"Hahh..., Mas, aku sudah ngantuk," ucap Kyana.
"Ya sudah, kamu pergilah tidur duluan, aku sebentar lagi nyusul."
Kyana yang mengenakan daster kini melangkah masuk kamar. Tama melihat istrinya, dia sepertinya bosan dan merasa tidak tertarik dengan ajakannya.
Tama kembali bersandar, dia merasa sudah tidak sabar menunggu hari esok, untuk mulai bekerja dan jumpa lagi dengan Bu Welas, seorang wanita yang sangat baik hati dan penolong.
"Bu Welas...!" ucap Tama sambil membayangkan wajah cantiknya.
Saat asiknya berhayal, tiba-tiba dia teringat saat masih di SMA. Memory otaknya, kini mengingat bahwa dia pernah melihat Welas.
"Yups, benar-benar. Aku pernah melihat Welas, saat ada perlombaan Bidang Study antar sekolah."
Tama, sudah yakin, dia sudah jelas mengingat kapan dan dimana dia pernah melihat Welas. Tama tersenyum sendiri, dia menggelengkan kepalanya mengingat hal tersebut.
Tama sudah merasa ngantuk. Kini masuk kamar dan mengambil tempat di samping Kyana. Kyana masih tahu suaminya datang. Seperti biasanya, dia selalu minta dipeluk suami, setiap kali tidur bersama.
Tangan Kyana, lebih dahulu memeluk suaminya. Dia berharap agar suaminya membalas pelukannya saat tidur bersama.
Tama mengambil tangan Kyana dari pinggangnya. Dia meletakkannya kembali ke bantal Kyana. Kyana sontak membuka matanya, dia seakan tidak terima bila suaminya menolak pelukannya.
"Mas Tama, aku ingin tidur dengan pelukan kamu Mas," ucap Kyana manja.
"Aku capek Kyana, aku sekarang pengen istirahat sendiri dan jangan diganggu," jawab Tama.
Hati Kyana saat itu seakan tersayat. Dia sedih dengan ucapan suaminya tiba-tiba berubah pada malam itu. Kyana mencoba sabar, dia sedikit menerima alasan Tama, yang merasa capek pada malam itu.
Malam semakin larut, Tama dan Kyana sudah tertidur lelap. Zya masih menghayal di kamar sebelah, sudah tidak sabar untuk menerima cuan dari Welas.
"Kringg...,"
Alarm ponsel jadul milik Tama, kini terdengar. Sebelum tidur, Tama sengaja mengaturnya agar dia tidak terlambat untuk pergi kerja ke Perusahaan Welas. Tama melihat istrinya masih tertidur dengan rambut kusut dan acak-acakan. Perasaan muak dan bosan membuat dia tidak mau membangunkannya, malah langsung pergi ke sumur di belakang rumah untuk mandi secepatnya.
Kyana sudah bangun, kini baru sadar suaminya sudah tidak disampingnya lagi. Dia melihat ke dapur dan mendengar suaminya sudah mandi di sumur belakang rumah.
"Ya Tuhan, aku sudah terlambat, aku tidak sadar kalau hari ini Mas Tama sudah mulai masuk kerja," ucap Kyana.
Zya mendengar suara piring, klentang-klenting, kini bangun dan keluar dari kamar. Zya melihat kakak iparnya sedang sibuk masak, kini lebih memilih duduk di ruang tamu sambil menghayal.
Tama sudah mandi dan berpakaian rapi, kini keluar dari dalam kamar. Stelan jas dengan dasi coklat menambah penampilan Tama, menjadi lebih gagah, tampan dan berwibawa.
Kyana melihat suaminya keluar dengan penampilan yang jauh berbeda dari biasanya, Kyana kini pangling dan hampir tidak percaya. Kyana menampar pipinya, untuk memastikan apakah yang dilihatnya nyata ataukah mimpi belaka.
"Auww...,"
Kyana menjerit sendiri karena merasa sakit dengan tamparannya. Dia sadar kalau penampilan suaminya itu adalah nyata.
"Mas Tama, Mas dapat baju bagus seperti ini, darimana?" tanya Kyana.
Tama tersenyum, dia merasa hebat dengan perubahannya yang sekarang jauh berubah. Tama tidak menjawab pertanyaan istrinya, dia melihat ke meja makan dan mengerutkan keningnya.
"Mas Tama, sarapan dulu ya!"
"Enggak ah.. aku sarapannya nanti saja di luar," jawab Tama.
"Tapi Mas..,"
"Aku harus cepat, jadi aku buru-buru mengejar waktu. Belum lagi jalanan macet, aku kesana kan, naik ojek."
Kyana hanya diam, meskipun merasa sakit hati, dia tetap mencoba menerima alasan yang dikatakan oleh suaminya. Zya yang mendengar pembicaraan keduanya, kini malah datang dan ikut ambil alih seakan jadi kompor gas, bagi Kyana.
"Mas Tama buru-buru bukan karena jalanan macet, kok. Dia pasti buru-buru, karena pengen cepat jumpa sama Non Welas, bukan?"
Tama melihat ke arah Zya, Kyana memilih untuk kembali ke dapur dan membiarkan suaminya pergi begitu saja. Tama tidak perduli dengan istrinya yang terlihat cemburu, dia malah mengambil tas, dan secepatnya berangkat kerja.
Setelah Tama pergi, kini Zya berencana membuat kakak iparnya bertambah cemburu. Zya yang duduk di meja makan, kini masuk ke dapur melihat kakak iparnya mencuci piring kotor.
"Mbak Kyana sebentar lagi akan dikalahkan oleh Non Welas, lebih baik Mbak Kyana sekarang mundur, daripada makin sakit hati bila suami Mbak, direbut orang," ucap Zya.
Kyana memandang wajah Zya, mukanya merah dengan kata-kata yang terucap dari mulut adik iparnya.
"Kenapa Mbak melihatku seperti itu? Apa Mbak marah? Atau tidak yakin dengan apa yang aku katakan?" sindir Zya.
"Zya, kamu bicara apa?" Jangan-jangan kamu dalang dari semua ini," jawab Kyana.
"Ihh.. aku bicara benar, kok. Kenapa Mbak Kyana jadi menyalahkan aku?"
Hmmmm... Kyana menghela nalas yang panjang, dia menggelengkan kepalanya melihat adik iparnya sampai hati berkata demikian.
Melihat kakak iparnya terdiam, Zya malah tersenyum sinis, karena merasa benci pada Kyana. Zya keluar dari dapur, dia melihat sebuah sapu tangan terletak di lantai rumah. Kyana yang datang karena ingin menjemur kain, kini melihat Zya mengambil saputangan yang terletak di lantai.
"Saputangan siapa Zya?" tanya Kyana.
"Wahhh.. satu kesempatan lagi untuk membuat wanita ini sakit hati," bathin Zya.
"Oh..., ini ada saputangan Non Welas, mungkin terjatuh dari kantong Mas Tama," ucap Zya.
Kyana melihat saputangan yang diambil Zya, persis dengan saputangan yang dia lihat di kantong suaminya. Rasa cemburunya jadi nyata dan bertambah yakin kalau yang dikatakan Zya, memang benar.
"Apa Mbak belum yakin dengan apa yang aku katakan?" ucap Zya.
Kyana masuk ke dalam kamar. Dia merasa sepertinya ada yang lain dibalik semua yang telah terjadi."Hmmm..baru tahu kamu, kyana. Tidak lama lagi, kamu akan segera ditinggalkan oleh Mas Tama," bathin Zya.Tama masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya terlentang tidur sambil melamun."Kamu kenapa Kyana? Sepertinya kamu tidak suka dengan penampilan aku yang sekarang? Apa kamu tidak mau bila aku mempunyai pekerjaan bagus yang akan membuat kamu akan merasakannya juga," ucap Tama Kyana masih saja diam. Dia tidak mau menjawab pertanyaan dari Tama."Kyana, apa kamu sudah bisu? Kamu pikir aku ini radio rusak, yang asal ngomong tanpa ada pendengar?"Kyana melihat wajah Tama. Dia terkejut mendengar ungkapan kasar Tama yang baru hari itu dia dengar dari mulut Tama."Tama, kamu bilang apa? Semenjak kamu berjumpa dengan wanita yang bernama Welas itu, kamu kelihatannya banyak perubahan," jawab Kyana."Oh.. kamu cemburu?" " Tidak..!""Kamu tidak usah cemburu. Aku bisa berubah seperti ini karena ba
Hari pertama kerja, Welas masih terlihat seperti biasa saja. Begitu juga dengan Tama, dia seperti karyawan lainnya yang mengerjakan pekerjaan sebagaimana mestinya."Hahhh..hari pertama bekerja yang menyenangkan," ucap Tama Sore hari telah tiba, kini saatnya Tama pulang dari kantor barunya. Welas yang tidak tega melihat Tama harus menaiki Ojek, kini menyuruh sopir Perusahaan untuk mengantar Tama hingga sampai ke rumahnya."Welas, merupakan wanita terbaik yang pernah aku jumpai," bathin Tama. Khayalannya tinggi saat berada di dalam mobil .Tama mengarahkan jalan yang akan mereka lalui kepada sopir. Terlihat begitu ada rasa tidak nyaman bagi Tama, melihat wajah bengis dari sopir tersebut."Kenapa pandangannya jadi sinis begitu, ya? bathin Tama.Dia berusaha diam. Besok dia berencana akan mengatakan sikap sopir tersebut pada Welas, selaku Bos besarnya.Tama sudah sampai di rumahnya. laksana seorang pebisnis, Tama keluar dari mobil Mercy dan berjalan ke dalam rumah. Tama melihat suasana
"Kyana, aku berangkat kerja, ya!"Kyana hanya diam. Dia tidak menjawab ucapan dari suaminya. Sembari melangkah, Tama melihat Kyana dengan muka yang sangat asam."Kyana, apa kamu tidak mendengar ucapanku? Aku heran deh, melihat kamu yang selalu diam dan marah tanpa alasan." "Kyana, kamu itu kenapa, sih? Apa kamu tidak suka bila aku tinggal di rumah ini?"Tama melangkah keluar dan berangkat kerja. Dia dijemput oleh mobil kantor yang sudah menunggunya di depan rumah."Ayo, Pak!" Ucap Tama sembari masuk ke dalam mobil.Sepanjang perjalanan, Tama melihat sopir tersebut tetap saja diam dan seakan tidak suka dengan Tama, mulai dari pertama kali bekerja.Aku heran deh, melihat sopir ini. Kenapa dari semalam dia begitu terlihat tidak suka dengan aku," bathin Tama..Seperti biasa, Welas sudah lebih dahulu sampai di kantor. Dia menunggu kedatangan Tama di depan pintu."Hahhh..itu dia lelaki pujaanku sudah datang," bathin Welas.Sembari turun dari mobil, Tama terlihat di dekati oleh Welas sembar
Muntahan lahar hangat kini mengalir di paha mulus milik Welas. Dia yang baru saja merasakan sentuhan kenikmatan, kini sangat puas dengan semuanya. Walaupun ada rasa sedikit nyeri di bagian bawah tubuhnya, dia bahagia dengan kenikmatan yang luar biasa tersebut. Welas melihat Tama tertunduk. Dia yakin, pasti Tama sangat malu dengan hal yang baru saja terjadi. Sebagai penyemangat bagi Tama, Welas datang mendekati Tama."Tama, aku sangat bahagia dengan apa yang baru saja kamu lakukan padaku," ucapnya."Benarkah, Bu Welas? Tama sengaja melihat Welas dengan ucapannya."Benar Tama. Mulai sekarang,aku ingin kamu memanggil aku dengan Welas saja. Aku tidak mau kalau kamu itu memanggilku dengan sebutan Bu Welas."Tama tertunduk. Dia tidak yakin dengan ucapan Welas yang banyak mengandung arti lain dari Welas. Tama berpikir, Tama sadar kalau Welas juga sudah menanam rasa pada dirinya."Welas, bagaimana dengan semua ini? Bukankah kamu tahu, kalau aku telah punya istri?""Bagiku itu tidaklah jadi m
"Aku akan lebih memilih uang Dua Milyar, dibanding dengan Kyana, yang sama sekali tidak akan membawa untung bagiku. Perduli amat sama mas Tama. Dia lebih baik aku buat dekat dengan Welas, yang sangat cantik dan jauh lebih menguntungkan."Gepokan uang Milyaran, kini telah terlihat jelas dalam khayalan Zya. Dia berencana akan datang untuk tinggal di rumah saudaranya dan pamit pada sang Ibu, dengan tujuan untuk mencari pekerjaan di kota.Zya, yang merasa ingin bicara pada Ibunya, kini keluar dari kamar dan masuk ke ruang dapur.Potongan tahu dan ikan yang kini hampir siap dimasak, membuat Zya duduk dan melihat semua racikan bumbu yang sengaja di ulek oleh Ibunya."Kamu sudah lapar Zya?" tanya Bu Sanah.Zya hanya diam cuek, sambil memandangi semua masakan yang membosankan diatas meja. Rasa bosan yang ada dalam pikirannya membuat dia lebih bersemangat untuk merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan dengan hadiah yang akan dia dapatkan dari Welas.
Welas mengajak Zya untuk duduk di sebuah Cafe. Dia sengaja menyuap Zya dengan banyak makanan yang sudah terhidang di meja."Ayo Zya, sekarang kamu makan saja sepuasmu!" Welas tersenyum dan berpikir yakin kalau Zya akan jadi suruhan terbaiknya untuk menjalankan rencananya. "Bagaimana Zya, apa kamu suka dengan menunya? tanya Welas. "Iya, aku bahkan baru pertama kali menikmati makanan selezat ini," jawab Zya.Welas makin bahagia, dia puas melihat dan mendengar jawaban Zya. Welas hanya melihat betapa lahapnya Zya dalam menikmati makanan tersebut.Makanan kini ludes, Zya bahkan tidak bisa lagi bergerak karena sudah kekenyangan. Zya bersandar sambil mengelus-elus perutnya yang sudah terisi penuh. "Zya, aku ingin bantuan kamu. Apa kamu bersedia? Tanya Welas."Siap Non Welas, untuk Non Welas, apa sih yang tidak bisa aku kerjakan," jawab Zya."Zya, bukankah sekarang ini, Tama hanya bekerja serabutan? tanya Welas."Iya benar, Non Welas. Memangnya kenapa? Tanya Zya.'Mantap, ini kesempatan ya
Malam mulai larut, Welas masih belum bisa tertidur juga. Welas masih saja terbayang pada Tama, lelaki yang diam-diam dicintainya.'Kalau saja aku lebih dahulu mengenal Tama daripada Kyana, aku yakin Tama akan lebih memilihku untuk jadi pasangan hidupnya,' bathin Welas. "Welas, panggil Bu Eka datang mendekat ke kamar Welas.""Eh..Mama," jawab Welas sambil tersenyum dan memeluk Bu Eka."Sayang, kamu kenapa belum tidur? Inikan sudah mulai larut," ucap Bu Eka."Entahlah Ma, semenjak sore tadi, aku masih saja teringat pada Tama, "jawab Welas."Tama...?""Bukankah Tama adalah orang yang dulu kamu sukai? Lantas, kamu kenapa masih suka pada dia? Diakan sudah menikah," ucap Bu Eka.Welas tersenyum, dia ingin berbagi berita bahagia pada Mamanya. "Kamu kenapa jadi senyum sendiri Welas?" tanya Bu Eka."Mama, semenjak aku pertama kali melihat Tama, jujur, sampai saat ini hatiku tidak bisa berpaling darinya. Bahkan sekarang, aku telah membuat satu rencana agar Tama bisa lebih dekat denganku. Kemu
Welas membawa Tama ke salah satu salon ternama. Dia mengajak Tama masuk dan menyuruh pihak salon untuk make over,Tama agar terlihat lebih gagah dan menawan.Welas juga memilih baju-baju yang akan dipakai oleh Tama, Demi Tama, lelaki pujaannya, Welas tidak berpikir untuk mengeluarkan gojek yang banyak agar Tama lebih menarik perhatian lagi. "Ayo Pak, kita masuk ke dalam ruangan!" ucap Karyawan salon tersebut.Segala alat dan juga perlengkapan digunakan agar mendapatkan hasil yang sempurna. Welas hanya menunggu dan sudah tidak sabar dengan hasil Make over,Tama tersebut."Aku yakin, sebentar lagi Tama yang dulu akan berubah dan akan lebih tampan dari sebelummya," bathin Welas.Kurang lebih satu jam, Tama keluar dari ruang Make over. Alangkah terkejutnya, Welas melihat penampilann Tama yang luar biasa."Wahhh..., Penampilan kamu jauh berubah Tama," ucap Welas.Tama yang penasaran, kini melihat dirinya di cermin yang ada di ruang tersebut. Tama juga heran dan bingung atas perubahan diriny
Muntahan lahar hangat kini mengalir di paha mulus milik Welas. Dia yang baru saja merasakan sentuhan kenikmatan, kini sangat puas dengan semuanya. Walaupun ada rasa sedikit nyeri di bagian bawah tubuhnya, dia bahagia dengan kenikmatan yang luar biasa tersebut. Welas melihat Tama tertunduk. Dia yakin, pasti Tama sangat malu dengan hal yang baru saja terjadi. Sebagai penyemangat bagi Tama, Welas datang mendekati Tama."Tama, aku sangat bahagia dengan apa yang baru saja kamu lakukan padaku," ucapnya."Benarkah, Bu Welas? Tama sengaja melihat Welas dengan ucapannya."Benar Tama. Mulai sekarang,aku ingin kamu memanggil aku dengan Welas saja. Aku tidak mau kalau kamu itu memanggilku dengan sebutan Bu Welas."Tama tertunduk. Dia tidak yakin dengan ucapan Welas yang banyak mengandung arti lain dari Welas. Tama berpikir, Tama sadar kalau Welas juga sudah menanam rasa pada dirinya."Welas, bagaimana dengan semua ini? Bukankah kamu tahu, kalau aku telah punya istri?""Bagiku itu tidaklah jadi m
"Kyana, aku berangkat kerja, ya!"Kyana hanya diam. Dia tidak menjawab ucapan dari suaminya. Sembari melangkah, Tama melihat Kyana dengan muka yang sangat asam."Kyana, apa kamu tidak mendengar ucapanku? Aku heran deh, melihat kamu yang selalu diam dan marah tanpa alasan." "Kyana, kamu itu kenapa, sih? Apa kamu tidak suka bila aku tinggal di rumah ini?"Tama melangkah keluar dan berangkat kerja. Dia dijemput oleh mobil kantor yang sudah menunggunya di depan rumah."Ayo, Pak!" Ucap Tama sembari masuk ke dalam mobil.Sepanjang perjalanan, Tama melihat sopir tersebut tetap saja diam dan seakan tidak suka dengan Tama, mulai dari pertama kali bekerja.Aku heran deh, melihat sopir ini. Kenapa dari semalam dia begitu terlihat tidak suka dengan aku," bathin Tama..Seperti biasa, Welas sudah lebih dahulu sampai di kantor. Dia menunggu kedatangan Tama di depan pintu."Hahhh..itu dia lelaki pujaanku sudah datang," bathin Welas.Sembari turun dari mobil, Tama terlihat di dekati oleh Welas sembar
Hari pertama kerja, Welas masih terlihat seperti biasa saja. Begitu juga dengan Tama, dia seperti karyawan lainnya yang mengerjakan pekerjaan sebagaimana mestinya."Hahhh..hari pertama bekerja yang menyenangkan," ucap Tama Sore hari telah tiba, kini saatnya Tama pulang dari kantor barunya. Welas yang tidak tega melihat Tama harus menaiki Ojek, kini menyuruh sopir Perusahaan untuk mengantar Tama hingga sampai ke rumahnya."Welas, merupakan wanita terbaik yang pernah aku jumpai," bathin Tama. Khayalannya tinggi saat berada di dalam mobil .Tama mengarahkan jalan yang akan mereka lalui kepada sopir. Terlihat begitu ada rasa tidak nyaman bagi Tama, melihat wajah bengis dari sopir tersebut."Kenapa pandangannya jadi sinis begitu, ya? bathin Tama.Dia berusaha diam. Besok dia berencana akan mengatakan sikap sopir tersebut pada Welas, selaku Bos besarnya.Tama sudah sampai di rumahnya. laksana seorang pebisnis, Tama keluar dari mobil Mercy dan berjalan ke dalam rumah. Tama melihat suasana
Kyana masuk ke dalam kamar. Dia merasa sepertinya ada yang lain dibalik semua yang telah terjadi."Hmmm..baru tahu kamu, kyana. Tidak lama lagi, kamu akan segera ditinggalkan oleh Mas Tama," bathin Zya.Tama masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya terlentang tidur sambil melamun."Kamu kenapa Kyana? Sepertinya kamu tidak suka dengan penampilan aku yang sekarang? Apa kamu tidak mau bila aku mempunyai pekerjaan bagus yang akan membuat kamu akan merasakannya juga," ucap Tama Kyana masih saja diam. Dia tidak mau menjawab pertanyaan dari Tama."Kyana, apa kamu sudah bisu? Kamu pikir aku ini radio rusak, yang asal ngomong tanpa ada pendengar?"Kyana melihat wajah Tama. Dia terkejut mendengar ungkapan kasar Tama yang baru hari itu dia dengar dari mulut Tama."Tama, kamu bilang apa? Semenjak kamu berjumpa dengan wanita yang bernama Welas itu, kamu kelihatannya banyak perubahan," jawab Kyana."Oh.. kamu cemburu?" " Tidak..!""Kamu tidak usah cemburu. Aku bisa berubah seperti ini karena ba
"Hahh..., Mas, aku sudah ngantuk," ucap Kyana."Ya sudah, kamu pergilah tidur duluan, aku sebentar lagi nyusul."Kyana yang mengenakan daster kini melangkah masuk kamar. Tama melihat istrinya, dia sepertinya bosan dan merasa tidak tertarik dengan ajakannya.Tama kembali bersandar, dia merasa sudah tidak sabar menunggu hari esok, untuk mulai bekerja dan jumpa lagi dengan Bu Welas, seorang wanita yang sangat baik hati dan penolong. "Bu Welas...!" ucap Tama sambil membayangkan wajah cantiknya.Saat asiknya berhayal, tiba-tiba dia teringat saat masih di SMA. Memory otaknya, kini mengingat bahwa dia pernah melihat Welas."Yups, benar-benar. Aku pernah melihat Welas, saat ada perlombaan Bidang Study antar sekolah."Tama, sudah yakin, dia sudah jelas mengingat kapan dan dimana dia pernah melihat Welas. Tama tersenyum sendiri, dia menggelengkan kepalanya mengingat hal tersebut.Tama sudah merasa ngantuk. Kini masuk kamar dan mengambil tempat di samping Kyana. Kyana masih tahu suaminya datang
Welas membawa Tama ke salah satu salon ternama. Dia mengajak Tama masuk dan menyuruh pihak salon untuk make over,Tama agar terlihat lebih gagah dan menawan.Welas juga memilih baju-baju yang akan dipakai oleh Tama, Demi Tama, lelaki pujaannya, Welas tidak berpikir untuk mengeluarkan gojek yang banyak agar Tama lebih menarik perhatian lagi. "Ayo Pak, kita masuk ke dalam ruangan!" ucap Karyawan salon tersebut.Segala alat dan juga perlengkapan digunakan agar mendapatkan hasil yang sempurna. Welas hanya menunggu dan sudah tidak sabar dengan hasil Make over,Tama tersebut."Aku yakin, sebentar lagi Tama yang dulu akan berubah dan akan lebih tampan dari sebelummya," bathin Welas.Kurang lebih satu jam, Tama keluar dari ruang Make over. Alangkah terkejutnya, Welas melihat penampilann Tama yang luar biasa."Wahhh..., Penampilan kamu jauh berubah Tama," ucap Welas.Tama yang penasaran, kini melihat dirinya di cermin yang ada di ruang tersebut. Tama juga heran dan bingung atas perubahan diriny
Malam mulai larut, Welas masih belum bisa tertidur juga. Welas masih saja terbayang pada Tama, lelaki yang diam-diam dicintainya.'Kalau saja aku lebih dahulu mengenal Tama daripada Kyana, aku yakin Tama akan lebih memilihku untuk jadi pasangan hidupnya,' bathin Welas. "Welas, panggil Bu Eka datang mendekat ke kamar Welas.""Eh..Mama," jawab Welas sambil tersenyum dan memeluk Bu Eka."Sayang, kamu kenapa belum tidur? Inikan sudah mulai larut," ucap Bu Eka."Entahlah Ma, semenjak sore tadi, aku masih saja teringat pada Tama, "jawab Welas."Tama...?""Bukankah Tama adalah orang yang dulu kamu sukai? Lantas, kamu kenapa masih suka pada dia? Diakan sudah menikah," ucap Bu Eka.Welas tersenyum, dia ingin berbagi berita bahagia pada Mamanya. "Kamu kenapa jadi senyum sendiri Welas?" tanya Bu Eka."Mama, semenjak aku pertama kali melihat Tama, jujur, sampai saat ini hatiku tidak bisa berpaling darinya. Bahkan sekarang, aku telah membuat satu rencana agar Tama bisa lebih dekat denganku. Kemu
Welas mengajak Zya untuk duduk di sebuah Cafe. Dia sengaja menyuap Zya dengan banyak makanan yang sudah terhidang di meja."Ayo Zya, sekarang kamu makan saja sepuasmu!" Welas tersenyum dan berpikir yakin kalau Zya akan jadi suruhan terbaiknya untuk menjalankan rencananya. "Bagaimana Zya, apa kamu suka dengan menunya? tanya Welas. "Iya, aku bahkan baru pertama kali menikmati makanan selezat ini," jawab Zya.Welas makin bahagia, dia puas melihat dan mendengar jawaban Zya. Welas hanya melihat betapa lahapnya Zya dalam menikmati makanan tersebut.Makanan kini ludes, Zya bahkan tidak bisa lagi bergerak karena sudah kekenyangan. Zya bersandar sambil mengelus-elus perutnya yang sudah terisi penuh. "Zya, aku ingin bantuan kamu. Apa kamu bersedia? Tanya Welas."Siap Non Welas, untuk Non Welas, apa sih yang tidak bisa aku kerjakan," jawab Zya."Zya, bukankah sekarang ini, Tama hanya bekerja serabutan? tanya Welas."Iya benar, Non Welas. Memangnya kenapa? Tanya Zya.'Mantap, ini kesempatan ya
"Aku akan lebih memilih uang Dua Milyar, dibanding dengan Kyana, yang sama sekali tidak akan membawa untung bagiku. Perduli amat sama mas Tama. Dia lebih baik aku buat dekat dengan Welas, yang sangat cantik dan jauh lebih menguntungkan."Gepokan uang Milyaran, kini telah terlihat jelas dalam khayalan Zya. Dia berencana akan datang untuk tinggal di rumah saudaranya dan pamit pada sang Ibu, dengan tujuan untuk mencari pekerjaan di kota.Zya, yang merasa ingin bicara pada Ibunya, kini keluar dari kamar dan masuk ke ruang dapur.Potongan tahu dan ikan yang kini hampir siap dimasak, membuat Zya duduk dan melihat semua racikan bumbu yang sengaja di ulek oleh Ibunya."Kamu sudah lapar Zya?" tanya Bu Sanah.Zya hanya diam cuek, sambil memandangi semua masakan yang membosankan diatas meja. Rasa bosan yang ada dalam pikirannya membuat dia lebih bersemangat untuk merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan dengan hadiah yang akan dia dapatkan dari Welas.