Welas membawa Tama ke salah satu salon ternama. Dia mengajak Tama masuk dan menyuruh pihak salon untuk make over,Tama agar terlihat lebih gagah dan menawan.
Welas juga memilih baju-baju yang akan dipakai oleh Tama, Demi Tama, lelaki pujaannya, Welas tidak berpikir untuk mengeluarkan gojek yang banyak agar Tama lebih menarik perhatian lagi.
"Ayo Pak, kita masuk ke dalam ruangan!" ucap Karyawan salon tersebut.
Segala alat dan juga perlengkapan digunakan agar mendapatkan hasil yang sempurna. Welas hanya menunggu dan sudah tidak sabar dengan hasil Make over,Tama tersebut.
"Aku yakin, sebentar lagi Tama yang dulu akan berubah dan akan lebih tampan dari sebelummya," bathin Welas.
Kurang lebih satu jam, Tama keluar dari ruang Make over. Alangkah terkejutnya, Welas melihat penampilann Tama yang luar biasa.
"Wahhh..., Penampilan kamu jauh berubah Tama," ucap Welas.
Tama yang penasaran, kini melihat dirinya di cermin yang ada di ruang tersebut. Tama juga heran dan bingung atas perubahan dirinya. Dia yang tadi kelihatan lusuh, kini menjadi gagah dan berwibawa.
"Bagaimana Tama, apa kamu suka?"
"Terimakasih Bu Welas, Ibu Telah banyak berbuat kebaikan untukku," ucap Tama.
"Oke, sekarang kita pulang, Tama. Kasihan, Zya. Dia pasti sudah bosan menunggu kita di taman tersebut," ucap Welas.
"Iya, Tama. Ayo sekarang kita berangkat!"
Welas dan Tama berangkat balik ke restaurant tempat Zya. Selama perjalanan, Welas sangat sering mencuri pandang pada Tama. Penampilan Tama saat itu, sangat menarik perhatian dan sangat wajar bila Welas merasa tertarik pada Tama.
Mobil terus bergerak, tidak terasa mereka telah sampai ke tempat Zya. Saat mau turun dari mobil, Welas sengaja menaruh sapu tangan ke kantong Tama. Tama yang terburu-buru, tidak mengetahui tentang hal yang dilakukan oleh Welas.
"Hai..Zya," ucap Welas.
"Hai..Non Welas," jawab Zya.
"Zya, coba kamu lihat bagaimana sekarang penampilan Tama!"
Zya melihat Tama turun dari mobil, alangkah terlejutnya dia melihat penampilan Tama yang jauh berubah dari biasanya
"Mas Tama," ucap Zya
"Zya, kamu kenapa segitunya sih melihat Mas? Memangnya ada apa?" tanya Tama
"Mas Tama, sekarang Mas Tama bukanlah Tama yang dulu. Mas sekarang jauh berbeda dan sangat tanpan," ucap Zya.
"He..he..he..," jawab Tama dengan senyum dan sedikit malu.
"Mas Tama, kamu ucapin terimakasih dong pada Non Welas. Dialah orang yang bersedia mengubah Mas sampai glowing seperti ini,"
"Sudahlah, kalian sekarang lebih baik pulang saja! Ingat besok kamu harus cepat datang untuk bekerja perdana Tama," ucap Welas.
"Baiklah Non Welas, terimakasih atas semuanya, sekarang kami akan pulang dulu."
"Tama, untuk kali ini kamu pulanglah naik Taxi! besok aku akan memberikan kamu satu unit mobil perusahaan agar bisa kamu gunakan sebagai transport kamu bekerja setiap hari,"
"Wahhh... Bu Welas baik sekali," ucap Tama
"Hmmm," Welas tersenyum, dalam hatinya dia hanya memasang perangkap untuk mendapatkan Tama, lelaki idolanya
Beberapa saat kemudian,Tama dan Zya telah sampai di ru.ah kontrakan Tama. Keduanya turun dari dalam taxi dan berjalan ke arah pintu
"Kyana...!"
Tama memanggil istrinya yang sedang berada di dalam rumah. Zya mengintip dari jendela, karena penasaran kenapa kakak iparnya belum juga datang membuka pintu.
"Kyana, kemana ya?" ucap Tama.
Tama mendorong pintu, tapi masih saja tidak bisa dibuka olehnya. Kyana datang dari rumah tetangga, dia baru saja siap mengerjakan cuci setrika sebagai pekerjaan tambahan untuk membantu suaminya mencari biaya hidup.
Kyana melihat dan tidak mengenali Tama yang sedang berdiri bersama Zya. kyana, mendekat dan sangat terkejut melihat penampilan suaminya yang jauh berubah.
"Mas Tama..!"
Tama menatap wajah istrinya, dia sedikit bingung kenapa istrinya jadi melihat wajahnya dengan penuh tanda tanya.
"Mbak Kyana, bingung ya?" Ini semua karena kebaikan Non Welas, orang yang menyuruh Mas Tama untuk bekerja di Perusahaannya.
Entah kenapa, saat itu perasaan Kyana tidak enak, sepertinya ada sesuatu yang janggal saat Zya berkata demikian. Mata Kyana terus saja memandangi suaminya yang sudah kelihatan berubah. Dia sedikitpun tidak merasa bahagia dengan penampilan Tama yang sekarang.
"Mana kunci rumah?" tanya Tama.
Kyana langsung membuka pintu rumah tersebut. Zya hanya senyum sinis karena melihat kakak iparnya tidak suka dengan penampilan Tama.Tama, kyana dan Zya, kini langsung masuk. Tama yang merasa gerah, kini membuka stelan jas yang sedang dia pakai.
"Kyana, tolong kamu taruh jas ini, di kamar. Besok aku akan pakai lagi untuk berangkat kerja ke Perusahaan Bu Welas."
Kyana hanya diam, dia menerima jas tersebut dari tangan Tama. Kyana membawa jas dan menggantungmya di dalam lemari. Saat ingin menggantung jas tersebut, tiba-tiba dia melihat kain yang berwarna pink ada di dalam kantong jas Tama.
"Apa ini?" ucap Kyana.
Dia mengambilnya dan melihat, ternyata kain warna pink itu adalah sapu tangan. Kyana mencium sapu tangan tersebut dan tahu, itu adalah aroma khas wanita.
"Saputangan siapa ini?" bathin Kyana.
Perasaannya semakin tidak nyaman, hati kecilnya berkata kalau suaminya sekarang pasti akan berubah. Kyana menggantung jas tersebut, dia kemudian keluar dan menyiapkan makan siang untuk mereka.
Tama masih saja teringat dan salut dengan kebaikan wanita seperti Welas. Dia seakan tidak percaya, bila seorang Welas yang cantik, tajir, juga ternama mau membantu dirinya yang sama sekali tidak dikenalnya.
Zya melihat Tama melamun sambil tersenyum sendiri, dia yakin saat itu Tama pasti teringat pada Welas, kenalannya itu. Zya, yang ingin mendapatkan pundi-pundi rupiah, kini sudah tidak sabar menunggu Tama, menjadi pasangan Welas.
"Mas Tama...!"
"Mas..., Ayo kita makan siang! Aku sudah menyiapkannya di meja makan," ucap Kyana.
"Ayo Zya, kita makan!" ucap Tama.
Tama dan Zya pergi ke ruang makan, mereka melihat hanya ada nasi putih beserta beberapa potong tahu ditambah sayuran dan tiga kerupuk.
"Waduhh..ini lagi..ini lagi..!"
"Mbak, apa enggak ada makanan lain yang lebih dari ini?" Bosan deh, setiap hari harus berhadapan dengan tahu tempe saja.
Kyana terkejut, hatinya sakit dengan ucapan Zya, yang begitu menyibggung perasaannya.
"Sudahlah Zya, kamu makan saja! Mulai besok, Mas akan bekerja. Kta tidak akan makan seperti ini lagi. Kamukan tahu, Bu Welas itu orangnya gimana."
"Iya Mas, memang Non Welas itu tidak ada banding dari siapa saja. Mas Tama juga akan diberi mobil oleh Non welas, iyakan Mas?"
"Iya, Zya. Mas juga heran, masih saja ada wanita cantik sebaik Bu Welas."
Kyana hanya diam, dia mendengarkan semua ucapan Tama dan Zya. Setiap kali Zya menyebut nama Welas, entah kenapa perasaan Kyana, seperti tidak enak dan merasa ada yang jangga.
"Kamu kenapa diam saja Kyana? Apa kamu tidak senang dengan kabar yang aku katakan?"
"Alahh...wajar sajalah, Mbak Kyana diam. Diakan malu karena harus dibandingkan dengan Non Welas yang cantik dan kaya raya itu," ucap Zya.
Kyana makin terkejut, dia semakin yakin pasti ada yang tidak beres di belakang semua ini.
"Hahh..., Mas, aku sudah ngantuk," ucap Kyana."Ya sudah, kamu pergilah tidur duluan, aku sebentar lagi nyusul."Kyana yang mengenakan daster kini melangkah masuk kamar. Tama melihat istrinya, dia sepertinya bosan dan merasa tidak tertarik dengan ajakannya.Tama kembali bersandar, dia merasa sudah tidak sabar menunggu hari esok, untuk mulai bekerja dan jumpa lagi dengan Bu Welas, seorang wanita yang sangat baik hati dan penolong. "Bu Welas...!" ucap Tama sambil membayangkan wajah cantiknya.Saat asiknya berhayal, tiba-tiba dia teringat saat masih di SMA. Memory otaknya, kini mengingat bahwa dia pernah melihat Welas."Yups, benar-benar. Aku pernah melihat Welas, saat ada perlombaan Bidang Study antar sekolah."Tama, sudah yakin, dia sudah jelas mengingat kapan dan dimana dia pernah melihat Welas. Tama tersenyum sendiri, dia menggelengkan kepalanya mengingat hal tersebut.Tama sudah merasa ngantuk. Kini masuk kamar dan mengambil tempat di samping Kyana. Kyana masih tahu suaminya datang
Kyana masuk ke dalam kamar. Dia merasa sepertinya ada yang lain dibalik semua yang telah terjadi."Hmmm..baru tahu kamu, kyana. Tidak lama lagi, kamu akan segera ditinggalkan oleh Mas Tama," bathin Zya.Tama masuk ke dalam kamar. Dia melihat istrinya terlentang tidur sambil melamun."Kamu kenapa Kyana? Sepertinya kamu tidak suka dengan penampilan aku yang sekarang? Apa kamu tidak mau bila aku mempunyai pekerjaan bagus yang akan membuat kamu akan merasakannya juga," ucap Tama Kyana masih saja diam. Dia tidak mau menjawab pertanyaan dari Tama."Kyana, apa kamu sudah bisu? Kamu pikir aku ini radio rusak, yang asal ngomong tanpa ada pendengar?"Kyana melihat wajah Tama. Dia terkejut mendengar ungkapan kasar Tama yang baru hari itu dia dengar dari mulut Tama."Tama, kamu bilang apa? Semenjak kamu berjumpa dengan wanita yang bernama Welas itu, kamu kelihatannya banyak perubahan," jawab Kyana."Oh.. kamu cemburu?" " Tidak..!""Kamu tidak usah cemburu. Aku bisa berubah seperti ini karena ba
Hari pertama kerja, Welas masih terlihat seperti biasa saja. Begitu juga dengan Tama, dia seperti karyawan lainnya yang mengerjakan pekerjaan sebagaimana mestinya."Hahhh..hari pertama bekerja yang menyenangkan," ucap Tama Sore hari telah tiba, kini saatnya Tama pulang dari kantor barunya. Welas yang tidak tega melihat Tama harus menaiki Ojek, kini menyuruh sopir Perusahaan untuk mengantar Tama hingga sampai ke rumahnya."Welas, merupakan wanita terbaik yang pernah aku jumpai," bathin Tama. Khayalannya tinggi saat berada di dalam mobil .Tama mengarahkan jalan yang akan mereka lalui kepada sopir. Terlihat begitu ada rasa tidak nyaman bagi Tama, melihat wajah bengis dari sopir tersebut."Kenapa pandangannya jadi sinis begitu, ya? bathin Tama.Dia berusaha diam. Besok dia berencana akan mengatakan sikap sopir tersebut pada Welas, selaku Bos besarnya.Tama sudah sampai di rumahnya. laksana seorang pebisnis, Tama keluar dari mobil Mercy dan berjalan ke dalam rumah. Tama melihat suasana
"Kyana, aku berangkat kerja, ya!"Kyana hanya diam. Dia tidak menjawab ucapan dari suaminya. Sembari melangkah, Tama melihat Kyana dengan muka yang sangat asam."Kyana, apa kamu tidak mendengar ucapanku? Aku heran deh, melihat kamu yang selalu diam dan marah tanpa alasan." "Kyana, kamu itu kenapa, sih? Apa kamu tidak suka bila aku tinggal di rumah ini?"Tama melangkah keluar dan berangkat kerja. Dia dijemput oleh mobil kantor yang sudah menunggunya di depan rumah."Ayo, Pak!" Ucap Tama sembari masuk ke dalam mobil.Sepanjang perjalanan, Tama melihat sopir tersebut tetap saja diam dan seakan tidak suka dengan Tama, mulai dari pertama kali bekerja.Aku heran deh, melihat sopir ini. Kenapa dari semalam dia begitu terlihat tidak suka dengan aku," bathin Tama..Seperti biasa, Welas sudah lebih dahulu sampai di kantor. Dia menunggu kedatangan Tama di depan pintu."Hahhh..itu dia lelaki pujaanku sudah datang," bathin Welas.Sembari turun dari mobil, Tama terlihat di dekati oleh Welas sembar
Muntahan lahar hangat kini mengalir di paha mulus milik Welas. Dia yang baru saja merasakan sentuhan kenikmatan, kini sangat puas dengan semuanya. Walaupun ada rasa sedikit nyeri di bagian bawah tubuhnya, dia bahagia dengan kenikmatan yang luar biasa tersebut. Welas melihat Tama tertunduk. Dia yakin, pasti Tama sangat malu dengan hal yang baru saja terjadi. Sebagai penyemangat bagi Tama, Welas datang mendekati Tama."Tama, aku sangat bahagia dengan apa yang baru saja kamu lakukan padaku," ucapnya."Benarkah, Bu Welas? Tama sengaja melihat Welas dengan ucapannya."Benar Tama. Mulai sekarang,aku ingin kamu memanggil aku dengan Welas saja. Aku tidak mau kalau kamu itu memanggilku dengan sebutan Bu Welas."Tama tertunduk. Dia tidak yakin dengan ucapan Welas yang banyak mengandung arti lain dari Welas. Tama berpikir, Tama sadar kalau Welas juga sudah menanam rasa pada dirinya."Welas, bagaimana dengan semua ini? Bukankah kamu tahu, kalau aku telah punya istri?""Bagiku itu tidaklah jadi m
"Aku akan lebih memilih uang Dua Milyar, dibanding dengan Kyana, yang sama sekali tidak akan membawa untung bagiku. Perduli amat sama mas Tama. Dia lebih baik aku buat dekat dengan Welas, yang sangat cantik dan jauh lebih menguntungkan."Gepokan uang Milyaran, kini telah terlihat jelas dalam khayalan Zya. Dia berencana akan datang untuk tinggal di rumah saudaranya dan pamit pada sang Ibu, dengan tujuan untuk mencari pekerjaan di kota.Zya, yang merasa ingin bicara pada Ibunya, kini keluar dari kamar dan masuk ke ruang dapur.Potongan tahu dan ikan yang kini hampir siap dimasak, membuat Zya duduk dan melihat semua racikan bumbu yang sengaja di ulek oleh Ibunya."Kamu sudah lapar Zya?" tanya Bu Sanah.Zya hanya diam cuek, sambil memandangi semua masakan yang membosankan diatas meja. Rasa bosan yang ada dalam pikirannya membuat dia lebih bersemangat untuk merasakan kehidupan yang lebih menyenangkan dengan hadiah yang akan dia dapatkan dari Welas.
Welas mengajak Zya untuk duduk di sebuah Cafe. Dia sengaja menyuap Zya dengan banyak makanan yang sudah terhidang di meja."Ayo Zya, sekarang kamu makan saja sepuasmu!" Welas tersenyum dan berpikir yakin kalau Zya akan jadi suruhan terbaiknya untuk menjalankan rencananya. "Bagaimana Zya, apa kamu suka dengan menunya? tanya Welas. "Iya, aku bahkan baru pertama kali menikmati makanan selezat ini," jawab Zya.Welas makin bahagia, dia puas melihat dan mendengar jawaban Zya. Welas hanya melihat betapa lahapnya Zya dalam menikmati makanan tersebut.Makanan kini ludes, Zya bahkan tidak bisa lagi bergerak karena sudah kekenyangan. Zya bersandar sambil mengelus-elus perutnya yang sudah terisi penuh. "Zya, aku ingin bantuan kamu. Apa kamu bersedia? Tanya Welas."Siap Non Welas, untuk Non Welas, apa sih yang tidak bisa aku kerjakan," jawab Zya."Zya, bukankah sekarang ini, Tama hanya bekerja serabutan? tanya Welas."Iya benar, Non Welas. Memangnya kenapa? Tanya Zya.'Mantap, ini kesempatan ya
Malam mulai larut, Welas masih belum bisa tertidur juga. Welas masih saja terbayang pada Tama, lelaki yang diam-diam dicintainya.'Kalau saja aku lebih dahulu mengenal Tama daripada Kyana, aku yakin Tama akan lebih memilihku untuk jadi pasangan hidupnya,' bathin Welas. "Welas, panggil Bu Eka datang mendekat ke kamar Welas.""Eh..Mama," jawab Welas sambil tersenyum dan memeluk Bu Eka."Sayang, kamu kenapa belum tidur? Inikan sudah mulai larut," ucap Bu Eka."Entahlah Ma, semenjak sore tadi, aku masih saja teringat pada Tama, "jawab Welas."Tama...?""Bukankah Tama adalah orang yang dulu kamu sukai? Lantas, kamu kenapa masih suka pada dia? Diakan sudah menikah," ucap Bu Eka.Welas tersenyum, dia ingin berbagi berita bahagia pada Mamanya. "Kamu kenapa jadi senyum sendiri Welas?" tanya Bu Eka."Mama, semenjak aku pertama kali melihat Tama, jujur, sampai saat ini hatiku tidak bisa berpaling darinya. Bahkan sekarang, aku telah membuat satu rencana agar Tama bisa lebih dekat denganku. Kemu