Tiba-tiba tangis Rena mereda karena tersadar kalau Ricko dan Andra sedang memperhatikannya dengan ekspresi bingung dan penuh khawatir. Selama Rena menangis, kedua pria tampan itu hanya bisa saling tatap tanpa bisa berkata-kata. "Maaf ... Pak Ricko, harus melihat saya seperti ini.” Suara Rena terde
Setelah mengantar tante Mery pulang ke rumahnya, Andra dan Ricko pamit untuk pergi ketempat Gym. Mobil mereka meluncur membelah jalanan Ibu Kota Jakarta yang sedikit lenggang di hari Minggu. Andra hanya terdiam, tatapan matanya fokus kedepan, mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan sedang meski
"Ada apa Rena? Kamu enggak apa-apa, kan?" Mia balik bertanya dengan nada cemas. "Mia, dua hari aku begadang … badan aku demam dan menggigil mungkin karena enggak terbiasa pulang pagi, bisa kamu gantikan aku menjadi resepsionis malam ini aja di Restoran? Nanti semua uang gaji selama tiga hari boleh
Setelah Brifing pagi, Rena kembali kemejanya dan bersiap untuk melakukan pelayanan. seperti hari-hari sebelumnya, Rena berjuang untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan membahagiakan kedua orang tua juga adik-adiknya. Hanya keluarganya yang ada dipikiran Rena, tidak pernah muluk keinginan gadi
Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai di kantor om Bimo, tadi malam Ricko dan Andra sudah berbicara dengan om Bimo melalui sambungan telepon membahas masalah kontrak pernikahan Andra dengan Rena sekaligus melakukan janji pertemuan untuk hari ini. Beberapa saat kemudian mereka tiba di kantor Om B
Setelah menurunkan Rena di pinggir jalan, Ricko bergegas kembali ke kantor untuk melaporkan hasil pertemuannya tadi dengan om Bimo dan Rena kepada Andra. Sepanjang jalan bibirnya seperti lupa bagaimana caranya berhenti tersenyum. Ricko yakin Rena bisa meluluhkan hati Andra karena sesungguhnya Rena
*Café Milan Jam menunjukan pukul tujuh, Ricko dan Andra sudah beberapa menit menunggu dan Andra mulai merasa kesal karena Rena masih belum terlihat batang hidungnya. Duduknya mulai gelisah karena tidak terbiasa menunggu. "Kemana perempuan itu?!" Andra bergumam raut masam. "Sebentaaaar ... kantor
Malam itu Rena kembali diantar pulang oleh Andra dan Ricko, sesampainya di depan gang kosan, Andra memarkirkan mobil untuk menurunkan Rena. "Terimakasih Pak Andra ... Terimakasih Pak Ricko,” ucap Rena sembari membuka pintu mobil lantas turun sebelum mendengar sahutan kedua pria tampan yang duduk di
Kepala Rena mendongak, ingin menatap wajah suami tampannya. Beberapa detik keduanya hanya saling menatap bersama senyum tipis. Kemudian kepala Andra menunduk untuk mengecup bibir Rena. “Jangan kaya gitu mukanya.” Andra yang kembali memeluk Rena pun memprotes dengan gumaman. “Gitu gimana?” Re
“Mamaaaaa ….” Zeline yang berteriak paling kencang, merentangkan kedua tangan berlari memburu sang mama yang baru pulang dari Singapura. “Sayang.” Rena melirih dengan mata berkaca-kaca, dia berlutut menggunakan kedua tangan terentang menunggu Zeline masuk ke dalam pelukan. Narendra juga bergerak
Malam itu mereka berkumpul di rumah Andra karena Edward memiliki sebuah informasi yang mungkin bisa membuat Rena kembali seperti dulu. Ibu dan Bapak pun ada di sana juga Aras dan Saras-istrinya. “Jadi gini, gue kenal seorang dokter Hipnoterapis yang bagus … gue udah ceritakan kondisi Rena sama d
Dari semenjak mimpi buruk dalam hidup Rena yang menyatakan bahwa dia harus kehilangan Nadine, Rena berjuang untuk tetap waras dan tidak terpuruk demi Nadhif. Merelakan itu tidak mudah, apalagi sesuatu yang sangat diinginkan dan dicintai. Anak-anaknya terutama Nadhif lah yang menguatkan Rena. S
“Kak … tolong selamatin Nadhif Kak, please … gunakan segala cara, aku mohon.” Rena berlinang air mata memohon kepada Edward. “Ren … aku enggak bisa janji apa-apa ya, tapi petugas medis di sini akan melakukan yang terbaik,” kata Edward menenangkan. Para petugas medis keluar masuk ruang operasi me
Andra dan Rena pernah mendapat cobaan dari segi materi yaitu ketika Andra harus menikahi Cynthia atas dasar wasiat sang ayah atau kehilangan perusahaan dan Andra memilih kehilangan perusahaan dari pada memadu istri yang sangat dia cintai, dia rela memberikan semua kerja kerasnya kepada Cynthia lalu
“Mama kapan pulang, Pa?” Zeline bertanya saat sang papa mengantarnya tidur. Sebenarnya Rena sudah diperbolehkan pulang dan bisa melakukan pemulihan di rumah tapi dia tidak ingin meninggalkan rumah sakit bila tidak membawa Nadhif sementara Nadhif belum bisa keluar dari NICU. “Sebentar lagi sayang
Meski salah satu anaknya tidak selamat, tapi Rena masih tetap bersyukur karena satu anaknya lagi masih bisa bertahan meski harus dirawat sementara waktu di NICU. Rena juga menyesal karena tidak bisa ikut memakamkan putrinya yang diberi nama Nadine Alysandra Gunadhya lantaran kondisinya belum stabi
“Mama … adik kangen.” Zeline yang naik ke ranjang hidrolik di mana sang mama tengah berbaring, memberikan pelukan erat. Sudah seminggu tidak bertemu sang mama yang dirawat di rumah sakit membuat Zeline bersedih. “Mama juga kangen sama adik.” Dan mendengar suara mama yang lirih, seketika Zeline