Welas mengajak Zya untuk duduk di sebuah Cafe. Dia sengaja menyuap Zya dengan banyak makanan yang sudah terhidang di meja.
"Ayo Zya, sekarang kamu makan saja sepuasmu!" Welas tersenyum dan berpikir yakin kalau Zya akan jadi suruhan terbaiknya untuk menjalankan rencananya.
"Bagaimana Zya, apa kamu suka dengan menunya? tanya Welas.
"Iya, aku bahkan baru pertama kali menikmati makanan selezat ini," jawab Zya.
Welas makin bahagia, dia puas melihat dan mendengar jawaban Zya. Welas hanya melihat betapa lahapnya Zya dalam menikmati makanan tersebut.
Makanan kini ludes, Zya bahkan tidak bisa lagi bergerak karena sudah kekenyangan. Zya bersandar sambil mengelus-elus perutnya yang sudah terisi penuh.
"Zya, aku ingin bantuan kamu. Apa kamu bersedia? Tanya Welas.
"Siap Non Welas, untuk Non Welas, apa sih yang tidak bisa aku kerjakan," jawab Zya.
"Zya, bukankah sekarang ini, Tama hanya bekerja serabutan? tanya Welas.
"Iya benar, Non Welas. Memangnya kenapa? Tanya Zya.
'Mantap, ini kesempatan yang bagus bagiku untuk bisa lebih dekat dengan Tama,' bathin Welas.
Welas senyum sendiri, dia tidak sadar kalau sikapnya telah diperhatikan oleh Zya. Zya mencoba mengayunkan telapak tangannya, tapi Welas sama sekali belum sadar juga.
'Non Welas, kenapa ya? Kelihatannya dia bahagia,' bathin Zya.
Zya mencoba menyadarkan Welas dari lamunannya. Dia menepuk bahu Welas dengan perlahan.
"Non Welas," ucap Zya.
"I _ Iya Zya," jawab Welas, tersipu malu.
"Oh iya Zya, sampai dimana pembicaraan kita tadi?" Tanya Welas.
"Non Welas tadi bertanya tentang pekerjaan mas Tama, memangnya kenapa Non?"
"Besok kamu harus ke rumah Tama, kamu harus membawa berita bagus buat dia. Kamu katakan saja, sebuah perusahaan sedang mencari karyawan. Bagi yang berminat,lamaran harus dibuat dengan secepatnya. Apabila lolos, karyawan tersebut akan mendapat gaji yang lumayan setiap bulannya."
"Memangnya perusahaan mana yang membuka lowongan kerja, Non Welas?" Tanya Zya.
"Aduh, Zya. Sudah jelaslah perusahaan tempat aku bekerja." Itukan perusahaan Papaku. Kamukan tahu sendiri, dengan dia bekerja disana, tentunya aku akan mempunyai banyak waktu untuk lebih dekat dengannya. Bukankah itu rencana kita dari awal, Zya?
"Oh iya benar, Non Welas." Aku akan kesana besok pagi. Aku akan mengatakan berita ini pada Mas Tama. Non Welas tenang saja, semuanya akan berjalan sesuai rencana. Selagi usaha sesuai dengan bayaran, aku yakin, Non Welas akan mendapatkan Mas Tama sepenuhnya dan wanita sial itu akan tersisih untuk selamanya.
Welas dan Zya saling berpandangan. Mereka saling tertawa dengan rencana mereka untuk mendapatkan Tama.
******
"Bu, Ibu dimana?" tanya Zya?
"Ada apa Zya, kenapa kamu memanggil Ibu?"
"Ibu, sekarang aku akan berangkat ke rumah Mas Tama," ucap Zya.
"Kamu mau ke rumah Tama? Tanya Ibunya.
"Iya Bu, aku akan kesana dan ingin mencari pekerjaan di sana." Jawab Zya.
"Baiklah Zya, Ibu harap kamu bisa berperilaku baik di rumah Tama, agar keluarga mereka tidak terganggu dengan kehadiranmu, Zya."
"Iya Bu, kalau begitu Zya berangkat sekarang."
Zya keluar dari rumah tersebut, sebuah tas dan satu kotak kecil, dibawa oleh Zya naik angkot.
******
Setelah berada di depan kontrakan Tama. Kini Zya turun dan melihat suasana sunyi seakan tidak berpenghuni.
"Mas Tama...!" ucap Zya.
Tama dan istrinya mendengar suara yang memanggil dari luar. Tama langsung berdiri dan melihat siapa yang datang.
"Kamu Zya," ucap Tama.
"Iya Mas," jawab Zya sambil mencium tangan Tama dan Kakak iparnya.
"Ayo masuk! ajak Tama sambil membawa tas Zya.
Ketiganya duduk di kursi rotan yang ada di ruang tamu. Zya memandang sekeliling ruang tamu rumah kontrakan Tama.
"Hahh..tidak ada yang menarik perhatian, seharusnya Mas Tama lebih memilih Non Welas, agar kehidupannya dikelilingi dengan barang-barang elit, enggak seperti hidup dengan wanita ini." bathin Zya.
"Apa kamu sudah makan, Zya? Tanya Kyana, Kakak iparnya.
"Sudah Mbak, aku sudah makan di rumah tadi" jawab Zya.
Zya yang sudah dapat perintah dari Welas, kini merasa tidak sabar untuk mengatakan berita yang dibawanya.
"Mas Tama, apakah Mas sudah memiliki pekerjaan yang tetap?" tanya Zya.
"Hahhh...entahlah Zya, cari pekerjaan sekarang susah. Mas hanya bekerja serabutan, yang penting bisa dapat uang untuk kebutuhan," jawab Tama.
"Justru karena itulah, aku datang. Aku ke sini ingin memberitahukan pada Mas Tama, sekarang lagi ada penerimaan kerja di sebuah perusahaan besar. Dimana penghasilannya cukup lumayan Mas Tama." Bagaimana Mas, apakah Mas tertarik dengan apa yang aku katakan?"
"Wahhh sepertinya itu merupakan kabar bagus buat kita Mas," ucap Kyana.
"Benarkah apa yang kamu katakan, Zya?" Tanya Tama.
"Iya Mas, kebetulan aku kenal dengan salah satu karyawan yang kedudukannya sangat berbobot untuk membantu agar Mas Tama,bisa masuk ke perusahaan tersebut.Tapi sebelumnya kita harus menjumpai beliau terlebih dahulu," ucap Zya.
"Wahhh kalau begitu Mas mau, Zya. lantas apa syarat yang dia katakan untuk bisa melamar disana?" Tanya Tama.
"Sebentar Mas, aku punya brosur yang dapat Mas baca untuk menyusun semua perlengkapan syarat lamaran."
Zya mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya. Zya memberikan kertas tersebut pada Tama.Tama melihat dan membaca kertas yang diberikan Zya. Dia kemudian tersenyum bahagia dengan isinya.
"Bagaimana Mas?" Apa Mas tertarik dengan kabar itu?
"Wahhh tentu saja Zya, kalau begitu kapan kita bisa bertemu dengan kenalan kamu itu?"
"Oke,Mas. Nanti aku akan coba hubungi dia terlebih dahulu. Aku akan menanyakan kapan dia ada waktu yang tepat buat bertemu dengan kita."
"Baiklah Zya, Mas berterimakasih sekali pada kamu yang telah bersedia memberikan informasi tentang lowongan kerja ini."
Kyana sangat bahagia. Dengan berita tersebut, dia berpikir sebentar lagi suaminya akan mempunya pekerjaan yang layak dan bisa membuat keluarga mereka lebih sejahtera.
Zya melihat Tama dan istrinya sangat bahagia, dia puas karena tahap awal dari rencananya berjalan mulus. Zya percaya, dalam waktu yang singkat rumah tangga Tama dan Kyana akan berantakan.
"Hahhhh, sempurna pekerjaan yang kamu berikan padaku Non Welas, sebentar lagi Mas Tama yang kamu ingin, akan jadi pasangan kamu untuk selamanya. Aku juga akan menyingkirkan Kyana dari samping Mas Tama," bathin Zya.
"Mas, aku masuk sebentar ke kamar ya! Aku capek dan gerah. Aku ingin mandi dulu. Nanti setelah aku siap mandi, aku akan mencoba menghubungi temanku tersebut, untuk menanyakan kapan waktu yang tepat untuk Mas Tama bisa berjumpa dengan dia.
Zya langsung berdiri, dia berjalan masuk dan istirahat di kamar tamu. Lagi-lagi Zya, melihat sekeliling, dia merasa muak dengan semua barang rongsokan yang membosankan matanya.
"Hahhh, kalau saja barang rongsokan ini ditukar dengan barang mewah, tentu saja aku akan lebih merasa betah untuk tinggal lebih lama di rumah ini," bathin Zya.
"Kring,"
Zya mendengar bunyi ponselnya. Dia melihat ada panggilan dari Welas.
"Wahhh, baru saja ingin menghubungi Non Welas, eh.. malah sudah dihubungi duluan," bathin Zya.
"Hallo,"
"Iya Hallo, Non Welas," ucap Zya.
"Zya, apakah kamu sudah mengatakan semuanya pada Tama?"
"Iya Non, sebentar lagi rencana Non akan berhasil, besok aku dan Tama akan datang ke tempat biasa untuk bertemu langsung dengan Non Welas," jawab Zya.
"Bagus Zya, satu pekerjaan yang bagus. Aku senang bisa bekerjasama dengan kamu," ucap Welas.
Malam mulai larut, Welas masih belum bisa tertidur juga. Welas masih saja terbayang pada Tama, lelaki yang diam-diam dicintainya.'Kalau saja aku lebih dahulu mengenal Tama daripada Kyana, aku yakin Tama akan lebih memilihku untuk jadi pasangan hidupnya,' bathin Welas. "Welas, panggil Bu Eka datang mendekat ke kamar Welas.""Eh..Mama," jawab Welas sambil tersenyum dan memeluk Bu Eka."Sayang, kamu kenapa belum tidur? Inikan sudah mulai larut," ucap Bu Eka."Entahlah Ma, semenjak sore tadi, aku masih saja teringat pada Tama, "jawab Welas."Tama...?""Bukankah Tama adalah orang yang dulu kamu sukai? Lantas, kamu kenapa masih suka pada dia? Diakan sudah menikah," ucap Bu Eka.Welas tersenyum, dia ingin berbagi berita bahagia pada Mamanya. "Kamu kenapa jadi senyum sendiri Welas?" tanya Bu Eka."Mama, semenjak aku pertama kali melihat Tama, jujur, sampai saat ini hatiku tidak bisa berpaling darinya. Bahkan sekarang, aku telah membuat satu rencana agar Tama bisa lebih dekat denganku. Kemu
Welas membawa Tama ke salah satu salon ternama. Dia mengajak Tama masuk dan menyuruh pihak salon untuk make over,Tama agar terlihat lebih gagah dan menawan.Welas juga memilih baju-baju yang akan dipakai oleh Tama, Demi Tama, lelaki pujaannya, Welas tidak berpikir untuk mengeluarkan gojek yang banyak agar Tama lebih menarik perhatian lagi. "Ayo Pak, kita masuk ke dalam ruangan!" ucap Karyawan salon tersebut.Segala alat dan juga perlengkapan digunakan agar mendapatkan hasil yang sempurna. Welas hanya menunggu dan sudah tidak sabar dengan hasil Make over,Tama tersebut."Aku yakin, sebentar lagi Tama yang dulu akan berubah dan akan lebih tampan dari sebelummya," bathin Welas.Kurang lebih satu jam, Tama keluar dari ruang Make over. Alangkah terkejutnya, Welas melihat penampilann Tama yang luar biasa."Wahhh..., Penampilan kamu jauh berubah Tama," ucap Welas.Tama yang penasaran, kini melihat dirinya di cermin yang ada di ruang tersebut. Tama juga heran dan bingung atas perubahan diriny
"Hahh..., Mas, aku sudah ngantuk," ucap Kyana."Ya sudah, kamu pergilah tidur duluan, aku sebentar lagi nyusul."Kyana yang mengenakan daster kini melangkah masuk kamar. Tama melihat istrinya, dia sepertinya bosan dan merasa tidak tertarik dengan ajakannya.Tama kembali bersandar, dia merasa sudah tidak sabar menunggu hari esok, untuk mulai bekerja dan jumpa lagi dengan Bu Welas, seorang wanita yang sangat baik hati dan penolong. "Bu Welas...!" ucap Tama sambil membayangkan wajah cantiknya.Saat asiknya berhayal, tiba-tiba dia teringat saat masih di SMA. Memory otaknya, kini mengingat bahwa dia pernah melihat Welas."Yups, benar-benar. Aku pernah melihat Welas, saat ada perlombaan Bidang Study antar sekolah."Tama, sudah yakin, dia sudah jelas mengingat kapan dan dimana dia pernah melihat Welas. Tama tersenyum sendiri, dia menggelengkan kepalanya mengingat hal tersebut.Tama sudah merasa ngantuk. Kini masuk kamar dan mengambil tempat di samping Kyana. Kyana masih tahu suaminya datang
Kyana masuk ke dalam kamar. Dia merasa sepertinya ada yang lain dibalik semua yang telah terjadi."Hmmm..baru tahu kamu, kyana. Tidak lama lagi, kamu akan segera ditinggalkan oleh Mas Tama," bathin Zya.Tama masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya terlentang tidur sambil melamun."Kamu kenapa Kyana? Sepertinya kamu tidak suka dengan penampilan aku yang sekarang? Apa kamu tidak mau bila aku mempunyai pekerjaan bagus yang akan membuat kamu akan merasakannya juga," ucap Tama Kyana masih saja diam. Dia tidak mau menjawab pertanyaan dari Tama."Kyana, apa kamu sudah bisu? Kamu pikir aku ini radio rusak, yang asal ngomong tanpa ada pendengar?"Kyana melihat wajah Tama. Dia terkejut mendengar ungkapan kasar Tama yang baru hari itu dia dengar dari mulut Tama."Tama, kamu bilang apa? Semenjak kamu berjumpa dengan wanita yang bernama Welas itu, kamu kelihatannya banyak perubahan," jawab Kyana."Oh.. kamu cemburu?" " Tidak..!""Kamu tidak usah cemburu. Aku bisa berubah seperti ini karena ba
Hari pertama kerja, Welas masih terlihat seperti biasa saja. Begitu juga dengan Tama, dia seperti karyawan lainnya yang mengerjakan pekerjaan sebagaimana mestinya."Hahhh..hari pertama bekerja yang menyenangkan," ucap Tama Sore hari telah tiba, kini saatnya Tama pulang dari kantor barunya. Welas yang tidak tega melihat Tama harus menaiki Ojek, kini menyuruh sopir Perusahaan untuk mengantar Tama hingga sampai ke rumahnya."Welas, merupakan wanita terbaik yang pernah aku jumpai," bathin Tama. Khayalannya tinggi saat berada di dalam mobil .Tama mengarahkan jalan yang akan mereka lalui kepada sopir. Terlihat begitu ada rasa tidak nyaman bagi Tama, melihat wajah bengis dari sopir tersebut."Kenapa pandangannya jadi sinis begitu, ya? bathin Tama.Dia berusaha diam. Besok dia berencana akan mengatakan sikap sopir tersebut pada Welas, selaku Bos besarnya.Tama sudah sampai di rumahnya. laksana seorang pebisnis, Tama keluar dari mobil Mercy dan berjalan ke dalam rumah. Tama melihat suasana
"Kyana, aku berangkat kerja, ya!"Kyana hanya diam. Dia tidak menjawab ucapan dari suaminya. Sembari melangkah, Tama melihat Kyana dengan muka yang sangat asam."Kyana, apa kamu tidak mendengar ucapanku? Aku heran deh, melihat kamu yang selalu diam dan marah tanpa alasan." "Kyana, kamu itu kenapa, sih? Apa kamu tidak suka bila aku tinggal di rumah ini?"Tama melangkah keluar dan berangkat kerja. Dia dijemput oleh mobil kantor yang sudah menunggunya di depan rumah."Ayo, Pak!" Ucap Tama sembari masuk ke dalam mobil.Sepanjang perjalanan, Tama melihat sopir tersebut tetap saja diam dan seakan tidak suka dengan Tama, mulai dari pertama kali bekerja.Aku heran deh, melihat sopir ini. Kenapa dari semalam dia begitu terlihat tidak suka dengan aku," bathin Tama..Seperti biasa, Welas sudah lebih dahulu sampai di kantor. Dia menunggu kedatangan Tama di depan pintu."Hahhh..itu dia lelaki pujaanku sudah datang," bathin Welas.Sembari turun dari mobil, Tama terlihat di dekati oleh Welas sembar
Muntahan lahar hangat kini mengalir di paha mulus milik Welas. Dia yang baru saja merasakan sentuhan kenikmatan, kini sangat puas dengan semuanya. Walaupun ada rasa sedikit nyeri di bagian bawah tubuhnya, dia bahagia dengan kenikmatan yang luar biasa tersebut. Welas melihat Tama tertunduk. Dia yakin, pasti Tama sangat malu dengan hal yang baru saja terjadi. Sebagai penyemangat bagi Tama, Welas datang mendekati Tama."Tama, aku sangat bahagia dengan apa yang baru saja kamu lakukan padaku," ucapnya."Benarkah, Bu Welas? Tama sengaja melihat Welas dengan ucapannya."Benar Tama. Mulai sekarang,aku ingin kamu memanggil aku dengan Welas saja. Aku tidak mau kalau kamu itu memanggilku dengan sebutan Bu Welas."Tama tertunduk. Dia tidak yakin dengan ucapan Welas yang banyak mengandung arti lain dari Welas. Tama berpikir, Tama sadar kalau Welas juga sudah menanam rasa pada dirinya."Welas, bagaimana dengan semua ini? Bukankah kamu tahu, kalau aku telah punya istri?""Bagiku itu tidaklah jadi m
"Aku akan lebih memilih uang Dua Milyar, dibanding dengan Kyana, yang sama sekali tidak akan membawa untung bagiku. Perduli amat sama mas Tama. Dia lebih baik aku buat dekat dengan Welas, yang sangat cantik dan jauh lebih menguntungkan."Gepokan uang Milyaran, kini telah terlihat jelas dalam khayalan Zya. Dia berencana akan datang untuk tinggal di rumah saudaranya dan pamit pada sang Ibu, dengan tujuan untuk mencari pekerjaan di kota.Zya, yang merasa ingin bicara pada Ibunya, kini keluar dari kamar dan masuk ke ruang dapur.Potongan tahu dan ikan yang kini hampir siap dimasak, membuat Zya duduk dan melihat semua racikan bumbu yang sengaja di ulek oleh Ibunya."Kamu sudah lapar Zya?" tanya Bu Sanah.Zya hanya diam cuek, sambil memandangi semua masakan yang membosankan diatas meja. Rasa bosan yang ada dalam pikirannya membuat dia lebih bersemangat untuk merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan dengan hadiah yang akan dia dapatkan dari Welas.