Home / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 155. Penyesalan Tak Berujung 1

Share

Bab 155. Penyesalan Tak Berujung 1

Author: nanadvelyns
last update Last Updated: 2025-01-12 07:09:19

Zafir duduk di dalam mobilnya menuju kantor, pandangannya menatap kosong ke luar.

Perlahan, memori yang sempat ia lupakan tiba-tiba kembali bermunculan. Saat pertama kali ia bertemu Evelyn dan memperkenalkannya ke Naura.

Rasa sesal kembali menggerogoti Zafir, pria nyaris mati rasanya jika mengingat penyesalannya.

Tidak seharusnya ia membawa Evelyn dan mengkhianati Naura.

Sosok Evelyn yang terlihat rapuh dan manis namun juga seolah gigih memperjuangkan hidupnya membuat Zafir tertarik.

Evelyn memang sangat ceria, berbeda sekali dengan Naura. Hanya karena kesenangan sesaat, Zafir melepas kebahagiaan terbesar dari hidupnya yang seharusnya ia pertahankan.

Jika saja... Zafir mendorong kuat gejolak hasrat waktu itu, apakah situasinya sekarang akan berubah?

Kembali pada dua tahun lalu, saat semuanya masih sesuai dengan garis takdir masing-masing.

"Iya, aku baru sampai hotel. Setelah ini rinciannya akan aku kirim melalui email. Sudah dulu, sayang. Sampai jumpa nanti," ucap Zafir di pan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 156. Penyesalan Tak Berujung 2

    Setelah tangis Evelyn mereda, Zafir mengajaknya duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang ringan. Evelyn menceritakan kondisinya, dia bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi dia tidak menceritakan keluarganya, wanita itu menyebut dirinya sebatang kara. Zafir mendengarkan cerita Evelyn sampai habis, simpati mulai menumpuk di hatinya. "Itu pasti berat untukmu," ucap Zafir. Evelyn mengangguk ringan, bibirnya tersenyum hambar seolah memiliki jutaan luka. "Tetapi... Inilah hidup saya, tuan. Saya--""Panggil saja Zafir jika sedang seperti ini, anggap aku teman ceritamu." Potong Zafir ramah, membuat Evelyn tersenyum dalam. "Kalau begitu Anda juga bisa menyebut saya, Evelyn," balas Evelyn. Zafir mengangguk. "Baiklah, Evelyn."Evelyn terkekeh mendengarkan Zafir menyebut namanya. "Iya, Zafir."Setelah beberapa detik hening, Evelyn pun kembali berbicara. "Sekarang giliran Zafir yang menceritakan hidupnya! Tidak adil jika hanya aku!"Zafir tertawa ringan. "Baiklah... Baiklah...."Evelyn

    Last Updated : 2025-01-12
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 157. Orang Dari Masa Lalu

    Naura melangkah masuk ke butiknya, saat pintu dibuka wanita itu telah menyadari satu hal yang berbeda. Tidak ada Hans. "Apa Hans mengambil cuti hari ini?" Naura melirik Kate. Kate menggeleng pelan. "Tidak, nyonya."Naura mengangguk singkat, lalu mempercepat langkahnya menuju ruangannya. Sampai di sana, matanya langsung tertuju pada amplop putih yang tergeletak di atas meja kerjanya. Naura duduk dengan tenang seperti biasa di kursinya, lalu membuka amplop tersebut. Saat melihat pengirimnya adalah Hans, Naura semakin tertarik dan tidak sabaran membacanya. Naura menatap dingin selama membaca isi surat Hans, begitu selesai ia melipat kembali surat tersebut sambil tersenyum tipis. Pria itu mengundurkan diri dan mengakui statusnya yang ternyata adik laki-laki Evelyn. Ternyata kecurigaan Felizia dan prasangkanya kemarin benar. Pria itu meminta maaf atas perbuatan Evelyn padanya di masa lalu, serta dirinya yang tidak segera jujur pada Naura.Hans bersyukur dapat diterima kerja dengan

    Last Updated : 2025-01-13
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 158. Cinta Pertama

    "Kalian saling mengenal?" tanya Helena yang langsung menyadari tatapan keduanya. Naura dengan cepat mengangguk dan menarik tatapannya dari pria itu. "Iya, dia teman SMA ku, Rangga. Kami pernah satu kelas dan satu tempat les," jawab Naura. Helena mengangguk mengerti, kemudian duduk di sofa yang menghadap ke ranjang pasien. Naura menyusul dan duduk dengan tenang di samping Helena. "Apa kamu yang menyelamatkan ku?" tanya Rangga, menatap Naura. Naura menggeleng. "Bukan, tapi ibuku. Aku kemari hanya untuk menemaninya."Rangga dengan cepat menatap Helena dan tersenyum canggung. "Maafkan saya, nyonya. Terima kasih banyak telah menolong saya dan putra saya." Helan tersenyum tipis. "Bukan masalah besar, nak Rangga. Jadi benar kalian teman SMA? Ini sebuah kejutan, bukan?"Rangga mengangguk. "Benar, nyonya. Saya teman Naura semasa SMA, kami cukup akrab."Tatapan Rangga berubah sedikit berbeda saat mengatakan ini, kemudian dia melihat Naura lagi yang memangku putranya. "Rama pasti merepot

    Last Updated : 2025-01-13
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 159. Cinta Segitiga

    Saat waktu semakin sore, Naura dan yang lain pun memutuskan untuk pulang. Karena Rama kecil tidak mungkin menetap di rumah sakit bersama ayahnya, Naura pun dengan senang hati menawarkan bantuan. Wanita itu akhirnya membawa Rama ke rumahnya. "Mau aku antar?" tawar Arjuna saat mereka melangkah keluar gedung rumah sakit bersama. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, tidak masalah. Aku bisa bersama Kate, ibu juga pasti lelah dan butuh teman."Arjuna mengangguk mengerti, kemudian mengelus kepala Naura lembut sebelum akhirnya mereka berpisah untuk masuk ke mobil masing-masing. Di dalam mobil Arjuna seperti biasa tak banyak bicara, Helena pun langsung memejamkan matanya untuk beristirahat dan Damian fokus menyetir. Berbeda dengan Naura yang sibuk mengajak Rama bermain dan mengobrol, wanita itu terlihat sangat bahagia saat berinteraksi dengan Rama. Kate berulang kali melirik ke kaca spion untuk melihat ekspresi nyonya-nya yang bahagia, dia harap setelah pernikahan mereka atasannya ini l

    Last Updated : 2025-01-14
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 160. Bayangan Masa Depan

    Keesokan harinya, Naura bersiap untuk bekerja seperti biasa. Rama bersedia dibantu pelayan lain untuk mandi dan lainnya setelah Naura membujuk lembut anak itu. Sebelum pergi ke kantor atau butik seperti biasa, Naura mengantar Rama terlebih dahulu ke rumah sakit untuk menemui Ayahnya. Naura tidak mungkin membawa Rama ke kantor atau meninggalkan anak yang takut orang baru itu di Mansion. Keputusan paling tepat adalah mengantarkan Rama kembali ke Rangga. Sampai di rumah sakit, Naura menggandeng tangan imut Rama. Anak kecil itu menggenggam erat tangan Naura, bagi orang yang tidak mengetahui kondisinya mungkin akan mengira bahwa mereka adalah ibu dan anak. Saat hendak masuk ke loby utama rumah sakit, dari arah yang berlawanan muncul Arjuna dan Damian. Tetapi ada satu hal yang membuat Naura melipat dalam keningnya, Arjuna menggendong Ana? "Ana?" "Bibi!" Pekik Ana, lalu tak sabaran melepaskan diri dari Arjuna. Ana berlarian ke pelukan Naura, membuat Naura melepas genggamannya pada R

    Last Updated : 2025-01-15
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 161. Pemandangan Keluarga Bahagia

    Suasana di mobil Naura dan Arjuna hening, wanita itu sibuk menggeser layar iPad-nya untuk memeriksa laporan kantor. Hingga tak lama keheningan itu pecah karena pertanyaan Arjuna. "Jadi pria bernama Rangga itu teman masa SMA milikmu?" Naura menoleh, mengangguk. "Iya, ada apa?""Oh, apa kalian berteman sangat baik?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk lagi. "Iya, kami berteman sangat baik." Arjuna sekali lagi mengangguk. "Sangat baik sekali, ya?"Naura mulai merasa aneh, bibirnya tersenyum heran. "Iya... Ada apa?"Arjuna menggeleng pelan, lalu kembali fokus menyetir. Naura yang memperhatikan raut wajah Arjuna yang mulai keras pun hanya bisa terkekeh tipis. Ada apa? Apa Arjuna cemburu? Tetapi bukankah pria itu tidak tahu apapun soal Rangga?Naura menyentuh lembut lengan Arjuna. "Kamu baik-baik saja?"Arjuna melirik Naura, mengangguk. "Tentu saja."Naura mengerutkan keningnya, tidak, pria itu berbohong. Jika iya Arjuna terbiasa akan menatap matanya lama. Apa pria itu telah mengeta

    Last Updated : 2025-01-17
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 162. Orang Lama dan Orang Baru

    "Kamu sudah pulang?" tanya Naura, tersenyum ke arah Arjuna. Arjuna balas tersenyum kaku, tidak ada yang menyadari 'suasana aneh' Arjuna kecuali Damian dan Kate. Mereka berdua menahan tawa di dekat pintu, kemudian melangkah keluar untuk melarikan diri dari situasi 'berbahaya'.Arjuna mendekat ke arah Naura dan Rangga, membelah jarak mereka. "Iya, bagaimana pekerjaanmu?" balas Arjuna setelah terbebas dari senyum kakunya. Rangga jadi sedikit menepi, pria itu pun memutuskan untuk kembali duduk. Naura mengangguk tipis. "Baik, bagaimana denganmu?"Arjuna menyentuh pundak Naura lembut, lalu membawanya untuk duduk kembali di sofa ruang tengah. "Aku juga baik," jawab Arjuna. "Bagaimana kondisi Anda, tuan Rangga?" tanya Arjuna, beralih menatap Rangga. Rangga balas tersenyum. "Berkat bantuan Renjana saya baik-baik saja, namun memang tulang kering kaki saya belum begitu sembuh sempurna. Jalan saya masih sangat perlu berhati-hati.""Ke mana tujuanmu saat itu? Kecelakaan seperti kemarin san

    Last Updated : 2025-01-17
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 163. Sesuatu Milik Damian

    Naura dan Helena kembali masuk ke dalam, Arjuna masih sibuk menutup mulut Ana yang terus protes. Naura terkekeh, lalu membuka kedua tangannya ke arah Ana. Arjuna yang melihat itu segera melepas Ana, anak itu langsung berlarian ke arah Naura. Naura menggendong Ana kecil yang sangat menggemaskan, lalu kembali duduk di sofa ruang tengah dengan Helena. Tetapi karena dasarnya Ana adalah anak kecil yang sangat aktif, gerakan sembrono anak itu tidak sengaja menjatuhkan tas kerja Naura. Buku resep baking pun terlihat jelas, membuat Helena dan Arjuna merasa tertarik. "Kamu sedang belajar memasak?" tanya Arjuna. Naura menyimpan cepat buku itu ke dalam tas-nya kembali, lalu mengangguk. "Iya, tepatnya baking."Helena tersenyum senang. "Ah... Aku semakin tenang menitipkan putra sulung ku padamu, sayang. Benar-benar calon istri yang sangat perhatian." Wajah Naura sedikit memerah mendengar pujian Helena, lalu dia menjawab,"Ini juga ada keperluan bisnis, bu. Aku tertarik membangun bisnis di b

    Last Updated : 2025-01-18

Latest chapter

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 164. Tak Terduga

    Pagi hari Naura tidak bersiap ke kantor atau butik seperti biasanya, wanita itu kini tengah sibuk mengaduk adonan cheesecake di dapur. Mengingat janjinya pada Ana kemarin, dia dengan senang hati mengabulkan permintaan anak manis yang selalu bergelayut manja padanya. Menunggu kue benar-benar matang sempurna di dalam oven, Naura mencuci tangannya dan meraih ponsel di atas meja. Naura membuatkan kue untuk beberapa orang, tidak hanya Ana. Tetapi untuk itu ia ingin memberi Arjuna sebagai orang pertama yang menerima masakannya. Dua hingga empat panggilan, tak ada satupun yang terjawab. Naura mengerutkan keningnya tipis, tidak biasanya Arjuna mengabaikan panggilannya. "Nyonya, apa... Sisa kue ini bisa saya bagikan ke tuan Damian?" tanya Kate yang juga ikut membantu Naura di dapur. Naura menoleh dan tersenyum. "Tentu saja." Lalu ia teringat kejadian di pantai saat dirinya tengah prewedding. "Kate.""Ya, nyonya?" balas Kate cepat sambil merapikan barang-barang dapur. "Apa hubunganmu de

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 163. Sesuatu Milik Damian

    Naura dan Helena kembali masuk ke dalam, Arjuna masih sibuk menutup mulut Ana yang terus protes. Naura terkekeh, lalu membuka kedua tangannya ke arah Ana. Arjuna yang melihat itu segera melepas Ana, anak itu langsung berlarian ke arah Naura. Naura menggendong Ana kecil yang sangat menggemaskan, lalu kembali duduk di sofa ruang tengah dengan Helena. Tetapi karena dasarnya Ana adalah anak kecil yang sangat aktif, gerakan sembrono anak itu tidak sengaja menjatuhkan tas kerja Naura. Buku resep baking pun terlihat jelas, membuat Helena dan Arjuna merasa tertarik. "Kamu sedang belajar memasak?" tanya Arjuna. Naura menyimpan cepat buku itu ke dalam tas-nya kembali, lalu mengangguk. "Iya, tepatnya baking."Helena tersenyum senang. "Ah... Aku semakin tenang menitipkan putra sulung ku padamu, sayang. Benar-benar calon istri yang sangat perhatian." Wajah Naura sedikit memerah mendengar pujian Helena, lalu dia menjawab,"Ini juga ada keperluan bisnis, bu. Aku tertarik membangun bisnis di b

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 162. Orang Lama dan Orang Baru

    "Kamu sudah pulang?" tanya Naura, tersenyum ke arah Arjuna. Arjuna balas tersenyum kaku, tidak ada yang menyadari 'suasana aneh' Arjuna kecuali Damian dan Kate. Mereka berdua menahan tawa di dekat pintu, kemudian melangkah keluar untuk melarikan diri dari situasi 'berbahaya'.Arjuna mendekat ke arah Naura dan Rangga, membelah jarak mereka. "Iya, bagaimana pekerjaanmu?" balas Arjuna setelah terbebas dari senyum kakunya. Rangga jadi sedikit menepi, pria itu pun memutuskan untuk kembali duduk. Naura mengangguk tipis. "Baik, bagaimana denganmu?"Arjuna menyentuh pundak Naura lembut, lalu membawanya untuk duduk kembali di sofa ruang tengah. "Aku juga baik," jawab Arjuna. "Bagaimana kondisi Anda, tuan Rangga?" tanya Arjuna, beralih menatap Rangga. Rangga balas tersenyum. "Berkat bantuan Renjana saya baik-baik saja, namun memang tulang kering kaki saya belum begitu sembuh sempurna. Jalan saya masih sangat perlu berhati-hati.""Ke mana tujuanmu saat itu? Kecelakaan seperti kemarin san

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 161. Pemandangan Keluarga Bahagia

    Suasana di mobil Naura dan Arjuna hening, wanita itu sibuk menggeser layar iPad-nya untuk memeriksa laporan kantor. Hingga tak lama keheningan itu pecah karena pertanyaan Arjuna. "Jadi pria bernama Rangga itu teman masa SMA milikmu?" Naura menoleh, mengangguk. "Iya, ada apa?""Oh, apa kalian berteman sangat baik?" tanya Arjuna lagi. Naura mengangguk lagi. "Iya, kami berteman sangat baik." Arjuna sekali lagi mengangguk. "Sangat baik sekali, ya?"Naura mulai merasa aneh, bibirnya tersenyum heran. "Iya... Ada apa?"Arjuna menggeleng pelan, lalu kembali fokus menyetir. Naura yang memperhatikan raut wajah Arjuna yang mulai keras pun hanya bisa terkekeh tipis. Ada apa? Apa Arjuna cemburu? Tetapi bukankah pria itu tidak tahu apapun soal Rangga?Naura menyentuh lembut lengan Arjuna. "Kamu baik-baik saja?"Arjuna melirik Naura, mengangguk. "Tentu saja."Naura mengerutkan keningnya, tidak, pria itu berbohong. Jika iya Arjuna terbiasa akan menatap matanya lama. Apa pria itu telah mengeta

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 160. Bayangan Masa Depan

    Keesokan harinya, Naura bersiap untuk bekerja seperti biasa. Rama bersedia dibantu pelayan lain untuk mandi dan lainnya setelah Naura membujuk lembut anak itu. Sebelum pergi ke kantor atau butik seperti biasa, Naura mengantar Rama terlebih dahulu ke rumah sakit untuk menemui Ayahnya. Naura tidak mungkin membawa Rama ke kantor atau meninggalkan anak yang takut orang baru itu di Mansion. Keputusan paling tepat adalah mengantarkan Rama kembali ke Rangga. Sampai di rumah sakit, Naura menggandeng tangan imut Rama. Anak kecil itu menggenggam erat tangan Naura, bagi orang yang tidak mengetahui kondisinya mungkin akan mengira bahwa mereka adalah ibu dan anak. Saat hendak masuk ke loby utama rumah sakit, dari arah yang berlawanan muncul Arjuna dan Damian. Tetapi ada satu hal yang membuat Naura melipat dalam keningnya, Arjuna menggendong Ana? "Ana?" "Bibi!" Pekik Ana, lalu tak sabaran melepaskan diri dari Arjuna. Ana berlarian ke pelukan Naura, membuat Naura melepas genggamannya pada R

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 159. Cinta Segitiga

    Saat waktu semakin sore, Naura dan yang lain pun memutuskan untuk pulang. Karena Rama kecil tidak mungkin menetap di rumah sakit bersama ayahnya, Naura pun dengan senang hati menawarkan bantuan. Wanita itu akhirnya membawa Rama ke rumahnya. "Mau aku antar?" tawar Arjuna saat mereka melangkah keluar gedung rumah sakit bersama. Naura menggeleng pelan. "Tidak perlu, tidak masalah. Aku bisa bersama Kate, ibu juga pasti lelah dan butuh teman."Arjuna mengangguk mengerti, kemudian mengelus kepala Naura lembut sebelum akhirnya mereka berpisah untuk masuk ke mobil masing-masing. Di dalam mobil Arjuna seperti biasa tak banyak bicara, Helena pun langsung memejamkan matanya untuk beristirahat dan Damian fokus menyetir. Berbeda dengan Naura yang sibuk mengajak Rama bermain dan mengobrol, wanita itu terlihat sangat bahagia saat berinteraksi dengan Rama. Kate berulang kali melirik ke kaca spion untuk melihat ekspresi nyonya-nya yang bahagia, dia harap setelah pernikahan mereka atasannya ini l

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 158. Cinta Pertama

    "Kalian saling mengenal?" tanya Helena yang langsung menyadari tatapan keduanya. Naura dengan cepat mengangguk dan menarik tatapannya dari pria itu. "Iya, dia teman SMA ku, Rangga. Kami pernah satu kelas dan satu tempat les," jawab Naura. Helena mengangguk mengerti, kemudian duduk di sofa yang menghadap ke ranjang pasien. Naura menyusul dan duduk dengan tenang di samping Helena. "Apa kamu yang menyelamatkan ku?" tanya Rangga, menatap Naura. Naura menggeleng. "Bukan, tapi ibuku. Aku kemari hanya untuk menemaninya."Rangga dengan cepat menatap Helena dan tersenyum canggung. "Maafkan saya, nyonya. Terima kasih banyak telah menolong saya dan putra saya." Helan tersenyum tipis. "Bukan masalah besar, nak Rangga. Jadi benar kalian teman SMA? Ini sebuah kejutan, bukan?"Rangga mengangguk. "Benar, nyonya. Saya teman Naura semasa SMA, kami cukup akrab."Tatapan Rangga berubah sedikit berbeda saat mengatakan ini, kemudian dia melihat Naura lagi yang memangku putranya. "Rama pasti merepot

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 157. Orang Dari Masa Lalu

    Naura melangkah masuk ke butiknya, saat pintu dibuka wanita itu telah menyadari satu hal yang berbeda. Tidak ada Hans. "Apa Hans mengambil cuti hari ini?" Naura melirik Kate. Kate menggeleng pelan. "Tidak, nyonya."Naura mengangguk singkat, lalu mempercepat langkahnya menuju ruangannya. Sampai di sana, matanya langsung tertuju pada amplop putih yang tergeletak di atas meja kerjanya. Naura duduk dengan tenang seperti biasa di kursinya, lalu membuka amplop tersebut. Saat melihat pengirimnya adalah Hans, Naura semakin tertarik dan tidak sabaran membacanya. Naura menatap dingin selama membaca isi surat Hans, begitu selesai ia melipat kembali surat tersebut sambil tersenyum tipis. Pria itu mengundurkan diri dan mengakui statusnya yang ternyata adik laki-laki Evelyn. Ternyata kecurigaan Felizia dan prasangkanya kemarin benar. Pria itu meminta maaf atas perbuatan Evelyn padanya di masa lalu, serta dirinya yang tidak segera jujur pada Naura.Hans bersyukur dapat diterima kerja dengan

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 156. Penyesalan Tak Berujung 2

    Setelah tangis Evelyn mereda, Zafir mengajaknya duduk di sofa. Mereka mulai berbincang-bincang ringan. Evelyn menceritakan kondisinya, dia bekerja untuk mendapatkan uang. Tetapi dia tidak menceritakan keluarganya, wanita itu menyebut dirinya sebatang kara. Zafir mendengarkan cerita Evelyn sampai habis, simpati mulai menumpuk di hatinya. "Itu pasti berat untukmu," ucap Zafir. Evelyn mengangguk ringan, bibirnya tersenyum hambar seolah memiliki jutaan luka. "Tetapi... Inilah hidup saya, tuan. Saya--""Panggil saja Zafir jika sedang seperti ini, anggap aku teman ceritamu." Potong Zafir ramah, membuat Evelyn tersenyum dalam. "Kalau begitu Anda juga bisa menyebut saya, Evelyn," balas Evelyn. Zafir mengangguk. "Baiklah, Evelyn."Evelyn terkekeh mendengarkan Zafir menyebut namanya. "Iya, Zafir."Setelah beberapa detik hening, Evelyn pun kembali berbicara. "Sekarang giliran Zafir yang menceritakan hidupnya! Tidak adil jika hanya aku!"Zafir tertawa ringan. "Baiklah... Baiklah...."Evelyn

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status