"Kenapa tidak sejak lama kamu mikir Daru? Otakmu ternyata hebat juga! Kapan kamu lakukan? Kamu sudah melihat anaknya?" tanya Fara senyum membayangkan jika anak Husna berada di tangannya. Semua akan kembali pada tempatnya. Pikiran licik seorang Fara."Aku akan cari tahu anaknya. Tapi Ma, apa tidak keterlaluan? Aku minta sama Mama jangan sakiti anak Husna, walau bagaimanapun dia juga anakku." lirih Andaru, sejenak ia membayangkan wajah anaknya meski ia tidak pernah bertemu dengannya namun, ia yakin jika anaknya akan memiliki wajah seperti dirinya."Bodoh! Mana mungkin Mama menyakitinya, Mama tahu kamu sayang sama anak itu. Tapi kamu juga harus mikir kalau seandainya dia ada disini bukankah itu anak membahayakan pernikahan kalian? Kamu ingin tahu rencana Mama, setelah mendapatkan harta nenekmu itu?" Fara menyenderkan tubuhnya ingatannya kembali ke masa lalu.Hidup dalam kekurangan terlebih pria yang di cintainya menikah dengan wanita yang lebih sukses darinya."Aku benci kemiskinan, aku t
Andaru berharap apa yang sudah ia katakan pada Linda mampu membuat wanita yang menjadi sahabat dekat Husna percaya sehingga ia hasil mengetahui di mana Husna saat ini. Namun, semua di luar dugaan Linda tetap bungkam tanpa memberikan jawaban tentang Husna membuat Andaru geram melihat tingkahnya."Kenapa kamu hanya diam saja? Kamu lupa bahwa aku adalah suami Husna dan aku adalah Ayah dari anaknya? Kenapa kamu tetap tidak mengatakan keberadaan mereka. Aku tahu sebenarnya kamu mengetahui di mana Husna berada, tidak apa-apa jika kamu ragu padaku. Tapi setidaknya pikirkan masa depan anak kami jika masalah kami bisa menemui titik terang maka kehidupannya akan baik-baik saja begitu pula dengan anak kami. Apa kamu tidak ingin memberitahuku dimana keberadaan mereka? Setidaknya untuk terakhir kalinya aku menemuinya setelah ini aku berjanji tidak akan mengganggu mereka lagi."Linda kembali terdiam mencerna setiap perkataan yang dilontarkan oleh Andaru padanya mengenai hubungan mereka walau yang di
"Aku harus membututi Hasta, ya itu harus!" Andaru menyambar kunci mobilnya yang berada di atas meja. Proyek yang bekerja sama dengan perusahaan Hasta sementara waktu ia mengutus orang kepercayaannya untuk tetap berada di proyek sampai Husna kembali.Dari jarak aman Andaru menepikan mobilnya tetap memantau keberadaan Hasta beruntung ia mengunakan mobil perusahaan sehingga Hasta tidak bisa mengenali dirinya.Dua jam berlalu tiba-tiba sebuah mobil keluar dari perusahaan Hasta, senyum Andaru terpancar melihat mobil mewah milik Hasta walau ia tidak tahu siapa yang berada di dalam mobil."Bukankah itu mobil Hasta? Kemana mereka, aku harus ikuti mereka." Andaru mengikutinya dengan jarak yang aman tidak ingin Hasta menyadari jika sedang diikuti olehnya.Sementara itu Hasta yang mengetahui ada seseorang yang mengikuti mobilnya dengan tenang menghubungi seseorang untuk mencari tahu siapa yang ingin bermain-main dengannya."Yudi, putar balik ke cafe." ucap Hasta tanpa menoleh kearah Yudi."T– t
"Hei, aku tahu kalau putrimu hanya bercanda. Sudahlah, ayok kita berangkat."Hasta mengangkat tubuh Zelena ke dalam gendongannya. Membiarkan pria tampan itu berbincang ria dengan Zelena. Sampai di bawah dengan hati-hati mendudukkan di kursi depan berdampingan dengannya. Waktu tempuh yang tidak lama mereka telah sampai di bandara internasional Singapura. "Pak Hasta biarkan saya yang mendorong kursi rodanya." Ujar Husna mengambil alih kursi roda yang berada di tangan Hasta."Mama, aku rasa Mama sama ayah yang lagi berebut aku!" ucap Zelena lantang."Hah!" untuk berapa kali Husna di buat malu oleh tingkah putrinya di depan Hasta.Kecanggungan diantara Husna dan Hasta membuat mereka memilih untuk sibuk dengan pikiran mereka masih-masing. Husna yang kembali memperhatikan berkas yang sudah dikirim oleh timnya begitu juga dengan Hasta yang sibuk dengan ponsel canggihnya beberapa pesan penting mengisi layar depannya diantaranya adalah pesan dari Yudi orang kepercayaan.[Bos ada seseorang yang
Hasta bergegas keluar memeriksa suara yang mengejutkan mereka. Husna mengikuti dari belakang tak kalah terkejut saat dua orang pria berlari tunggang langgang saat Hasta keluar."Yudi pastikan mereka tidak lolos. Cepat tangkap mereka!" ucap Hasta dingin."Baik bos." Seandainya mereka tidak lagi dalam keadaan genting sudah di pastikan Yudi akan menjadi bulan-bulanan Hasta yang selalu memanggilnya dengan sebutan Tuan panggilan yang tidak di sukai oleh Hasta."Pak Hasta siapa mereka? Kenapa mereka berlari saat melihat pak Hasta keluar?" tanya Husna merasa takut jika mereka adalah orang suruhan Vlora. Bayangan masa lalu tiba-tiba berkelebat di benaknya menghadirkan rasa takut yang begitu dalam terlebih putrinya yang kini ada di sampingnya."Kamu jangan takut semua akan baik-baik saja. Husna, apa kamu tidak ingin mencari tempat tinggal baru?" tawar Hasta. Merasa dirinya tidak mungkin bisa menjaga Husna dan putrinya 24 jam sehingga Hasta memberikan tawaran pada Husna. Walau dia tahu bahwa
Ucap Hasta meninggalkan gudang yang menjadi tempat untuk menjerat mereka yang berusaha untuk mengusiknya."T– tunggu! Kenapa anda tidak adil pada saya? Anda dengan mudah membebaskan Komar lalu kenapa anda tetap menahan saya di sini? Bukankah saya adalah teman Komar tentunya jika dia dibebaskan maka saya pun harus dibebaskan juga." ucap Udin menghentikan langkah Hasta."Begitu?""Ya, maka sekarang bebaskan aku dari sini. Anda sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan anda jadi sekarang bebaskan saya." Udin dengan begitu percaya dirinya meminta pada Hasta untuk membebaskannya."Siapa kamu yang berani pemerintah bos saya?" Yudi mencengkram rahang pria yang sejak awal menolak untuk mengatakan yang sebenarnya."Tapi kenapa hanya Komar yang di bebaskan? Apa aku tidak bisa di bebaskan juga? Ini tidak adil bukan?" Udin tidak terima jika Komar di bebaskan dengan mudah bahkan dirinya mendengar perkataan Hasta yang meminta pada salah orang kepercayaannya untuk mengantarnya ke ruang sakit dimana i
Hari berganti tanpa ada yang mulai pembicaraan mengenai Husna begitu juga dengan Andaru dan juga Fara. Mereka tatap bungkam meskipun Frans mendesak mereka bahkan ancaman telah dilontarkan oleh pria yang terlihat tampan meski usianya tidak muda lagi.Hari baru untuk Husna setelah libur dua hari sejak kepulangan mereka dari Singapura. Kali ini Husna memutuskan untuk kembali ke kantor, dengan semangat dan lembaran baru."Mama mau berangkat sekarang?" suara putrinya menghentikan langkah Husna."Ya, sayang. Apa anak Mama membutuhkan sesuatu? Atau anak Mama ingin makanan yang manis-manis?" tanya Husna dengan lembut."Tidak, Mama. Aku cuma mau bilang hati-hati Mama," ucap Zelena membuat Husna tersenyum merekah. Putrinya kini tidak lagi meraba saat berjalan tetapi dengan matanya yang indah. Meski belum bisa membuka kaca matanya tetapi putrinya bisa beraktivitas dengan leluasa."Terima kasih sayang, jangan nakal ya." Ucapnya sebelum meninggalkan putrinya untuk pertama kalinya.Usai mengucapkan
"Permisi," suara waitress mengalihkan perhatian mereka dan memulai menikmati makan siang mereka. Sesekali Linda menceritakan tentang Anggi sang sekertaris baru Hasta yang di nilai terlalu ikut campur dalam urusan Hasta terlebih untuk bertemu dengan pemilik perusahaan, Anggi selalu menghalangi mereka."Siapa yang merekomendasikan Anggi?" kali ini Husna penasaran dengan sosok Anggi yang terlihat begitu disiplin pada pegawai, meski Anggi hanya seorang sekertaris pribadi Hasta. "Entahlah, dia datang ke kantor dan langsung kerja hari itu juga. Dan pada saat itu tidak ada pak Hasta dan juga pak Yudi, kamu bisa banyangkan bagaimana bisa terjadi. Husna, kamu bisa menebak siapa yang sudah menerima Anggi?" Linda menegak setengah gelas air dan kembali melanjutkan ceritanya."Manajer yang menerimanya. Itu gosip yang beredar setelah dua pekan kerja." Ucapannya mampu mengejutkan Husna."Apa!" Seru Husna."Ssstt, Husna kecilkan suaramu. Kamu tahu kalau ingin interview itu larinya kemana? Tapi ini s