujar Zafir, matanya menatap Evelyn seolah wanita itu adalah kriminal asing yang mencoba menyakiti putranya.

"Dia juga putraku!" Evelyn mengangkat kepalanya, balas menatap Zafir dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu masih memiliki wajah untuk mengakui Zevan adalah putramu?! Dasar tidak tahu malu!" balas Zafir cepat.

"Kamu tidak tahu situasinya, Zafir!" Evelyn masih mencoba untuk membela dirinya.

Zafir mengerutkan keningnya dalam. "Apapun itu dia adalah anak kecil, Evelyn. Dia darah dagingmu! Dia penerusku! Meskipun kamu ibunya, kamu tidak memiliki hak untuk menyakitinya!"

Evelyn berusaha bangkit, menatap Zafir dengan gemetar. "Kamu mengagungkan putramu tanpa mempedulikan diriku! Jika kamu tahu yang melahirkan anak itu ada
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 148. Evelyn Kabur!

    Evelyn duduk seorang diri di kamarnya yang lengang. Pintu kamar benar-benar dikunci rapat oleh para pelayan. Ada sekitar dua hingga tiga pelayan yang menunggu di luar, wanita itu tidak bisa bertingkah lebih selain diam. Di tengah keterpurukannya, Evelyn menerima panggilan. Ponselnya berdering, dengan cepat ia menyambar ponselnya. Saat melihat yang meneleponnya adalah nomor tak dikenal, wanita itu menggertakkan giginya kesal. Itu pasti Jack, kakak laki-lakinya. Tetapi, Evelyn yang telah kepalang emosi akhirnya memutuskan untuk benar-benar berbicara dengan Jack. "Siapa?" tanya Evelyn dingin meskipun ia tahu itu adalah Jack. Tak lama dari telepon terdengar suara pria yang sedikit berat dan serak. "Ini... Evelyn?""Nyonya Wajendra. Kamu harus memanggilku dengan benar," jawab Evelyn, tangan kirinya diam-diam mengepal. "Eh-- maaf, ini aku... Jack," balas sang pemilik suara. "Untuk apa kamu menghubungiku seperti orang gila?" tanya Evelyn langsung, dia sudah tidak tahan. "Maaf, Evely

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 149. Sepertinya... Akhir Untuk Evelyn

    Evelyn turun dari taksi yang ia tumpangi menuju rumah sakit, ia menutup wajahnya agar tidak dikenali oleh siapapun. Kedua tangannya yang dingin tergesa-gesa menelepon Jack, namun tak lama Hans muncul. "Kakak?" Hans terlihat bingung melihat kehadiran Evelyn. Evelyn balas menatap tajam, membuat Hans terdiam. "Cepat! Di mana ruangannya?"Sementara itu Zafir di Mansion tengah dilanda gejolak emosi. Pria itu memerintahkan para pelayan menggeledah kamar Evelyn, motif kaburnya wanita itu sampai saat ini masih belum ia ketahui. Zafir masih menggendong Zevan, dia duduk di sofa sambil memperhatikan para pelayan yang sibuk membuka seluruh lemari dan laci Evelyn. Di tengah diamnya, mata Zafir tidak sengaja menangkap kertas yang telah dikepal kuat tergeletak di lantai dekat meja kerja Evelyn. "Stave." Panggil Zafir. "Saya, tuan?" Stave bergegas menghampiri Zafir, menghentikan aktivitasnya yang membongkar laci Evelyn. "Ambil kertas itu." Jari Zafir menunjuk kertas itu lagi. Tanpa banyak b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 150. Penipu Wajendra!

    "Kau." Zafir melirik pelayan pribadi yang biasanya mengasuh Zevan, Mona pun maju dengan penuh rasa takut. "Bawa tuan muda ke ruangan ku." Perintah Zafir. Setelah Mona pergi membawa Zevan, Zafir kembali fokus pada Evelyn. "Zafir, aku bisa menjelas--""Apa lagi yang ingin kamu jelaskan?!" Potong Zafir, matanya menatap Evelyn galak hingga urat-urat di dahinya terlihat. Evelyn terdiam, tubuhnya gemetar menatap Zafir. "Kamu menipuku! Kamu menipu satu Wajendra!" ucap Zafir lagi, jari telunjuknya menunjuk wajah Evelyn penuh emosi. "Tidak bisakah kamu mendengarkan penjelasanku dulu, Zafir?" balas Evelyn dengan suara gemetar, air mata telah menumpuk di matanya. Zafir mengerutkan keningnya. "Penjelasan apa, Evelyn? Apa pun penjelasanmu itu tidak mengubah fakta bahwa kamu mengkhianatiku dan bahkan membuatku memenjarakan ibuku sendiri!" Evelyn bungkam, itu benar. Wanita itu kini hanya bisa menangis sambil berdiri tegang menatap Zafir. Zafir melangkah mendekati Evelyn, lalu mencengkeram

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 151. Karma Wajendra

    Keesokan harinya, dengan mata yang masih terlihat sembab dengan kantung mata yang semakin jelas, Zafir berusaha mengurus masalah ini lebih cepat. Zevan masih tertidur sofa ruang kerjanya, anak kecil itu belum mengerti masalah besar apa yang tengah terjadi di keluarganya. Zafir mengambil ponselnya untuk menelepon komandan petugas yang berjaga di kediaman Malini. Sejak hari di mana Zafir menetapkan ibunya sendiri sebagai tahanan, mereka tidak pernah melakukan kontak apa pun. Ibunya diblokir dari seluruh media, akses komunikasinya dicabut. Suara berat khas petugas keamanan terdengar begitu panggilan mereka terhubung."Selamat pagi, tuan Wajendra. Ada yang bisa saya bantu?"Zafir spontan mengangguk di panggilan mereka. "Ya. Kasus mengenai ibuku akan dibuka lagi, bawa beliau ke pengadilan. Aku akan mengajukan persidangan ulang dengan pengadilan." Saat perintahnya melayang, komandan petugas keamanan itu tak langsung menjawab, seolah kalimatnya tertahan sesuatu. "Kau dengar?" tanya Za

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 152. Gagal dan Sesal

    Evelyn menatap kosong langit-langit bilik rumah sakit, dokter baru saja memeriksanya. Evelyn terbaring tak bertenaga di ranjang rumah sakit.Pikirannya kosong, tetapi di tengah kekosongan ini lah dia teringat akan sesuatu. Partner yang menjadi 'penuntunnya' dalam melakukan seluruh tindakan korupsi. Dengan cepat mata Evelyn melirik ke arah Stave yang berdiri tak jauh darinya, pria itu mengawasi Evelyn secara langsung. "Tuan Stave, tolong aku! Aku mohon!" ucap Evelyn, lalu beranjak bangun dari ranjangnya menuju Stave. Stave yang terkejut pun menghampiri Evelyn dan menahan wanita itu untuk turun dari ranjang. "Nyonya, saya mohon untuk--!""Aku sangat butuh bantuanmu, tuan Stave! Aku mohon! Aku mohon!" Potong Evelyn cepat, raut wajahnya terlihat sangat serius. "Mengenai apa, nyonya?" tanya Stave tidak mengerti. "Aku harus menelepon seseorang! Aku mohon! Pinjamkan aku ponselmu!" jawab Evelyn cepat sambil mencengkeram lengan Stave. Stave terdiam sedikit, lalu kepalanya menggeleng cep

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 153. Evelyn, Hebat dan Konyol

    Setelah sempat lama tak sadarkan diri karena insiden kemarin, Evelyn akhirnya terbangun. Wanita itu langsung berteriak histeris, perawat dan dokter dengan cepat menghampirinya dan dengan cepat menyuntikkan obat penenang. Tubuh Evelyn mendadak lemas, tubuhnya menegang tapi air matanya masih terus mengalir di balik perban yang menutupi matanya. Kedua mata Evelyn dibalut rapat, hal ini membuatnya merasa ingin mati. Evelyn merasa telah membuka matanya, namun dia tetap tidak bisa melihat cahaya samar yang menembus perban. "Nyonya, mohon tenang lah," ucap Mona yang saat itu ada di sana. Mendengar suara Mona, Evelyn menggertakkan giginya marah. "Untuk apa kamu masih di sini, jalang?!" Mona mengerutkan keningnya, meskipun kalimat Evelyn sangat menyakiti hatinya tetapi wanita itu tetap tak beranjak dari kursinya. "Di mana Zevan?! Di mana anakku?!" Teriak Evelyn lagi. "Zafir! Panggil pria itu! Panggil suamiku kemari!" Sambungnya tak karuan. "Nyonya, saya mohon Anda--""Diam kau! Aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 154. Keluarga Evelyn

    Begitu sidang panjang Evelyn selesai, wanita itu pun resmi dijebloskan ke penjara sekaligus diceraikan. Evelyn tidak memiliki nama Wajendra lagi di belakangnya, wanita itu kembali menjadi 'Evelyn'. Saking tidak bisa menerima kenyataan, Evelyn pingsan setelah palu diketuk tiga kali oleh pimpinan sidang. Wartawan telah menyerbu gedung persidangan, Zafir terus melangkah keluar sambil menyembunyikan Zevan di pelukannya agar tidak terpapar sinar flash kamera wartawan. "Tuan Wajendra, mohon berikan pernyataan Anda mengenai kasus mantan istri Anda, nyonya Evelyn.""Tuan, bagaimana perasaan Anda setelah bercerai? Lalu bagaimana mengenai putra Anda, bukankah dia masih sangat membutuhkan sosok ibu?""Tuan Wajendra....""Tuan Wajendra....""Tuan Wajendra...."Wartawan seperti semut, Stave dan para bawahan Zafir lainnya berusaha memblokir akses para wartawan agar tidak mendekat ke Zafir. Sampai di dalam mobil, pria itu mendudukkan Zevan di sebelahnya. Zafir menghela napas penat, di luar mob

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 155. Penyesalan Tak Berujung 1

    Zafir duduk di dalam mobilnya menuju kantor, pandangannya menatap kosong ke luar. Perlahan, memori yang sempat ia lupakan tiba-tiba kembali bermunculan. Saat pertama kali ia bertemu Evelyn dan memperkenalkannya ke Naura. Rasa sesal kembali menggerogoti Zafir, pria nyaris mati rasanya jika mengingat penyesalannya. Tidak seharusnya ia membawa Evelyn dan mengkhianati Naura. Sosok Evelyn yang terlihat rapuh dan manis namun juga seolah gigih memperjuangkan hidupnya membuat Zafir tertarik. Evelyn memang sangat ceria, berbeda sekali dengan Naura. Hanya karena kesenangan sesaat, Zafir melepas kebahagiaan terbesar dari hidupnya yang seharusnya ia pertahankan. Jika saja... Zafir mendorong kuat gejolak hasrat waktu itu, apakah situasinya sekarang akan berubah?Kembali pada dua tahun lalu, saat semuanya masih sesuai dengan garis takdir masing-masing. "Iya, aku baru sampai hotel. Setelah ini rinciannya akan aku kirim melalui email. Sudah dulu, sayang. Sampai jumpa nanti," ucap Zafir di pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 210. Cinta Atau Kebebasan

    Naura berbaring di ranjang besarnya dengan kaki dan tangan yang dirantai. Matanya menatap kosong ke arah jendela kamar, dia benar-benar seperti setengah mati. Tak lama pintu kamarnya dibuka, Naura tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia tetap berbaring memunggungi pintu. Suara langkah kaki pria terdengar, tanpa menoleh pun Naura tahu siapa yang datang. Althaf. Hanya pria itu yang dapat dengan mudah masuk dan keluar tanpa mengetuk pintu. "Kamu belum bangun?" Pria itu berbisik di telinga Naura, tangannya mengusap lembut bahu Naura. Naura memejamkan matanya erat, tidak berkenan menjawab. Napas lembut pria itu menabrak telinga serta kulit leher Naura, membuat lipatan ringan terbentuk di dahinya. "Sudah dua hari kamu tidak bicara, mau sampai kapan seperti ini?" tanya Althaf sambil mencium helaian rambut Naura. "Kamu tahu, aku tidak akan menyakitimu, tetapi justru melindungimu. Apa yang kamu pikirkan, Naura? Mengapa kamu tidak mau menerima kemuliaan ini dengan patuh?" sambung

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 209. Pergeseran Kursi

    Dua hari setelah kejadian besar, yaitu hilangnya sang nyonya besar Tirta secara misterius, kini gelombang baru kembali muncul. Saham perusahaan raksasa Renjana, hari ini resmi menurun dengan sangat tajam. Total kerugian mereka tak terhitung jumlahnya, membuat jajaran dan investor besar kepalang gila. Rapat besar diadakan secara mendadak, tidak ada yang tahu hari sial seperti ini akan menimpa Renjana. Tidak hanya dalam satu jenis bisnis, tetapi hampir seluruh bisnis yang dinaungi Renjana mengalami kerugian besar.Semua berdiri begitu Arjuna memasuki ruang rapat, tidak ada yang berani duduk sebelum sang pemimpin besar itu duduk. Rapat dimulai begitu Arjuna melirik Damian untuk membuka topik yang akan mereka bahas. Damian mengangguk cepat, lalu tangannya gesit menggerakkan kursor laptop untuk menjelaskan data yang baru saja ia buat. "Sesuai angka saham hari ini, titik terendah perusahaan dipegang oleh 'Renjana Oil', ia berada di angka lima ribu rupiah per lot dari lima belas ribu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 208. Obsesi dan Penjara

    Naura menatap tajam Althaf, meskipun raut wajahnya nampak tenang, kini kedua tangannya diam-diam gemetar. Althaf menyadari ketakutan Naura. Matanya berubah menjadi sangat berbeda, seperti hewan buas, tak jauh berbeda dengan apa yang dia rasakan dari orang-orang sekitar sebelumnya. Pria itu menatap tangan Naura yang gemetar, lalu semakin menyeringai tipis. "Kamu takut?" tanya Althaf. "Bajingan," balas Naura tajam, membuat Althaf mengerutkan keningnya. "Harus aku akui, kamu hebat karena hampir membuatku tertipu," ucap Althaf lalu melirik pecahan tajam vas bunga, dia masih berada di atas tubuh Naura untuk menahan gerakan wanita itu. "Menjijikkan," ucap Naura, matanya memerah penuh kebencian. Althaf terkekeh, lalu melepaskan pecahan vas itu dengan sangat hati-hati dari genggaman tangan Naura. "Apa ada yang terluka karena ini?" tanya Althaf sambil terus memastikan tidak ada luka di tangan Naura meskipun tangannya sendiri telah berdarah-darah. Naura menarik tangannya cepat, napasny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 207. Cerdik Atau Licik?

    "Nyonya sempat keluar berkeliling, tetapi kemudian ia kembali ke dalam kamar dengan patuh." Dua pria penjaga di depan pintu melaporkan kegiatan Naura begitu Althaf kembali. Althaf hanya mengangguk singkat, lalu membuka pintu bilik Naura. Bibirnya kembali tersenyum lembut, tatapan mati dan dinginnya berubah menjadi hangat. "Naura?" Suaranya lembut seperti malaikat. Sosok Naura yang tengah berdiri di dekat jendela besar menatap pemandangan kosong di luar pun segera menoleh. "Kamu sudah kembali?" tanya Naura, lalu tersenyum tipis ke arah Althaf. Althaf mengangguk. "Maaf jika aku terlalu lama, pihak dapur tidak menyiapkannya dengan baik tadi." Kemudian dia memberi kode di belakangnya untuk segera masuk. Pelayan datang dengan troli makanan, lalu meletakkan satu persatu piring dan gelas di atas meja. Sepergian pelayan, Althaf pun melangkah menghampiri Naura. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Althaf. Naura menggeleng. "Tidak, aku hanya merindukan ibu dan Kate. Kapan mereka akan m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 206. Tatapan Buas

    Naura melangkah menuju pintu kamarnya, ia kemudian menempelkan kupingnya untuk memeriksa suara di luar sana. Sepi. Tidak ada suara kegiatan atau percakapan apa pun kecuali langkah kaki yang berat dan sibuk. Tempat apa ini? Mengapa Althaf membawanya ke tempat seperti ini?Penjualan manusia? Memilih seorang nyonya keluarga berkuasa adalah pilihan ceroboh, Althaf tidak mungkin sebodoh itu. Saat tangan Naura iseng menarik gagang pintu, dia sedikit terkejut karena ternyata pintunya tidak terkunci. Meskipun ragu, Naura memberanikan dirinya untuk membuka pintu tersebut dan langsung mendapati dua sosok pria asing yang berjaga di depannya. Mata Naura menatap dingin ke arah keduanya, dua pria itu memperhatikannya sangat intens. Tetapi hal yang lebih mengejutkan terjadi begitu keduanya tiba-tiba membungkuk ke arah Naura. Naura menatap mereka heran, kenapa mereka membungkuk ke arahnya? Ada apa?"Siapa kalian?" tanya Naura, nada bicaranya penuh dengan kewaspadaan. "Apa ada sesuatu yang And

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 205. Tenang

    Naura membuka matanya cepat begitu mendapatkan kesadaran. Tubuhnya seolah tersentak kaget, keringat dingin membasahi pelipisnya. "Kamu baik-baik saja?" Suara Althaf yang lembut dan hangat terdengar, membuat Naura menoleh cepat dan mendapati sosok pria itu yang bersandar di jendela ruangan. Angin lembut menerpa wajahnya, membuat rambut hitam pria itu menari indah. Matanya yang cokelat pun selalu berhasil menyalurkan kehangatan. Naura tidak menjawab, matanya langsung sibuk memperhatikan sekelilingnya. Ini di mana? Jelas sekali bukan bagian dari Mansion Tirta. Tatapannya bergeser pada cermin, Naura tertegun saat melihat dirinya kini sudah memakai dress putih polos. Pakaian yang ia gunakan sebelum sadarkan diri di sini adalah kemeja kerja, namun entah bagaimana sekarang berubah?Banyak sekali pikiran kasar yang menumpuk di kepala Naura. Dia masih belum bisa mencerna, terakhir kali mengingat bahwa dirinya sadar adalah setelah mengangkat panggilan Kate. Berikutnya dia memakan cheesec

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 204. Kekuatan Phantom

    "Sebenarnya ini... Ada apa? Naura menghilang?" Suara Mela yang khawatir terdengar, membuat semuanya menoleh ke ambang pintu. Kate dengan cepat menghampiri Mela. "Nyonya, Anda--""Naura...." gumam Mela sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada sebagai bentuk takut dan khawatir. "Aku akan mencarinya, ibu." Arjuna berusaha menenangkan Mela. Kedua mata Mela mulai berkaca-kaca, matanya menatap Arjuna. "Putriku... Putriku dalam bahaya...." Lalu perlahan tubuhnya mulai berdiri tidak stabil. Kate dengan sigap menahan tubuh Mela bersama pelayan pribadinya. "Cepat, bawa nyonya besar ke kamar."Begitu Mela pergi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Mansion Renjana. Arjuna tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang sama, matanya menatap tajam ke sekitar. Phantom. Dia tidak akan mengizinkan mereka mengambil wanitanya.Kali ini Arjuna tidak akan menahan diri, karena mereka sendirilah yang telah melanggar perjanjian. Mereka berjanji tidak akan menyentuh Naura jika A

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 203. Kursi Penguasa

    Arjuna berlari cepat menuju mobilnya, seluruh pelayan menatap heran ke arahnya.Selain karena hujan dan petir, malam itu terasa sangat mencekam untuk Arjuna karena ini menyangkut keselamatan Naura. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tak masuk akal, kedua tangannya mencengkeram kuat stir mobil. Sampai di Mansion Tirta, Arjuna turun tanpa peduli guyuran air hujan. Seluruh pelayan dibuat terkejut oleh kehadiran Arjuna, sampai akhirnya Mela muncul. "Ada apa ini?" tanya Mela khawatir begitu mendapati sosok Arjuna yang basah karena hujan. "Di mana Naura, bu?" tanya Arjuna cepat. Mela mengerutkan keningnya bingung. "Naura... Dia ada di ruang kerja. Ada apa, nak?"Arjuna tetap terlihat sangat khawatir. "Apa ibu baik-baik saja?" Mela mengangguk kebingungan. "Iya... Aku baik-baik saja, ada ap--""Perketat keamanan Mansion, bu." Potong Arjuna, lalu melangkah cepat menuju ruang kerja Arjuna. Mela masih mematung bingung di posisinya, hingga tak lama Kate dan Damian muncul. "Nyon

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 202. Terungkap

    Kate tiba di studio kerja pribadinya, kemudian meletakkan tas dan mulai menyalakan mesin komputer. Sesuai perintah Naura, wanita itu meneliti rekaman CCTV yang diberikan atasannya. Tatapan Kate berubah tajam, sesekali menyipit untuk mendeteksi keanehan di rekaman. Tetapi seperti yang Naura katakan, dia juga tidak berhasil menemukan keanehan, kecuali saat adegan penusukan Arjuna. "Di mana bagian yang salah?" gumam Kate sambil terus memaju mundurkan kursor. Tak lama suara dering ponselnya terdengar, Kate berdecak kesal karena pekerjaannya terganggu. Dengan malas dia meraih tas-nya dan mengeluarkan ponsel, namun saat melihat nama kontak yang menghubunginya, amarahnya seketika menghilang. "Iya, tuan Damian? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Kate, matanya kembali menatap layar komputer lagi. "Mengantarkan obat? Terima kasih banyak, namun saya baik-baik saja." Kate melirik sekilas ke arah ponselnya begitu mendengar Damian hendak mengantarkan obat. Mendengar Damian yang sepertinya tid

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status