"Hei, aku tahu kalau putrimu hanya bercanda. Sudahlah, ayok kita berangkat."Hasta mengangkat tubuh Zelena ke dalam gendongannya. Membiarkan pria tampan itu berbincang ria dengan Zelena. Sampai di bawah dengan hati-hati mendudukkan di kursi depan berdampingan dengannya. Waktu tempuh yang tidak lama mereka telah sampai di bandara internasional Singapura. "Pak Hasta biarkan saya yang mendorong kursi rodanya." Ujar Husna mengambil alih kursi roda yang berada di tangan Hasta."Mama, aku rasa Mama sama ayah yang lagi berebut aku!" ucap Zelena lantang."Hah!" untuk berapa kali Husna di buat malu oleh tingkah putrinya di depan Hasta.Kecanggungan diantara Husna dan Hasta membuat mereka memilih untuk sibuk dengan pikiran mereka masih-masing. Husna yang kembali memperhatikan berkas yang sudah dikirim oleh timnya begitu juga dengan Hasta yang sibuk dengan ponsel canggihnya beberapa pesan penting mengisi layar depannya diantaranya adalah pesan dari Yudi orang kepercayaan.[Bos ada seseorang yang
Hasta bergegas keluar memeriksa suara yang mengejutkan mereka. Husna mengikuti dari belakang tak kalah terkejut saat dua orang pria berlari tunggang langgang saat Hasta keluar."Yudi pastikan mereka tidak lolos. Cepat tangkap mereka!" ucap Hasta dingin."Baik bos." Seandainya mereka tidak lagi dalam keadaan genting sudah di pastikan Yudi akan menjadi bulan-bulanan Hasta yang selalu memanggilnya dengan sebutan Tuan panggilan yang tidak di sukai oleh Hasta."Pak Hasta siapa mereka? Kenapa mereka berlari saat melihat pak Hasta keluar?" tanya Husna merasa takut jika mereka adalah orang suruhan Vlora. Bayangan masa lalu tiba-tiba berkelebat di benaknya menghadirkan rasa takut yang begitu dalam terlebih putrinya yang kini ada di sampingnya."Kamu jangan takut semua akan baik-baik saja. Husna, apa kamu tidak ingin mencari tempat tinggal baru?" tawar Hasta. Merasa dirinya tidak mungkin bisa menjaga Husna dan putrinya 24 jam sehingga Hasta memberikan tawaran pada Husna. Walau dia tahu bahwa
Ucap Hasta meninggalkan gudang yang menjadi tempat untuk menjerat mereka yang berusaha untuk mengusiknya."T– tunggu! Kenapa anda tidak adil pada saya? Anda dengan mudah membebaskan Komar lalu kenapa anda tetap menahan saya di sini? Bukankah saya adalah teman Komar tentunya jika dia dibebaskan maka saya pun harus dibebaskan juga." ucap Udin menghentikan langkah Hasta."Begitu?""Ya, maka sekarang bebaskan aku dari sini. Anda sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan anda jadi sekarang bebaskan saya." Udin dengan begitu percaya dirinya meminta pada Hasta untuk membebaskannya."Siapa kamu yang berani pemerintah bos saya?" Yudi mencengkram rahang pria yang sejak awal menolak untuk mengatakan yang sebenarnya."Tapi kenapa hanya Komar yang di bebaskan? Apa aku tidak bisa di bebaskan juga? Ini tidak adil bukan?" Udin tidak terima jika Komar di bebaskan dengan mudah bahkan dirinya mendengar perkataan Hasta yang meminta pada salah orang kepercayaannya untuk mengantarnya ke ruang sakit dimana i
Hari berganti tanpa ada yang mulai pembicaraan mengenai Husna begitu juga dengan Andaru dan juga Fara. Mereka tatap bungkam meskipun Frans mendesak mereka bahkan ancaman telah dilontarkan oleh pria yang terlihat tampan meski usianya tidak muda lagi.Hari baru untuk Husna setelah libur dua hari sejak kepulangan mereka dari Singapura. Kali ini Husna memutuskan untuk kembali ke kantor, dengan semangat dan lembaran baru."Mama mau berangkat sekarang?" suara putrinya menghentikan langkah Husna."Ya, sayang. Apa anak Mama membutuhkan sesuatu? Atau anak Mama ingin makanan yang manis-manis?" tanya Husna dengan lembut."Tidak, Mama. Aku cuma mau bilang hati-hati Mama," ucap Zelena membuat Husna tersenyum merekah. Putrinya kini tidak lagi meraba saat berjalan tetapi dengan matanya yang indah. Meski belum bisa membuka kaca matanya tetapi putrinya bisa beraktivitas dengan leluasa."Terima kasih sayang, jangan nakal ya." Ucapnya sebelum meninggalkan putrinya untuk pertama kalinya.Usai mengucapkan
"Permisi," suara waitress mengalihkan perhatian mereka dan memulai menikmati makan siang mereka. Sesekali Linda menceritakan tentang Anggi sang sekertaris baru Hasta yang di nilai terlalu ikut campur dalam urusan Hasta terlebih untuk bertemu dengan pemilik perusahaan, Anggi selalu menghalangi mereka."Siapa yang merekomendasikan Anggi?" kali ini Husna penasaran dengan sosok Anggi yang terlihat begitu disiplin pada pegawai, meski Anggi hanya seorang sekertaris pribadi Hasta. "Entahlah, dia datang ke kantor dan langsung kerja hari itu juga. Dan pada saat itu tidak ada pak Hasta dan juga pak Yudi, kamu bisa banyangkan bagaimana bisa terjadi. Husna, kamu bisa menebak siapa yang sudah menerima Anggi?" Linda menegak setengah gelas air dan kembali melanjutkan ceritanya."Manajer yang menerimanya. Itu gosip yang beredar setelah dua pekan kerja." Ucapannya mampu mengejutkan Husna."Apa!" Seru Husna."Ssstt, Husna kecilkan suaramu. Kamu tahu kalau ingin interview itu larinya kemana? Tapi ini s
Waktu berjalan begitu cepat hari yang di tunggu telah tiba. Hari dimana Andaru menikahi Vlora, wanita yang menjadi kekasih suamimu sejak lama walau terikat pernikahan dengannya hubungan mereka tetap berjalan hingga saat ini.Husna dengan gamis navy di padukan dengan pasmina panjang yang menutupi seluruh rambut dan bagaian dadanya. Walau Husna bukan wanita syar'i namun ia tidak bisa jika memakai kerudung yang hanya melingkar di leher dan kepalanya."Sudah siap?" "Pak Hasta, sudah." Husna tahu jika Hasta mencari keberadaan Zelena yang tidak menampakkan diri di depannya. Biasanya akan berlari setelah mendengar suara Hasta."Zelena berada di rumah lama. Bibi Imas mengajaknya kesana. Mungkin lusa baru pulang," Husna menjelaskan pada Hasta perginya Zelena."Hum, pantas saja dia tidak menyambutku seperti biasanya. Ayok, kita berangkat sekarang sudah malam." Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel tempat di mana pernikahan Andaru dan Vlora berlangsung. Walau berulang kali Hasta me
Vlora menolak uluran tangan dari Husna, terbukti sebelum Husna mengucapkan kata Vlora lebih dulu mencemooh Husna."Kenapa dengan aku, Vlora? Bukankah kamu yang menginginkan aku hadir di hari bahagia kamu? Bukankah ini sebagai bukti untuk kamu kalau aku tidak memiliki perasaan apa pun pada suamimu ini?" Husna tersenyum indah pada Andaru dan Vlora. Benar yang di katakan oleh Hasta bahwa dirinya harus berani menghadapi mereka yang sudah membuat hidupnya hancur.Dengan langkah anggun Husna meninggalkan pelaminan. Vlora yang masih terkejut mendapati hasta di belakang Husna. Terlihat begitu jelas jika Hasta melindungi Husna."Pak Hasta terima kasih sudah memenuhi undangan kami, silahkan nikmati jamuan kami." Andaru menyambut kedatangan rekan bisnisnya, terlebih Andaru menganggap bahwa Hasta adalah rivalnya."Selamat pak Andaru, semoga kalian bahagia." Ucap Hasta berlalu meninggalkan pengantin langkahnya panjang mengejar Husna yang lebih dulu turun.Tamu undangan yang begitu banyak membuat H
Ayesha menarik kasar tubuh Husna semakin menjauh bersama tiga sahabatnya mereka mendorong ke gudang yang tidak terpakai terlihat suasana yang begitu sepi.Husna tidak tahu bahwa saat ini mereka berada di tempat yang semakin jauh dari pesta. Bahkan tidak ada satu orang pun yang melintas area tersebut."Nyonya tolong lepaskan saya. Kenapa Anda menyakiti saya, bukankah keinginan anda dan putri anda sudah tercapai mendapatkan Andaru walaupun dia masih berstatus sebagai suami saya. Lalu, apa lagi yang anda inginkan?" tanya Husna, dengan tubuhnya yang bergetar. Wajah Zelena berkelebat di benaknya, rasa takut kini menyeruak dalam dirinya jika hari ini tidak lagi bisa bertemu dengan putri semata wayangnya."Untuk apa aku harus melepaskan, kamu? Bukankah kamu sendiri yang mengatakan ingin membunuh menantuku, maka aku yang akan melakukannya itu, padamu.""Sudah jeng, kita lakukan saja sekarang jangan membuang waktu karena tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang yang akan melewati tempat ini. A