Setelah mengambil uang sebesar dua juta, kini Kaila kembali ke sekolah. Senyumnya tak pernah luntur sedikit pun. Jenis senyum kebahagiaan yang haqiqi.
Debi yang melihat Kaila hanya geleng-geleng kepalanya saja. Tak habis pikir dengan otak temannya ini. Sudah jelas itu nominal banyak sudah pasti akan ada pemberitahuan yang tertera. Siap-siap aja itu anak digorok sama suaminya ambil dua juta cuma buat foya-foya.
"Deb, lo pengin apa? Nanti gue beliin dah." Kaila mencoba menawari Debi sebagai wujud terima kasih karena sudah sering direpotkan.
"Enggak deh Kai," tolak Debi. "Lagian duit Doni juga banyak."
"Oh iya gue lupa, lo 'kan punya atm berjalan ya." Kaila langsung tertawa renyah.
"Sialan lo."
Mereka berdua tertawa bersama. Tak ada yang merasa sakit hati jika ada salah satu mengucapkan dengan kalimat mengejek. Mereka berdua sudah paham karakter masing-masing. Sehingga semua yang diucapkan hanya lelucon biasa.
Akhirnya Kaila sampai
Kaila saat ini merasakan capek, untung tadi ia mampir warung sebentar membeli koyo cabai buat ditempelkan dibetis kaki yang terasa ngilu. Namun Kaila sangat puas hari ini, ternyata banyak duit itu sangat enak.Tak berapa lama Melviano pulang dengan kondisi sangat lelah. Ia masuk kamar melihat Kaila sedang cekikian menatap layar ponselnya itu. Yang membuat Melviano heran kenapa kaki Kaila banyak sekali tempelan? Tempelan apa itu?“Itu kaki kamu kenapa?” tanya Melviano.“pegal.”“Lalu kenapa mesti pakai ditempel begituan? Emang itu apa namanya?’Kaila langsung menghentikan aktifitas nonton running man yang menurut Kaila sangat kocak.“Kamu nggak tahu ini namanya apa Mel?” tatap Kaila tak percaya kalau suaminya tidak tahu koyo cabai.Melviano menggeleng singkat, alisnya berkerut menunggu jawaban Kaila.“Ya ampun suami aku pintarnya kebangetan, gini saja nggak tahu. Ini na
Pagi ini seperti rencana semalam. Kaila sudah sangat rapi dengan oufitnya celana panjang hitam yang terdapat robekan di lututnya dengan memadukan kaos lengan pendek hitam, sepatu putih. Penampilan Kaila sangat casual banget. Sesuai dengan usianya yang masih 18 tahun ini. lagian Kaila nggak suka pakai rok, ribet.Melviano pun menggunakan pakaian casual dengan kaos polo putih yang sangat mencetak bentuk tubuhnya yang atletis itu.Melviano dan Kaila pamit kepada Rania juga Hendrik. Mereka senang karena Kaila terlihat bahagia meski menikah dengan hasil perjodohan.Melviano langsung memencet alarm kunci mobilnya namun langsung Kaila cegah.“Kita hari ini naik angkutan. Makanya kita berangkat pagi seperti ini.” Kaila memberitahukan kalau menuju kota tua menggunakan angkutan umum. Biar Melviano merasakan naik angkutan, emang enak. Hahaha.“Apah?! Tapi pasti panas banget Kai,” jawab Melviano sedikit mengeluh.&ldq
Melviano saat ini sedang gusar di dalam mobilnya. Kira-kira tadi keterlaluan nggak sih ninggalin Kaila begitu saja. Sumpah tadi lagi kesal banget, terpaksa Melviano mendatangi dokter untuk konsultasi agar mulutnya tidak bau jengkol. Namun dokter itu bilang merupakan hal wajar dan akan hilang dengan sendirinya. Tapi Melviano diberikan obat kumur agar meredakan bau jengkol itu. Sial, Kaila kurang ajar.Setelah selesai dari salah satu klinik sekarang Melviano bingung harus kemana. Nggak mungkin kalau ia pulang. Bisa ditanya macam-macam nanti sama mamah mertuanya.Dengan terpaksa Melviano melihat gps hape Kaila berada. Waktu Kaila tidur pulas Melviano penasaran dengan isi hape Kaila yang selalu membuat Kaila cekikikan sendiri. Ternyata isinya cuma foto laki-laki yang memakai make up. Kaila selalu menyebutkan dengan nama oppa? Melviano kira oppa ini sudah tua atau kakek-kakek. Namun setelah membuka google mencari tahu ternyata itu artis-artis korea. Menurut Melviano masih j
Melviano ikut turun kala melihat Kaila langsung lari manuju ke halaman depan yang terdapat penyewaan sepeda ontel. Kaila langsung menyewa dan menaiki tanpa memikirkan Melviano. Bodoh amat lah, dia sudah gede juga ‘kan?Melviano mendesah pasrah, ini seperti menjaga anak balita yang tidak mau diam. Bikin capek, bikin emosi.“Ayok sini, sewa sepeda sana.” Kaila melambaikan tangan sambil memutar-mutar naik sepeda.Melviano menggeleng kuat. Ia tidak sanggup mengikuti Kaila yang tidak ada diamnya sama sekali. Dan tadi bilang apa? Naik sepeda? Gila aja, panas banget begini. Melviano melihat jam dipergalangan tangan yang menunjukan pukul duabelas siang. Bayangkan saja ini matahari lagi terik-teriknya. Mana perut juga lapar banget lagi. Melviano melihat-lihat pernjual makanan dan menemukan semacam kafe. Lumayan lah, yang penting jangan makan yang bau seperti tadi pagi.“Kai, ayok makan siang dulu.”Kaila menggeleng kuat.
Saat ini keduanya sudah sampai depan pintu Monas. Melviano membayar ongkos taksi. Kaila sih ogah banget suruh bayar taksi, mahal.Mereka berdua masih saling diam-diaman menguarkan aura permusuhan yang sangat ketara sekali. Namun sebelum masuk ke dalam Monas. Kaila malahan mampir ke penjual rujak cingur yang terdapat di dalam area Monas.Melviano heran kenapa Kaila memilih makan di tempat seperti ini sih.“Mau makan lagi nggak?” tawar Kaila saat keduanya sudah duduk di bangku kantin.Kaila lebih memilih makan di kantin yang terdapat di Monas dari pada restoran atau kafe. Yang pasti harganya mahal dan itu bisa menguras kantong. Meski sudah dikasih atm bernominal sembilan ratus juta tetap saja jiwa miskin bergelayutan.Pesanan Kaila datang, Ia memesan rujak sama gorengan tempe. Pokoknya ini kalau dipadukan mantapnya luar biasa. Lidah MelMel saja yang somplak.“Itu makanan?” tanya Melviano menunjuk kearah pesanan Kaila.
Kaila tambah menangis saat dirinya direndahkan seperti ini. Melviano menciumnya dengan sangat kasar dan menuntut. Rasanya nggak enak, sakit. Beda dengan ciuman yang mereka lakukan waktu di kamar Kaila dulu begitu lembut.“BRENGSEK!!” teriak Kaila saat pagutan keduanya terlepas.Kaila menatap kecewa juga sakit. Ia tak pernah menyangka kalau Melviano akan berani melakukan ini. Kaila benci! Sangat benci!“Kai, maaf,” ucap Melviano sangat menyesal saat dirinya khilaf mencium Kaila barusan. Melviano nggak bermaksud melakukan itu tadi. Ia hanya terbawa emosi.“BAJINGAN.”“Maaf Kai.”“BRENGSEK.“Maaf Kai.”“SIALAN.”Kaila langsung terduduk luruh di bawah pohon palm. Ia menangis meraung-raung seperti waktu itu. Dan ini membuat Melviano bingung kembali. Karena ia merasa bersalah kali ini.“Kai maaf ya,” ucap Melviano yang ikut berjong
Setelah mendapat password wifi, Kaila langsung berselancar untuk membuka link drakor. Ia akan mendownload semua drakor, mumpung gratis yakan? Kaila terkikik geli melihat sikapnya sendiri.Kaila mendownload sampai jam dua belas malam. Aslinya mau sampai subuh tapi matanya nggak kuat. Ini begadang kedua menurut Kaila. Yang pertama waktu habis acara pengantin dan kedua sekarang gara-gara drakor. Duh sial gara-gara maniak drakor jadi begini dah.Kaila mulai menyelami alam bawah sadarnya. Namun sebelum benar-benar pulas ia langsung pergi ke kamar mandi dulu untuk membuang isi kandung kemih yang sudah menumpuk. Bisa gawat kalau ia sampai ngompol lagi. Bisa-bisa ditertawakan sama Melviano tujuh hari tujuh malam kalau ketahuan ngompol. Kaila juga bersyukur kalau kamar tidur ini dilengkapi kamar mandi dalam. Syukurlah.Setelah selesai semuanya, Kaila langsung kembali tidur dan siap memimpikan Ji Chang Wook yang badannya peluk-able banget.***Pagi-pagi seka
Saat ini Melviano sudah berganti pakaian yang lebih casual lagi. Ia memakai kacamata hitam untuk menghalau panasnya matahari.“Aku mau ke dufan dengan syarat, tidak naik bajaj. Harus pakai mobil pribadi.” Melviano mengajukan syarat dengan tegas. Lagian akibat merosot dari jok bajaj saja masih terasa sakit tulang ekornya.“Hahaha, kamu kalau bercanda suka lucu deh Mel, lagian siapa juga yang mau naik bajaj dari ujung Jakarta selatan ke ujung Jakarta utara begitu, yang ada tua di jalan nanti. Belum sampai dufan sudah jadi nenek-nenek pas sampai Monas.”Melviano yang mendengar itu pun langsung tertawa ngakak. Sumpah Kaila kalau ngelawak lucu banget, kayaknya ada bakat jadi anak stand up comedi.“Kenapa, Mel? Kesambet?” tanya Kaila heran melihat Melviano bisa ketawa ngakak kaya setan begitu.“Ehem, gak apa.” Melviano langsung menormalkan rahut wajahnya agar terlihat dingin dan misterius.Akhi
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud
Melviano berdeham pelan. "Tadi Mamah bilang apa?""Bilang apa?""Tadi pas ditelepon.""Kak Nasya lahiran.""Yaudah mendingan kita ke sana aja sekarang.""Lho, kamu yakin?"Melviano mengangguk."Gantiin pakaian Matheo dulu sana.""Oke, sekalian aku ganti baju dulu.""Hmm."Kaila langsung bergegas menuju ke arah kamar. Ia mengganti pakaian Matheo. Selesai dengan urusan Matheo, Kaila sendiri ikut ganti baju."Ayo, Mamat. Kita sekarang jenguk Bude Nasya."Kaila selalu mengajak anaknya berbicara. Tidak Kaila tidak Melviano semuanya sama-sama cerewet dengan Matheo.Kini ketiganya sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Dalam perjalanan selalu rame seperti biasa dengan tingkah menggemaskan Matheo yang selalu tertawa."Baby shark, duduududu. Wah." Kaila mengajarkan anaknya bernyanyi dan sedikit membuat Matheo terkejut seperti sengaja membuat kaget. Matheo sendiri hanya tersenyum terkeke
Hari ini, Kaila dan Nasya sudah berjanjian untuk meet up."Kamu mau ke mana?""Mau ketemuan sama Kak Nasya.""Di mana?""Di pim.""Yaudah aku ikut.""Mel, inikan khusus Ibu-ibu.""Emang kenapa kalau aku ikut?""Gapapa, cuma nanti Kak Nasya canggung gimana?""Yaudah Matheo sama Daddy aja kalau begitu.""Ck, justru kita meet up biar Matheo bisa bermain sama Shaqu.""Suruh Nasya ke sini saja.""Pasti nggak mau lah.""Yaudah aku tetap ikutan.""Terserah kamu deh."Kini Melviano tetap ikut untuk meet up. Apalagi Kaila membawa Matheo, jiwa posesif Melviano akan semakin meronta-ronta.Kaila langsung ngechat Kak Nasya kalau ia sudah on the way. Ternyata Nasya pun sudah sampai di Pim.Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sampai di Pim. Kaila dan Melviano langsung berjalan menuju ke area salah satu restoran untuk menemui Nasya."Lho, Kak Rezvan juga ikutan?"
Tujuh bulan kemudian.Usia Matheo kini sudah menginjak tujuh bulanan. Dalam tujuh bulan flasback ke belakang, Kaila juga Melviano selalu kompak mengurus Matheo. Ya, meski tak bisa dipungkiri kalau mereka berdua sering beda pendapat yang memicu adu mulut antara Kaila juga Melviano. Tapi semua itu hanya berlaku sebentar saja setelah itu mereka baikan."Kamu yakin akan pakai baju seperti itu?""Yakin dong.""Tapi itu ribet buat menyusui.""Nanti bawa sufor aja. Lagipula Matheo juga udah didampingi MP-Asi.""Iya tetap saja kalau Matheo itu sukanya Asi.""Iya udah gampang sih. Lagian emang acaranya pakai adat jawa kok.""Tapikan itu hanya yang punya acara, Kai.""Hmm, memang.""Ya udah pakai dress biasa aja nggak usah pakai kebaya begitu.""Uh ... kenapa sih. Aku juga pengin nikmati adat yang Kak Nasya pakai.""Nggak usah lah kasihan Matheo.""Oke, aku ganti dress aja. Puas."Kaila langsung
Beberapa hari kemudian.Di rumah seorang Haidar sedang mengadakan acara pesta atas kelahiran cucu pertamanya. Haidar selalu memperlakukan Matheo dengan sangat spesial.“Cucu Kakek, besok kamu akan meneruskan semua perusahaan dari Kakek.” Haidar yang sedang menggendong Matheo. Saat ini kerjaan Haidar hanya menggendong Matheo setiap hari, ia selalu berebut dengan Melviano untuk menggendong Matheo.Para tamu yang hadir pun tak tanggung-tanggung, semua pejabat, orang pembisnis, bahkan Haidar memanggil penyanyi terkenal tanah air untuk menghibur para tamu. Semua tamu kini tengah mengucapkan selamat kepada Kaila juga Melviano.“Selamat Pak Haidar, kini anda menjadi seorang Kakek.”“Hahaha, ini yang saya harapkan sebelum meninggal.”“Ah, Bapak. Jangan bilang begitu. Tunggu Matheo gede dulu.”“Ini yang sedang saya doakan selalu sama Tuhan.”“Kalau begitu saya permisi dul