Kaila tambah menangis saat dirinya direndahkan seperti ini. Melviano menciumnya dengan sangat kasar dan menuntut. Rasanya nggak enak, sakit. Beda dengan ciuman yang mereka lakukan waktu di kamar Kaila dulu begitu lembut.
“BRENGSEK!!” teriak Kaila saat pagutan keduanya terlepas.
Kaila menatap kecewa juga sakit. Ia tak pernah menyangka kalau Melviano akan berani melakukan ini. Kaila benci! Sangat benci!
“Kai, maaf,” ucap Melviano sangat menyesal saat dirinya khilaf mencium Kaila barusan. Melviano nggak bermaksud melakukan itu tadi. Ia hanya terbawa emosi.
“BAJINGAN.”
“Maaf Kai.”
“BRENGSEK.
“Maaf Kai.”
“SIALAN.”
Kaila langsung terduduk luruh di bawah pohon palm. Ia menangis meraung-raung seperti waktu itu. Dan ini membuat Melviano bingung kembali. Karena ia merasa bersalah kali ini.
“Kai maaf ya,” ucap Melviano yang ikut berjong
Setelah mendapat password wifi, Kaila langsung berselancar untuk membuka link drakor. Ia akan mendownload semua drakor, mumpung gratis yakan? Kaila terkikik geli melihat sikapnya sendiri.Kaila mendownload sampai jam dua belas malam. Aslinya mau sampai subuh tapi matanya nggak kuat. Ini begadang kedua menurut Kaila. Yang pertama waktu habis acara pengantin dan kedua sekarang gara-gara drakor. Duh sial gara-gara maniak drakor jadi begini dah.Kaila mulai menyelami alam bawah sadarnya. Namun sebelum benar-benar pulas ia langsung pergi ke kamar mandi dulu untuk membuang isi kandung kemih yang sudah menumpuk. Bisa gawat kalau ia sampai ngompol lagi. Bisa-bisa ditertawakan sama Melviano tujuh hari tujuh malam kalau ketahuan ngompol. Kaila juga bersyukur kalau kamar tidur ini dilengkapi kamar mandi dalam. Syukurlah.Setelah selesai semuanya, Kaila langsung kembali tidur dan siap memimpikan Ji Chang Wook yang badannya peluk-able banget.***Pagi-pagi seka
Saat ini Melviano sudah berganti pakaian yang lebih casual lagi. Ia memakai kacamata hitam untuk menghalau panasnya matahari.“Aku mau ke dufan dengan syarat, tidak naik bajaj. Harus pakai mobil pribadi.” Melviano mengajukan syarat dengan tegas. Lagian akibat merosot dari jok bajaj saja masih terasa sakit tulang ekornya.“Hahaha, kamu kalau bercanda suka lucu deh Mel, lagian siapa juga yang mau naik bajaj dari ujung Jakarta selatan ke ujung Jakarta utara begitu, yang ada tua di jalan nanti. Belum sampai dufan sudah jadi nenek-nenek pas sampai Monas.”Melviano yang mendengar itu pun langsung tertawa ngakak. Sumpah Kaila kalau ngelawak lucu banget, kayaknya ada bakat jadi anak stand up comedi.“Kenapa, Mel? Kesambet?” tanya Kaila heran melihat Melviano bisa ketawa ngakak kaya setan begitu.“Ehem, gak apa.” Melviano langsung menormalkan rahut wajahnya agar terlihat dingin dan misterius.Akhi
Saat ini Melviano sedang menatap nanar kereta api di depannya ini. Ia rasanya ingin mundur saja. Bukan gimana, tapi Melviano kasihan sama Kaila nanti kalau tergencet jadi gepeng gimana? Bisa berabe.“Kamu serius mau naik Kai?” tanya Melviano seperti tak percaya dengan pikiran Kaila saat ini.“Iya serius lah, makanya ayok cepat naik, keburu ditutup itu pintunya,” rengek Kaila mengajak Melviano agar mau menaiki KRL.“Jangan Kai, terlalu penuh itu,” tolak Melviano yang melihat penumpang saling genjet-genjetan.“Justru itu Mel, nanti kereta yang datang lagi makin penuh karena jam pulang kerja, belum nanti yang kerja di mal jam enam pada balik, lebih penuh lagi.” Kaila menjelaskan kalau KRL jam empat sampai sembilan itu memang penuh terus.Dengan terpaksa Kaila sudah masuk KRL dengan mendesak-desak agar bisa masuk. Tubuh Melviano yang gede membuat tergenjet depan pintu. Ia ingin mengejar Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sedang menunggu Melviano mandi. Entah kenapa Melviano ini kalau mandi lama banget sumpah. Kaila yang notabennya perempuan saja sebentar doang mandinya. Intinya basah semua badan udah kelar, eh sabunan juga Cuma nggak lama seperti orang-orang. Kaila heran sama orang yang mandinya lama.Kaila memandang jam yang menunjukan pukul sepuluh malam. Bosan banget saat ini. Kaila pengin banget nonton bioskop tengah malam begini. Katanya sih enak kata teman-temannya yang sudah pernah merasakan. Lah jam segini aja Kaila sudah merasa ngantuk dan menguap berkali-kali. Duh payah banget.Dengan terpaksa Kaila menaiki ranjang untuk tidur. Ia membuang satu bantal ke bawah untuk Melviano tidur di sofa atau karpet saja.Saat ini Melviano keluar kamar mandi. Ia melihat Kaila sudah tertidur pulas. Melviano melihat bantal berada di lantai dan mengambilnya. Ia berjalan mendekat ke arah Kaila, tanpa sadar Melviano mengecup bibir Kaila singkat.“Ini bibir
Kaila saat ini sedang berada dalam pusat perbelanjaan daerah Cinere. Ia akan menuju hypermart untuk belanja makanan kesukaannya.Kaila mengambil troli dengan ukuran besar. Ia menunju ke rak bagian mie instan. Kaila mengambil mie instan berbagai rasa. Ia melanjutkan ke area bumbu-bumbu. Kaila mengambil salah satu barang dengan jumlah cukup banyak. Buat setok di California nanti.Hampir dua jam Kaila berbelanja, kini sekarang saatnya membayar ke kasir. Ia akan menggunakan atm yang diberikan oleh MelMel. Kalau dia tanya-tanya lagi buat apa, tinggal tunjukin saja semua belanjaan ini.Kaila kali ini memakai taksi yang sudah mengetem di depan parkiran mal. Kaila menunggu giliran mendapat taksi. Ia berdiri depan lobby mal sesuai antrian.Setelah mendapat taksi sesuai gilirannya sekarang Kaila langsung menuju rumahnya untuk memasukan semua makanan ini ke dalam koper. Setelah itu Kaila mau bertemu Debi sebentar, salam perpisahan gitu.Berhubung jarak dari C
Kaila mendengar suara berisik-berisik dari luar kamarnya saat ini. memang ada apa sih kenapa berisik banget. Kaila mencoba membuka matanya perlahan dan melihat arah jarum jam yang menunjukan pukul enam pagi. Ini masih pagi tadi kenapa ramai sekali di luar. Ada apa?Kaila juga melihat di bawah tidak ada Meli yang tertidur di karpet, di sampingnya juga tidak ada tadi. Ini seriusan Melviano marah kepadanya gara-gara diusir kemarin?Dengan langkah yang malas Kaila keluar kamar, ia melihat MelMel lagi sarapan bersama dengan keluarganya. Buset itu orang kapan pulangnya? Kenapa nggak dengar ya?“Eh Kai, mandi sana terus sarapan. Kamu mau berangkat ke luar negeri bangun kesiangan begitu.” Rania mengomel seperti biasa kalau Kaila bangun siang. Padahal ini baru jam enam biasanya juga bangun jam delapan kalau libur sekolah. Sekolah sih dulu bangun harus diseret dulu kakinya baru bisa melek.“Masih jam enam Mah, masih pagi,” jawab Kaila yang m
Kaila sedang memeluk Mamah juga Papahnya saat ini. Tadi Papahnya izin untuk pulang cepat karena anak dan menantunya akan pergi ke luar negeri. Ayah Melviano pun, Haidar ikut ke rumah Hendrik. Tadi mereka berdua pulang bersama.“Mah, jaga kesehatan ya. Jangan lupa makan, minum, mandi,” ucap Kaila masih dengan buliran air matanya yang mengalir di pipi.“Iya Kai, kamu ini lagi nangis tapi ngomongnya lucu,” jawab Rania sambil mengusap air mata Kaila.“Lucu apanya sih Mah? Lagi sedih banget ini.” Kaila menatap Papahnya saat ini.Kaila memeluk Papahnya dan meminta maaf.“Maafin Kaila, Pah, maaf sudah sering bikin Papah kesal. Jagain Mamah ya,” ujar Kaila memberikan pesan agar papahnya menjaga mamah tercinta.“Pasti itu Kai, kamu juga harus berubah jadi dewasa. Jangan absurd, hormati suami, nurut sama suami.” Hendrik selalu memberikan nasihatnya agar Kaila bisa hormat dengan Melviano.
Saat ini Kaila sudah duduk di samping Melviano. Mereka sedang mendengarkan segala arahan yang diucapkan oleh pramugari. Melviano justru sibuk memasang headphone ke telinganya. Ia akan mendengarkan lagu dari Liam Payne.Kaila menatap jendela pesawat, ini pertama kali Kaila akan melakukan perjalanan jauh. Apalagi akan memakan waktu 20jam 30 menit baru akan sampai ke bandara California lebih tepatnya kota Los Angeles.Semua penumpang diminta untuk memakai sabuk pengaman terlebih dulu. Karena pesawat akan melakukan landing. Setelah posisi pesawat sudah stabil mereka diperbolehkan melepaskan sabuk pengaman.“Mel,” panggil Kaila.Melviano masih sibuk mendengarkan musik dari tadi sambil memejamkan matanya.“Meli ...,” panggil Kaila sambil memandang suaminya itu. Kalau dipikir-pikir Melviano ganteng banget sumpah. Tapi ... entahlah, kalau dekat dia bawaan emosi mulu.“Apa?” jawab Melviano mas
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud
Melviano berdeham pelan. "Tadi Mamah bilang apa?""Bilang apa?""Tadi pas ditelepon.""Kak Nasya lahiran.""Yaudah mendingan kita ke sana aja sekarang.""Lho, kamu yakin?"Melviano mengangguk."Gantiin pakaian Matheo dulu sana.""Oke, sekalian aku ganti baju dulu.""Hmm."Kaila langsung bergegas menuju ke arah kamar. Ia mengganti pakaian Matheo. Selesai dengan urusan Matheo, Kaila sendiri ikut ganti baju."Ayo, Mamat. Kita sekarang jenguk Bude Nasya."Kaila selalu mengajak anaknya berbicara. Tidak Kaila tidak Melviano semuanya sama-sama cerewet dengan Matheo.Kini ketiganya sudah berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Dalam perjalanan selalu rame seperti biasa dengan tingkah menggemaskan Matheo yang selalu tertawa."Baby shark, duduududu. Wah." Kaila mengajarkan anaknya bernyanyi dan sedikit membuat Matheo terkejut seperti sengaja membuat kaget. Matheo sendiri hanya tersenyum terkeke
Hari ini, Kaila dan Nasya sudah berjanjian untuk meet up."Kamu mau ke mana?""Mau ketemuan sama Kak Nasya.""Di mana?""Di pim.""Yaudah aku ikut.""Mel, inikan khusus Ibu-ibu.""Emang kenapa kalau aku ikut?""Gapapa, cuma nanti Kak Nasya canggung gimana?""Yaudah Matheo sama Daddy aja kalau begitu.""Ck, justru kita meet up biar Matheo bisa bermain sama Shaqu.""Suruh Nasya ke sini saja.""Pasti nggak mau lah.""Yaudah aku tetap ikutan.""Terserah kamu deh."Kini Melviano tetap ikut untuk meet up. Apalagi Kaila membawa Matheo, jiwa posesif Melviano akan semakin meronta-ronta.Kaila langsung ngechat Kak Nasya kalau ia sudah on the way. Ternyata Nasya pun sudah sampai di Pim.Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka sampai di Pim. Kaila dan Melviano langsung berjalan menuju ke area salah satu restoran untuk menemui Nasya."Lho, Kak Rezvan juga ikutan?"
Tujuh bulan kemudian.Usia Matheo kini sudah menginjak tujuh bulanan. Dalam tujuh bulan flasback ke belakang, Kaila juga Melviano selalu kompak mengurus Matheo. Ya, meski tak bisa dipungkiri kalau mereka berdua sering beda pendapat yang memicu adu mulut antara Kaila juga Melviano. Tapi semua itu hanya berlaku sebentar saja setelah itu mereka baikan."Kamu yakin akan pakai baju seperti itu?""Yakin dong.""Tapi itu ribet buat menyusui.""Nanti bawa sufor aja. Lagipula Matheo juga udah didampingi MP-Asi.""Iya tetap saja kalau Matheo itu sukanya Asi.""Iya udah gampang sih. Lagian emang acaranya pakai adat jawa kok.""Tapikan itu hanya yang punya acara, Kai.""Hmm, memang.""Ya udah pakai dress biasa aja nggak usah pakai kebaya begitu.""Uh ... kenapa sih. Aku juga pengin nikmati adat yang Kak Nasya pakai.""Nggak usah lah kasihan Matheo.""Oke, aku ganti dress aja. Puas."Kaila langsung
Beberapa hari kemudian.Di rumah seorang Haidar sedang mengadakan acara pesta atas kelahiran cucu pertamanya. Haidar selalu memperlakukan Matheo dengan sangat spesial.“Cucu Kakek, besok kamu akan meneruskan semua perusahaan dari Kakek.” Haidar yang sedang menggendong Matheo. Saat ini kerjaan Haidar hanya menggendong Matheo setiap hari, ia selalu berebut dengan Melviano untuk menggendong Matheo.Para tamu yang hadir pun tak tanggung-tanggung, semua pejabat, orang pembisnis, bahkan Haidar memanggil penyanyi terkenal tanah air untuk menghibur para tamu. Semua tamu kini tengah mengucapkan selamat kepada Kaila juga Melviano.“Selamat Pak Haidar, kini anda menjadi seorang Kakek.”“Hahaha, ini yang saya harapkan sebelum meninggal.”“Ah, Bapak. Jangan bilang begitu. Tunggu Matheo gede dulu.”“Ini yang sedang saya doakan selalu sama Tuhan.”“Kalau begitu saya permisi dul