Adelia mengharapkan menikah dengan orang yang di cintainya akan jadi awal yang paling membahagiakan. Apalagi sebelumnya Adelia dan suaminya sudah menjalin hubungan 4 Tahun lamanya. Membuat Adelia yakin kalau pernikahan adalah langkah awal keduanya semakin jatuh hati dan saling mencintai semakin dalam. Tapi Adelia salah, karena lelaki yang ia anggap sudah jadi pilihan terbaiknya, diam-diam mengkhianatinya. Lantas apa hubungan bertahun-tahun memang tidak menjamin semuanya?
Lihat lebih banyakAdelia tersenyum tipis mendapati suaminya pulang tepat waktu. Jika dari kemarin Fathur selalu pulang malam atau bahkan tidak tidur di rumah maka saat ini pria itu sudah berada di rumah pada pukul 17.33 sore. Adelia membawa segelas air putih ke hadapan Fathur yang duduk di sofa ruang tengah. Ia duduk tepat di samping Fathur yang sedang sibuk melepaskan jasnya."Minumnya, mas.""Terima kasih."Fathur menenggak minuman yang di bawakan Adelia. Setelahnya pasangan suami istri itu saling diam. Adelia yang merasa suasana hati Fathur sedang baik. Ia mencoba mengajak pria itu berkomunikasi."Hari ini kerjaan sedang tidak banyak, mas?""Enggak, dari kemarin aku sudah lembur. Jadi hari ini ingin pulang cepat."Adelia mengangguk-angguk."Luna mana?" tanya Fathur."Ada di kamar, aku baru aja selesai mandiin dia."Tidak ada suara yang terdengar lagi. Sampai Fathur menyerong menatap istrinya."Maaf ya Adelia atas sikap
Adelia menatap suaminya yang baru saja pulang. Sekarang baru saja pukul 02.50 pagi dan Fathur baru tiba di rumah setelah mereka bertemu di supermarket sore kemarin. Tidak ada percakapan apa pun diantara keduanya. Pria itu berlalu begitu saja mengabaikan Adelia yang membukakan pintu untuk Fathur. Ia menghela napasnya. Tangannya yang terangkat untuk menyalimi suaminya pun juga tidak ditanggapi.Kembali mengunci pintu. Adelia memilih masuk ke kamar di mana saat ini Fathur tengah berada di dalam kamar mandi. Terbukti karena suara air yang terdengar dari dalam. Ia mengambil mukenanya, memilih untuk sholat malam di kamar Luna–anaknya. "Masih ada kerjaan mas?""Mau aku buatin teh atau coklat panas?" Adelia pikir suaminya memilih untuk tidur. Tapi ternyata tidak, Fathur kini sedang berkutat dengan laptop di pangkuannya. Tampangnya yang tadi lelah sekarang tidak terlihat lagi sebab sudah mandi dan berganti pakaian. Fathur melirik sejenak sosok Adelia lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
Fathur tidak pulang. Tentu hal itu terjadi karena Karin, setelah dari restoran semalam ia membujuk Fathur untuk menginap di apartemennya. Pria itu dengan mudahnya termakan bujuk rayu Karin. Wanita itu tersenyum lebar mendapati Fathur baru saja terbangun dari tidurnya. Meski pria itu memilih tidur di sofa tetapi Karin tetap senang karena berhasil membuat Fathur semakin jauh dari istrinya."Nyenyak, mas?"Tidak ada jawaban. Fathur hanya memberikan gerakan kepala. Ia merenggangkan otot-otot tangannya. Ternyata cukup pegal tidur semalaman di atas sofa yang ruangnya sangat terbatas. Fathur menatap keluar jendela di mana langit sudah terang."Jam berapa?" tanya Fathur pada Karin yang masih duduk di single sofa."Delapan, mas."Fathur bergerak cepat ke arah kamar mandi. Ada meeting pagi ini di kantornya dan ia belum siap-siap. Karin yang menyaksikan kepergian Fathur hanya tersenyum miring. Hatinya merasa senang mendapati kenyataan bahwa pria itu masih mendengarkan perkataannya. Ia pikir Fath
Adelia menidurkan anaknya yang umurnya sudah jalan 2 Tahun. Sekarang pukul 20.45 tetapi tidak ada tanda-tanda kepulangan Fathur. Sejak kepergiannya tadi sore pria itu tidak lagi mengabarinya dan mungkin malam ini Fathur tidak akan pulang ke rumah. Memandangi Luna-anaknya dalam waktu yang cukup lama kini Adelia mulai meninggalkan kamar setelah memastikan anaknya sudah tertidur lelap.Wanita itu duduk di sofa. Pandangannya kosong, Adelia terlalu bingung berada di dalam pernikahan yang seperti ini. Dulu menikah dengan Fathur adalah kebahagiannya sebab ia yakin suaminya itu akan jadi sosok kepala rumah tangga yang baik. Karena selama berpacaran dengan Fathur 4 Tahun lamanya pria itu tidak pernah berprilaku jelek padanya. Namun sekarang Adelia menertawai nasibnya yang harus terjebak pernikahan seperti ini dengan Fathur. Harusnya dulu Adelia tidak perlu yakin hanya karena sikap pria itu yang terlihat baik. Ia lupa kalau di dalam pernikahan akan banyak yang ia hadapi dan Adelia melupakan sa
“Kamu bohong!”Adelia berjalan meninggalkan Fathur-suaminya yang kini terlihat mengikuti langkahnya. Wanita itu duduk di atas kasur dengan air mata yang sudah mengalir melewati kedua pipinya, pandangan matanya menatap kecewa sosok Fathur.“Kamu bilang hubungan kamu sama perempuan itu udah selesai, tapi apa mas kamu masih berhubungan sama dia di belakang aku?!”“Sudah dong, Adelia. Kamu curiga terus sama aku—““Aku dengar langsung, mas. Kamu enggak mau akuin itu?”Fathur yang berdiri tidak jauh dari Adelia terlihat salah tingkah. Bahkan sejak beberapa detik yang lalu saat Adelia memergoki pria itu melakukan panggilan suara dengan seorang perempuan di halaman samping rumah. Wajah Fathur sudah terlihat bagai seseorang yang tertangkap basah.“Aku sudah bilang sama kamu kalau itu rekan kerja.”“Rekan kerja macam apa yang kamu panggil sayang, mas?”“Terserah kamu! Aku capek ya sama sikap kamu ini, lebih baik aku pergi,” ucap Fathur membawa kedua kakinya keluar kamar meninggalkan Adelia. Wan
“Kamu bohong!”Adelia berjalan meninggalkan Fathur-suaminya yang kini terlihat mengikuti langkahnya. Wanita itu duduk di atas kasur dengan air mata yang sudah mengalir melewati kedua pipinya, pandangan matanya menatap kecewa sosok Fathur.“Kamu bilang hubungan kamu sama perempuan itu udah selesai, tapi apa mas kamu masih berhubungan sama dia di belakang aku?!”“Sudah dong, Adelia. Kamu curiga terus sama aku—““Aku dengar langsung, mas. Kamu enggak mau akuin itu?”Fathur yang berdiri tidak jauh dari Adelia terlihat salah tingkah. Bahkan sejak beberapa detik yang lalu saat Adelia memergoki pria itu melakukan panggilan suara dengan seorang perempuan di halaman samping rumah. Wajah Fathur sudah terlihat bagai seseorang yang tertangkap basah.“Aku sudah bilang sama kamu kalau itu rekan kerja.”“Rekan kerja macam apa yang kamu panggil sayang, mas?”“Terserah kamu! Aku capek ya sama sikap kamu ini, lebih baik aku pergi,” ucap Fathur membawa kedua kakinya keluar kamar meninggalkan Adelia. Wan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen