Melviano ikut turun kala melihat Kaila langsung lari manuju ke halaman depan yang terdapat penyewaan sepeda ontel. Kaila langsung menyewa dan menaiki tanpa memikirkan Melviano. Bodoh amat lah, dia sudah gede juga ‘kan?
Melviano mendesah pasrah, ini seperti menjaga anak balita yang tidak mau diam. Bikin capek, bikin emosi.
“Ayok sini, sewa sepeda sana.” Kaila melambaikan tangan sambil memutar-mutar naik sepeda.
Melviano menggeleng kuat. Ia tidak sanggup mengikuti Kaila yang tidak ada diamnya sama sekali. Dan tadi bilang apa? Naik sepeda? Gila aja, panas banget begini. Melviano melihat jam dipergalangan tangan yang menunjukan pukul duabelas siang. Bayangkan saja ini matahari lagi terik-teriknya. Mana perut juga lapar banget lagi. Melviano melihat-lihat pernjual makanan dan menemukan semacam kafe. Lumayan lah, yang penting jangan makan yang bau seperti tadi pagi.
“Kai, ayok makan siang dulu.”
Kaila menggeleng kuat.
Saat ini keduanya sudah sampai depan pintu Monas. Melviano membayar ongkos taksi. Kaila sih ogah banget suruh bayar taksi, mahal.Mereka berdua masih saling diam-diaman menguarkan aura permusuhan yang sangat ketara sekali. Namun sebelum masuk ke dalam Monas. Kaila malahan mampir ke penjual rujak cingur yang terdapat di dalam area Monas.Melviano heran kenapa Kaila memilih makan di tempat seperti ini sih.“Mau makan lagi nggak?” tawar Kaila saat keduanya sudah duduk di bangku kantin.Kaila lebih memilih makan di kantin yang terdapat di Monas dari pada restoran atau kafe. Yang pasti harganya mahal dan itu bisa menguras kantong. Meski sudah dikasih atm bernominal sembilan ratus juta tetap saja jiwa miskin bergelayutan.Pesanan Kaila datang, Ia memesan rujak sama gorengan tempe. Pokoknya ini kalau dipadukan mantapnya luar biasa. Lidah MelMel saja yang somplak.“Itu makanan?” tanya Melviano menunjuk kearah pesanan Kaila.
Kaila tambah menangis saat dirinya direndahkan seperti ini. Melviano menciumnya dengan sangat kasar dan menuntut. Rasanya nggak enak, sakit. Beda dengan ciuman yang mereka lakukan waktu di kamar Kaila dulu begitu lembut.“BRENGSEK!!” teriak Kaila saat pagutan keduanya terlepas.Kaila menatap kecewa juga sakit. Ia tak pernah menyangka kalau Melviano akan berani melakukan ini. Kaila benci! Sangat benci!“Kai, maaf,” ucap Melviano sangat menyesal saat dirinya khilaf mencium Kaila barusan. Melviano nggak bermaksud melakukan itu tadi. Ia hanya terbawa emosi.“BAJINGAN.”“Maaf Kai.”“BRENGSEK.“Maaf Kai.”“SIALAN.”Kaila langsung terduduk luruh di bawah pohon palm. Ia menangis meraung-raung seperti waktu itu. Dan ini membuat Melviano bingung kembali. Karena ia merasa bersalah kali ini.“Kai maaf ya,” ucap Melviano yang ikut berjong
Setelah mendapat password wifi, Kaila langsung berselancar untuk membuka link drakor. Ia akan mendownload semua drakor, mumpung gratis yakan? Kaila terkikik geli melihat sikapnya sendiri.Kaila mendownload sampai jam dua belas malam. Aslinya mau sampai subuh tapi matanya nggak kuat. Ini begadang kedua menurut Kaila. Yang pertama waktu habis acara pengantin dan kedua sekarang gara-gara drakor. Duh sial gara-gara maniak drakor jadi begini dah.Kaila mulai menyelami alam bawah sadarnya. Namun sebelum benar-benar pulas ia langsung pergi ke kamar mandi dulu untuk membuang isi kandung kemih yang sudah menumpuk. Bisa gawat kalau ia sampai ngompol lagi. Bisa-bisa ditertawakan sama Melviano tujuh hari tujuh malam kalau ketahuan ngompol. Kaila juga bersyukur kalau kamar tidur ini dilengkapi kamar mandi dalam. Syukurlah.Setelah selesai semuanya, Kaila langsung kembali tidur dan siap memimpikan Ji Chang Wook yang badannya peluk-able banget.***Pagi-pagi seka
Saat ini Melviano sudah berganti pakaian yang lebih casual lagi. Ia memakai kacamata hitam untuk menghalau panasnya matahari.“Aku mau ke dufan dengan syarat, tidak naik bajaj. Harus pakai mobil pribadi.” Melviano mengajukan syarat dengan tegas. Lagian akibat merosot dari jok bajaj saja masih terasa sakit tulang ekornya.“Hahaha, kamu kalau bercanda suka lucu deh Mel, lagian siapa juga yang mau naik bajaj dari ujung Jakarta selatan ke ujung Jakarta utara begitu, yang ada tua di jalan nanti. Belum sampai dufan sudah jadi nenek-nenek pas sampai Monas.”Melviano yang mendengar itu pun langsung tertawa ngakak. Sumpah Kaila kalau ngelawak lucu banget, kayaknya ada bakat jadi anak stand up comedi.“Kenapa, Mel? Kesambet?” tanya Kaila heran melihat Melviano bisa ketawa ngakak kaya setan begitu.“Ehem, gak apa.” Melviano langsung menormalkan rahut wajahnya agar terlihat dingin dan misterius.Akhi
Saat ini Melviano sedang menatap nanar kereta api di depannya ini. Ia rasanya ingin mundur saja. Bukan gimana, tapi Melviano kasihan sama Kaila nanti kalau tergencet jadi gepeng gimana? Bisa berabe.“Kamu serius mau naik Kai?” tanya Melviano seperti tak percaya dengan pikiran Kaila saat ini.“Iya serius lah, makanya ayok cepat naik, keburu ditutup itu pintunya,” rengek Kaila mengajak Melviano agar mau menaiki KRL.“Jangan Kai, terlalu penuh itu,” tolak Melviano yang melihat penumpang saling genjet-genjetan.“Justru itu Mel, nanti kereta yang datang lagi makin penuh karena jam pulang kerja, belum nanti yang kerja di mal jam enam pada balik, lebih penuh lagi.” Kaila menjelaskan kalau KRL jam empat sampai sembilan itu memang penuh terus.Dengan terpaksa Kaila sudah masuk KRL dengan mendesak-desak agar bisa masuk. Tubuh Melviano yang gede membuat tergenjet depan pintu. Ia ingin mengejar Kaila yang sudah m
Kaila saat ini sedang menunggu Melviano mandi. Entah kenapa Melviano ini kalau mandi lama banget sumpah. Kaila yang notabennya perempuan saja sebentar doang mandinya. Intinya basah semua badan udah kelar, eh sabunan juga Cuma nggak lama seperti orang-orang. Kaila heran sama orang yang mandinya lama.Kaila memandang jam yang menunjukan pukul sepuluh malam. Bosan banget saat ini. Kaila pengin banget nonton bioskop tengah malam begini. Katanya sih enak kata teman-temannya yang sudah pernah merasakan. Lah jam segini aja Kaila sudah merasa ngantuk dan menguap berkali-kali. Duh payah banget.Dengan terpaksa Kaila menaiki ranjang untuk tidur. Ia membuang satu bantal ke bawah untuk Melviano tidur di sofa atau karpet saja.Saat ini Melviano keluar kamar mandi. Ia melihat Kaila sudah tertidur pulas. Melviano melihat bantal berada di lantai dan mengambilnya. Ia berjalan mendekat ke arah Kaila, tanpa sadar Melviano mengecup bibir Kaila singkat.“Ini bibir
Kaila saat ini sedang berada dalam pusat perbelanjaan daerah Cinere. Ia akan menuju hypermart untuk belanja makanan kesukaannya.Kaila mengambil troli dengan ukuran besar. Ia menunju ke rak bagian mie instan. Kaila mengambil mie instan berbagai rasa. Ia melanjutkan ke area bumbu-bumbu. Kaila mengambil salah satu barang dengan jumlah cukup banyak. Buat setok di California nanti.Hampir dua jam Kaila berbelanja, kini sekarang saatnya membayar ke kasir. Ia akan menggunakan atm yang diberikan oleh MelMel. Kalau dia tanya-tanya lagi buat apa, tinggal tunjukin saja semua belanjaan ini.Kaila kali ini memakai taksi yang sudah mengetem di depan parkiran mal. Kaila menunggu giliran mendapat taksi. Ia berdiri depan lobby mal sesuai antrian.Setelah mendapat taksi sesuai gilirannya sekarang Kaila langsung menuju rumahnya untuk memasukan semua makanan ini ke dalam koper. Setelah itu Kaila mau bertemu Debi sebentar, salam perpisahan gitu.Berhubung jarak dari C
Kaila mendengar suara berisik-berisik dari luar kamarnya saat ini. memang ada apa sih kenapa berisik banget. Kaila mencoba membuka matanya perlahan dan melihat arah jarum jam yang menunjukan pukul enam pagi. Ini masih pagi tadi kenapa ramai sekali di luar. Ada apa?Kaila juga melihat di bawah tidak ada Meli yang tertidur di karpet, di sampingnya juga tidak ada tadi. Ini seriusan Melviano marah kepadanya gara-gara diusir kemarin?Dengan langkah yang malas Kaila keluar kamar, ia melihat MelMel lagi sarapan bersama dengan keluarganya. Buset itu orang kapan pulangnya? Kenapa nggak dengar ya?“Eh Kai, mandi sana terus sarapan. Kamu mau berangkat ke luar negeri bangun kesiangan begitu.” Rania mengomel seperti biasa kalau Kaila bangun siang. Padahal ini baru jam enam biasanya juga bangun jam delapan kalau libur sekolah. Sekolah sih dulu bangun harus diseret dulu kakinya baru bisa melek.“Masih jam enam Mah, masih pagi,” jawab Kaila yang m
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud