Share

Curhat

Malam mulai larut, Welas masih belum bisa tertidur juga. Welas masih saja terbayang pada Tama, lelaki yang diam-diam dicintainya.

'Kalau saja aku lebih dahulu mengenal Tama daripada Kyana, aku yakin Tama akan lebih memilihku untuk jadi pasangan hidupnya,' bathin Welas. 

"Welas, panggil Bu Eka datang mendekat ke kamar Welas."

"Eh..Mama," jawab Welas sambil tersenyum dan memeluk Bu Eka.

"Sayang, kamu kenapa belum tidur? Inikan sudah mulai larut," ucap Bu Eka.

"Entahlah Ma, semenjak sore tadi, aku masih saja teringat pada Tama, "jawab Welas.

"Tama...?"

"Bukankah Tama adalah orang yang dulu kamu sukai? Lantas, kamu kenapa masih suka pada dia? Diakan sudah menikah," ucap Bu Eka.

Welas tersenyum, dia ingin berbagi berita bahagia pada Mamanya. 

"Kamu kenapa jadi senyum sendiri Welas?" tanya Bu Eka.

"Mama, semenjak aku pertama kali melihat Tama, jujur, sampai saat ini hatiku tidak bisa berpaling darinya. Bahkan sekarang, aku telah membuat satu rencana agar Tama bisa lebih dekat denganku. Kemungkinan bisa jadi Tama akan menjadi suamiku," ucap Welas.

"Welas, kamu ngomong apa sih? Tama itu sudah menikah. Kamu tidak boleh jadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Apalagi ingin berencana merebut Tama dari istrinya," jawab Bu Eka.

"Akhh..perduli amat sama istrinya, selagi Tama mau, kenapa tidak Ma?" ucap Welas.

Bu Eka menggelengkan kepala. Dia tidak bisa melarang kehendak dari putri semata wayangnya. Apalagi, dia sudah jelas tahu, Welas sangat mencintai Tama. Dia tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada putrinya, apabila dia melarang kehendaknya.

"Apa rencana kamu Welas? Cerita pada mama!" 

"Mama penasaran ya?" 

"Iya sayang, mama juga ingin tahu sejauh mana kamu melangkah. Mama tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada kamu sayang," ucap Bu Eka.

"Mama, besok aku menyuruh adik kandungnya yang bernama Zya, untuk datang ke kantor bersama Tama. Aku sengaja mengundangnya agar dia bisa bekerja di perusahaan kita Ma," ucap Welas.

"Apa kamu yakin, dia mau datang sayang?"

"Sudah pasti Ma, aku tahu Tama sekarang sering pengangguran dan bekerja serabutan. Kasihan Tama, bila harus kehilangan ketampanannya hanya karena pekerjaannya yang serabutan, Ma." jawab Welas.

"Hmmmm..kasihan juga Tama," balas Bu Eka.

"Iya Ma, seharusnya Welas yang jadi istrinya, agar masa depannya cerah."

******

Keesokan harinya, Zya bangun lebih cepat dari biasanya. Zya sudah tidak sabar ingin mengantar Tama berjumpa dengan Welas, agar mendapatkan cuan yang banyak.

"Mas Tama....!" 

Suara itu terdengar melengking, dari arah kamar Zya. Tama dan Istrinya sontak bangun dan keluar dari kamarnya.

"Ada apa Zya? Kenapa Shubuh begini, kamu berteriak memanggil Mas Tama?" tanya Kyana, kakak iparnya.

"Inikan sudah pagi. Aku dan Mas Tama mau pergi ke tempat yang susah dijanjikan dengan sahabatku, kan? Makanya aku teriak membangunkannya.

"Iya Zya, tapi tidak harus secepat inikan?"

"Alahhh...kalian aja yang suka malas-malasan. Bangun juga lama, mau dapat rejeki darimana coba? Yang ada rejeki kalian duluan di patok ayam," sindir Zya.

Tama dan istrinya saling berpandangan. Mereka hanya diam dan tidak mau memperbesar masalah. Dari dulu, mereka sudah tahu sifat asli Zya, yang ingin menang sendiri di setiap masalah.

"Ya sudah Mas Tama, sekarang Mas pergi mandi dan berkemas. Aku akan ke dapur, menyiapkan sarapan pagi untuk kita," ucap Kyana.

Tama melihat wajah Kyana. Dia kasihan dan tahu benar kalau Kyana merasa terpaksa. Namun untuk memperindah suasana, Tama terpaksa menerima kelakuan Zya, di rumahnya.

"Mampus kamu Kyana, kalau saja kamu bukan istri Mas Tama, mungkin Mas Tama, tidak akan menderita seperti ini," bathin Zya.

"Kyana, apa kamu sudah menyiapkan sarapan kita sayang?" tanya Tama dari ruang tamu.

"Iya Mas, ayo buruan ajak Zya! Nanti kalian terlambat lagi," ucap Kyana.

"Ayo Zya, kita sarapan pagi dulu!" ajak Tama.

Zya berdiri dari kursi rotan yang ada di ruang tamu. Dia berjalan mengikuti Tama menuju meja makan.

"Hahh..kita sarapan hanya pakai lontong sayur doang? Tidak...aku tidak mau sarapan akh, yang ada perutku bakalan mulas, bila harus sarapan seperti ini," sindir Zya.

Kyana tertunduk. Dia merasa sakit hati dengan ucapan Zya, saat itu. Tama kasihan melihat istrinya. Karena masih ada keinginan, dia hanya diam dan menatap Kyana duduk tertunduk.

"Buruan dong Mas Tama! Makan pakai lontong sayur saja, lamanya satu bulan." 

Tama langsung minum. Dia berhenti sarapan dan pamit pada istrinya. Dengan mengenakan pakaian yang lusuh, Tama mengikuti Zya, dari belakang.

*****

Saat turun dari Taxi, Tama melihat seorang wanita cantik, datang menyambut kedatangan mereka. Dengan tersenyum ramah, wanita tersebut menyapa keduanya.

"Pagi, Zya."

"Pagi, Tama." 

Tama langsung menatap dan bingung, kenapa wanita itu bisa tahu namanya. Saat melihat wanita itu, tiba-tiba hatinya merasa berkata kalau wanita itu pernah dia lihat.

"Sepertinya aku pernah melihat wanita ini, tapi dimana ya?"

Sambil berjalan masuk ke dalam Resto, Tama masih saja berpikir, dimana dia pernah melihat wanita cantik tersebut.

"Silahkan! Aku telah memesan semuanya untuk menyambut kedatangan kalian," ucap Welas.

Zya dan Tama, melihat ada banyak makanan dan Juice terhidang di atas meja. Tama yang merasa berkepentingan, merasa janggal dengan sambutan tersebut.

"Seharusnya aku yang menyambut seperti ini, tapi kenapa jadi terbalik ya?" bathin Tama. 

"Oh iya, kita belum saling kenal bukan? Nah, kenalin, namaku Welas," sambil menyodorkan tangannya pada Tama.

"Namaku Tama, Bu Welas," jawab Tama.

"Oke, kita lanjut aja. Tama, bagaimana menurut kamu tawaran yang aku katakan melalui Zya? Apakah kamu setuju?"

"Iya, Bu Welas. Kebetulan aku belum punya pekerjaan tetap. Selama ini aku menafkahi istriku, hanya dengan bekerja serabutan," jawab Tama.

Mendengar kata istri, Welas terlihat sedikit kesal. Namun, dia tetap tersenyum, karena Tama berhasil masuk dalam perangkapnya.

"Baiklah Tama, mulai besok pagi, kamu bisa datang ke kantorku dan bekerja untukku. Kamu jangan khawatir, apabila pekerjaanmu bagus, aku tidak akan berpikir dua kali memberikan gaji yang fantastis buat kamu," ucap Welas.

" Tapi...?"

"Tapi apa Bu Welas? tanya Tama.

"Maaf, bukannya aku bermaksut menyinggung. Kalau bisa, untuk penampilan kamu besok, aku harap jangan seperti ini." 

Tama melihat baju dan celana yang dipakainya. Dia sadar, kalau pakaiannya itu memang tidak wajar bila dikenakan untuk bekerja di perusahaan ternama milik Welas.

Zya geram dan malu melihat penampilan Tama. Dia juga berpikir, apa Tama ada uang untuk membeli pakaian yang pantas digunakan untuk bekerja di perusahaan itu.

Welas, sepertinya tahu dengan masalah yang ada di hati keduanya. Dia langsung mengambil jalan keluar, karena dia tahu Tama pasti tidak punya biaya untuk Make Over semua penampilannya.

"Zya, aku tahu masalah kalian saat ini. Sekarang, kamu tunggu saja di taman resto. Aku akan membawa Tama untuk belanja kebutuhan dan Make Over semuanya." 

"Tapi...?"

"Tapi apa Tama?" tanya Welas.

"Bu Welas, kenapa Zya tidak ikut?"

"Untuk mempersingkat waktu, Zya tidak usah ikut. Dia lebih baik menunggu di taman Resto ini," ucap Welas sambil mengedipkan matanya pada Zya.

"Yess..berhasil," bathin Zya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status