Share

Bab 0003

“Mah ... Telepon Andra sama Ricko, ajak mereka makan malam di sini, ada yang mau Papa bicarakan sama mereka,” pinta Salim lembut kepada sang istri yang sedang bersamanya duduk di teras samping sambil meminun secangkir wedang jahe.

"Kenapa enggak Papa aja? Berantem lagi sama Andra?" Mery memicingkan matanya penuh selidik, pasalnya sang suami sering beradu argumen dengan keponakannya itu mengenai bisnis walau sekarang Andra telah mandiri membangun bisnisnya kembali dari nol.

Salim mengembalikan pandangannya ke depan dengan raut sendu.

"Pa... Andra itu sudah dewasa enggak bisa Papa atur paling Papa kasih saran, biar dia yang menentukan, Papa jangan paksa-paksa nanti dia enggak mau ketemu kita,” tambahnya lagi memberi saran.

Salim Gunadhya adalah adik dari Sonny Gunadhya-ayah kandung Andra, setelah kedua orang tua Andra meninggal, Salim dan Mery lah yang merawat Andra dan mengajarkan bisnis kepadanya.

Mery tidak bisa mempunyai anak sehingga Mery dan Salim sangat menyayangi Andra seperti anak mereka sendiri.

Mery meraih telepon genggam miliknya dari atas meja untuk menghubungi Andra.

"Hallo Andra sayang ….” Panggilan Mery langsung mendapat jawaban.

“Hari ini makan malam di rumah Tante ya! Jangan lupa ajak Ricko ... Tante kangen banget sama kalian berdua.” Mery berujar dengan nada manja.

"Oke Tante... Nanti Andra kesana sama Ricko,” sahut Andra datar kemudian memutuskan sambungan teleponnya lebih dulu.

Setelahnya Tante Merry menyimpan ponsel pintar tersebut diatas meja.

“Dingin sedingin gunung es.” Mery mengeluhkan sikap Andra sambil bangkit dari kursi.

"Mau kemana, Ma?" tanya Salim melantangkan suara.

"Masak!! Anak kesayanganku mau datang!" sahut Mery sedikit berteriak dari dalam rumah karena langkahnya sudah hampir tiba di dapur.

Beberapa jam kemudian terdengar suara bel pintu depan rumah berbunyi.

Ting …

Tong...

"Bi, tolong bukain pintu …,” titah Tante Mery yang saat ini sedang sibuk dengan spatula dan wajan.

"Baik Bu," kata Bi Inah, bergegas berlari menuju ruang tamu.

"Apa kabar Bi Inah sayang?" sapa Ricko memeluk Bi Inah dari samping dan wanita paruh baya itu meronta.

"Aduuuh... Tuan muda Ricko jangan kaya gini ah, Bibi jadi enggak enak hati." Bi Inah meronta melepas tangan Ricko dengan wajah merah padam.

Bi Inah selalu saja menjadi objek kejahilan Ricko bila pria itu berkunjung ke sini, tak heran Ricko bersikap seperti itu karena merasa bi Inah ikut andil dalam mengurusnya ketika dia kecil.

Ricko hanya tergelak melihat tingkah bi Inah, sedangkan Andra yang merasa risih melihat kelakuan Ricko lebih memilih terus melangkah masuk lebih dalam munuju ruang keluarga.

"Apa Kabar Om?” sapa Andra sekenanya begitu melihat Salim sedang sibuk mematuti layar MacBook diruang keluarga.

"Oh baik, kamu akhirnya datang … masih inget Om ya?" saut Salim bersarkasme.

Andra berlalu ke dapur mencari tantenya tanpa memperdulikan provokasi Salim, dia pikir percuma melawan orang tua.

"Halo Tante .…” Andra memeluk Tante kesayangannya lantas mencium kening beliau lembut.

Wanita sosialita yang memiliki wajah judes itu sebenarnya memiliki hati yang baik dan tulus walau sedikit cerewet, tapi Andra menyayanginya.

"Halo Sayang ... Kenapa udah lama enggak mampir kesini? Tante kangen kamu .…” Tante Mery berujar bersama pendar sendu di mata.

"Andra sibuk Tante ... Maaf ya." Andra menjawab datar, meraih sendok untuk mencicipi masakan Mery lalu duduk di kursi meja makan.

Bersamaan dengan itu Salim dan Ricko beriringan masuk ke ruang makan untuk makan malam bersama.

Sambil makan malam, mereka berbincang-bincang bertukar pikiran mengenai bisnis dan perusahaan namun Andra memilih mendengarkan dalam diam, Ricko yang banyak bicara.

Bila diperhatikan, Ricko lebih seperti keponakan Salim dan Mery, tapi sebetulnya Ricko hanya anak dari supir ayah Sonny yang sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Gunadhya semenjak ayah Ricko meninggal karena kecelakaan mobil.

Setelah makan malam, mereka duduk di taman belakang yang menyajikan pemandangan kolam ikan ditemani kue buatan Mery.

Taman yang luas dengan kolam ikan Koi yang besar itu memiliki beragam tanaman yang indah hingga terdapat pepohonan yang rindang membuat mereka betah berlama-lama disana.

"Andra, kemarin Om meeting dengan para klien, dan mereka menginginkan kamu segera menikah, karena kamu adalah pimpinan tertinggi AG Group, mereka beranggapan kalau kamu sukses memimpin keluarga maka kamu juga pasti sukses memimpin perusahaan. Mereka tidak mau melihat klien bisnisnya yang masih lajang pergi ke night club, mabuk- mabukan dan main perempuan enggak jelas ...." Salim menjeda kalimatnya sambil membenarkan posisi kacamata.

Sementara itu tegas Andra langsung mengetat karena tidak suka mendengar ucapan Salim.

"Cari lah istri, Nak … Om dan Tante pun ingin segera mempunyai menantu, sudah saatnya kamu menikah,” imbuh Salim dengan nada rendah.

Dalam hati Salim tidak ingin Andra membencinya karena berani mengatur tapi Salim hanya ingin yang terbaik untuk Andra.

"Apa hubungannya kehidupan pribadi Andra dengan kinerja Andra Om? Andra yang merintis bisnis ini dari nol lagi dan dalam tujuh tahun bisa berkembang hampir menyamai keberhasilan perusahan milik Om … sudah banyak klien yang puas dengan kinerja Andra, jika mereka tidak suka Andra yang memimpin perusahaan suruh mereka cari perusahaan lain saja untuk menjadi rekan bisnisnya!" Andra berseru penuh penekanan.

Salim dan Mery serta Ricko terkesiap tidak percaya Andra akan berkata seperti itu, Salim beranjak dari duduknya lantas pergi masuk ke dalam rumah.

Pria paruh baya yang hampir seluruh rambutnya memutih itu tidak mau melanjutkan pembicaraan karena tau Andra adalah anak keras kepala.

Di Umurnya yang sudah tua, Salim tidak ingin mendengar perkataan yang menyakiti hatinya.

Masih di taman itu, Mery meraih kemudian menggenggam tangan Andra.

"Andra sayang, om hanya ingin yang terbaik buat kamu ... dan om juga tau apa yang terbaik untuk kamu, kita ini adalah orang tua yang sudah lanjut usia, mungkin besok atau lusa kita meninggal semua kekayaan ini juga menjadi milik kamu, sayang ... jadi kita sedang mempersiapkan kamu untuk menjalankan dan menghadapi semuanya, tolonglah pertimbangkan permintaan om mu itu,” tutur Mery menatap penuh permohonan.

"Lagian yang main perempuan itu aku loh Tante … bukan Andra, Andra hanya ikut-ikutan aja," aku Ricko lalu tergelak menghangatkan suasana.

"Dasar kamu ya! Kamu juga kapan mau nikah? Keburu tua nanti enggak laku loh," ledek Mery disusul tawa renyah.

Mereka masih berbincang hingga beberapa menit kemudian Mery mengalihkan pembicaraan tidak ingin terlalu menekan keponakannya

Padahal Andra diam tampak termenung karena sedang mencerna perkataan om dan tantenya.

Setelah mereka puas berbincang-bincang, Andra dan Ricko pamit.

Dua pria bertubuh atletis itu pulang menggunakan mobil Ricko setelah sebelumnya Mery mengantar mereka hingga halaman depan.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
tri hi
bagus sih cuma byr y jg lumayan mahal...
goodnovel comment avatar
Rahmawati Adja
keren banget novelnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status