"Selamat siang Pak, saya Rena dari Bank BUMN, mau minta tanda tangan Pak Andra untuk permohonan payroll," ucap Rena diakhiri senyum manis.
Andra yang sedang fokus menatap layar laptop dan sesekali membaca sambil menandatangani berkas yang ada di tangannya hanya berucap, "Masuk!!! Duduk!!" Tanpa melihat kearah Rena.
Rena mengikuti perintah pria itu dengan duduk di sofa yang ada di tengah-tengah ruangan dan menunggu.
10 menit...
20 menit...
Rena masih sabar duduk menunggu sang Presdir tampan menyelesaikan hal yang sepertinya sangat penting sampai memerlukan perhatian lebih dari pria itu.
Sesekali Rena mencuri pandang kearah pria yang di mejanya terdapat papan nama bertuliskan Kallandra Arion Gunadhya, tapi pria dengan nama panggilan Andra itu seolah tenggelam dalam dunianya sendiri.
Sementara jam sudah menunjukan waktu makan siang, cacing dalam perut Rena mulai meronta minta diberi makan, tadi pagi Rena hanya sarapan susu dalam kemasan saja karena tidak ingin terlambat.
Keinginan terbesar Rena saat ini adalah berdehem untuk mengintrupsi mengambil alih perhatian sang Presdir, tapi aura yang terpancar dari wajah beliau begitu dingin dan kelam sampai Rena mengatur nafasnya agar tidak bersuara.
30 menit ….
45 menit ….
Entah sudah menit keberapa Rena lelah menghitung, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka diikuti masuknya sosok pria yang tidak kalah tampan dengan Andra menyapa Rena sangat ramah.
"Hai Nona manis, sedang apakah gerangan Anda berada di singgasana tuan muda Andra?”
Mata Rena mengerjap beberapa kali, kesempatannya terbuka lebar untuk memberitahu Andra bahwa dia adalah makhluk kasat mata yang menapak di bumi ini dan sedari tadi berada satu ruangan dengannya.
“Perkenalkan ... saya Ricko, Direktur Pemasaran," sapa Ricko sambil menyodorkan tangannya.
"Saya Rena dari Bank BUMN, saya mau meminta tanda tangan pak Andra untuk permohonan Payroll di Bank Kami," jawab Rena sambil menjabat tangan Ricko dengan senyum yang juga tidak kalah ramah.
Andra teperanjat, ia lupa sedari tadi ada gadis cantik yang menemainya di ruangan itu.
"Kenapa dari tadi kamu diam saja?! Bawa ke sini berkas yang harus saya tanda tangan.” seru Andra seraya mengernyitkan dahi.
Tatapan pria itu begitu dalam hingga nyaris membuat Rena tenggelam.
Rena berjalan menghampiri Andra perlahan dengan perasaan dongkol meski begitu tetap berusaha keras berekspresi seramah mungkin tidak lupa melengkungkan senyum di bibirnya.
Berdiri di samping Andra dengan jarak cukup dekat membuat Rena bisa mencium aroma parfum maskulin yang menguar dari tubuh si Presdir dingin dan mampu membuat jantung Rena berdetak kencang.
"Apa aku terlalu dekat?" batin Rena bertanya lalu mundur sedikit memberi jarak setelah memberikan aplikasi yang harus Andra tanda tangani.
Setelah sang Presdir selesai menandatangani form yang diberikan Rena maka selesai juga lah tugas si Bankir cantik itu, Rena pamit undur diri kepada Ricko dan Andra.
"Hey Nona manis, punya permen?" panggil Ricko setengah berteriak karena Rena sudah hampir sampai di depan pintu membuat gadis itu menghentikan langkah kemudian berbalik.
"Heu ... Enggak punya, Pak …,” balas Rena polos dan bingung kenapa seorang Direktur pemasaran menanyakan permen padanya.
"Kalau nomor handphone punya?" teriak Ricko lagi dengan senyum sejuta harap dan mata penuh binar.
Sekarang Rena tahu maksud pria Direktur Pemasaran itu, Rena memberikan senyum penuh maklum sebagai jawaban kemudian membungkukan sedikit tubuh lalu berjalan mundur sambil menutup pintu ruangan bertuliskan Presiden Direktur.
Cukup sering Rena mendapat godaan receh seperti itu, dan dirinya tidak memiliki kewajiban untuk memberikan nomor ponsel, berharap seulas senyum yang tadi dia berikan bisa membuat sang Direktur Pemasaran mengerti.
"Lo tuh ya, setiap cewek lo godain minta nomor handphone lah minta no rekening lah ... Sampe office girl di kantor om Salim aja lo deketin!" seru Andra ketus.
"Yaaa ... namanya juga usaha keluar dari zona jomblo! Memangnya elo!" balas Ricko sambil berlalu hendak meninggalkan ruangan Andra.
Tapi sebelum langkah panjang Ricko sampai ke pintu, Andra melangkahkan kakinya melantangkan suara dari kursi kebesarannya.
"Hey, ngapain lo ke sini tadi?" suara kencang itu mampu menghentikan langkah Ricko.
Tentu saja Andra bertanya karena Ricko datang lantas pergi tanpa mengutarakan apa keperluannya.
"Barusan Santi bilang, ada cewek cantik udah satu jam di ruangan lo belum keluar juga, gue cuma mau mastiin itu cewek enggak kenapa-kenapa," jawab Ricko santai kemudian melengos keluar tidak lupa menutup pintu ruangan sahabat yang merangkap sebagai bosnya.
"Sialan ...," gumam Andra mengumpat dan entah kenapa ujung bibirnya tertarik membuat sebuah lengkung senyum.
***
Sesampainya di kantor, Rena langsung menyerahkan semua berkas dan aplikasi yang baru saja ia bawa dari kantor AG Group kepada Pak Rudi-kepala cabangnya.
“Makasih ya Ren, istirahat dulu sana!” kata Pak Rudi yang tampak senang karena berhasil memenuhi salah satu target Cabang.
“Baik, Pak.” Rena keluar dari ruangan Pak Rudi.
Rena mempercepat langkah sembari memegang perutnya yang mengerut karena lapar menuju kantin di belakang gedung kantor.
Sesampainya di kantin Rena memesan makanan kesukaanya lalu duduk di sudut kantin, berharap tidak ada yang mengganggu karena kali ini ia akan berkonsentrasi melahap makanan mengisi perut.
Tapi kecantikan paras Rena membuat setiap orang selalu ingin menyapa dan berbincang dengannya.
Beberapa menit setelah Rena duduk, Dio dari bagian prioritas ikut duduk pula di depannya.
"Makan apa Ren?" tanya Dio basa-basi.
"Tuuh, pesen lotek sama tempe mendoan," saut Rena sambil mengendikan dagu kearah makanan yang baru saja tersaji di atas meja.
Sebenarnya Rena sedang malas bicara tapi tidak bisa mengusir Dio karena lelaki itu begitu baik padanya maka akhirnya mereka berdua berbincang sembari makan siang.
Rena bercerita tentang keluh kesahnya hari ini mulai dari nasabah prioritas yang marah-marah tadi pagi dan Presdir tampan yang sudah membuatnya menunggu lama.
“Enggak apa-apa, Ren … tapi ‘kan berhasil dapet payroll hari ini.” Dio memberi semangat.
“Iya sih!” Rena bergumam dan bergegas melanjutkan makan siangnya karena dia harus gantian dengan Mia yang belum istirahat.
Bank BUMN di mana Rena bekerja kebetulan tidak menerapkan sistem tutup Cabang sementara selama istirahat jam makan siang jadi bagian front Liner harus bergantian untuk istirahat, sholat dan makan.