Hari berganti tanpa ada yang mulai pembicaraan mengenai Husna begitu juga dengan Andaru dan juga Fara. Mereka tatap bungkam meskipun Frans mendesak mereka bahkan ancaman telah dilontarkan oleh pria yang terlihat tampan meski usianya tidak muda lagi.Hari baru untuk Husna setelah libur dua hari sejak kepulangan mereka dari Singapura. Kali ini Husna memutuskan untuk kembali ke kantor, dengan semangat dan lembaran baru."Mama mau berangkat sekarang?" suara putrinya menghentikan langkah Husna."Ya, sayang. Apa anak Mama membutuhkan sesuatu? Atau anak Mama ingin makanan yang manis-manis?" tanya Husna dengan lembut."Tidak, Mama. Aku cuma mau bilang hati-hati Mama," ucap Zelena membuat Husna tersenyum merekah. Putrinya kini tidak lagi meraba saat berjalan tetapi dengan matanya yang indah. Meski belum bisa membuka kaca matanya tetapi putrinya bisa beraktivitas dengan leluasa."Terima kasih sayang, jangan nakal ya." Ucapnya sebelum meninggalkan putrinya untuk pertama kalinya.Usai mengucapkan
"Permisi," suara waitress mengalihkan perhatian mereka dan memulai menikmati makan siang mereka. Sesekali Linda menceritakan tentang Anggi sang sekertaris baru Hasta yang di nilai terlalu ikut campur dalam urusan Hasta terlebih untuk bertemu dengan pemilik perusahaan, Anggi selalu menghalangi mereka."Siapa yang merekomendasikan Anggi?" kali ini Husna penasaran dengan sosok Anggi yang terlihat begitu disiplin pada pegawai, meski Anggi hanya seorang sekertaris pribadi Hasta. "Entahlah, dia datang ke kantor dan langsung kerja hari itu juga. Dan pada saat itu tidak ada pak Hasta dan juga pak Yudi, kamu bisa banyangkan bagaimana bisa terjadi. Husna, kamu bisa menebak siapa yang sudah menerima Anggi?" Linda menegak setengah gelas air dan kembali melanjutkan ceritanya."Manajer yang menerimanya. Itu gosip yang beredar setelah dua pekan kerja." Ucapannya mampu mengejutkan Husna."Apa!" Seru Husna."Ssstt, Husna kecilkan suaramu. Kamu tahu kalau ingin interview itu larinya kemana? Tapi ini s
Waktu berjalan begitu cepat hari yang di tunggu telah tiba. Hari dimana Andaru menikahi Vlora, wanita yang menjadi kekasih suamimu sejak lama walau terikat pernikahan dengannya hubungan mereka tetap berjalan hingga saat ini.Husna dengan gamis navy di padukan dengan pasmina panjang yang menutupi seluruh rambut dan bagaian dadanya. Walau Husna bukan wanita syar'i namun ia tidak bisa jika memakai kerudung yang hanya melingkar di leher dan kepalanya."Sudah siap?" "Pak Hasta, sudah." Husna tahu jika Hasta mencari keberadaan Zelena yang tidak menampakkan diri di depannya. Biasanya akan berlari setelah mendengar suara Hasta."Zelena berada di rumah lama. Bibi Imas mengajaknya kesana. Mungkin lusa baru pulang," Husna menjelaskan pada Hasta perginya Zelena."Hum, pantas saja dia tidak menyambutku seperti biasanya. Ayok, kita berangkat sekarang sudah malam." Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju hotel tempat di mana pernikahan Andaru dan Vlora berlangsung. Walau berulang kali Hasta me
Vlora menolak uluran tangan dari Husna, terbukti sebelum Husna mengucapkan kata Vlora lebih dulu mencemooh Husna."Kenapa dengan aku, Vlora? Bukankah kamu yang menginginkan aku hadir di hari bahagia kamu? Bukankah ini sebagai bukti untuk kamu kalau aku tidak memiliki perasaan apa pun pada suamimu ini?" Husna tersenyum indah pada Andaru dan Vlora. Benar yang di katakan oleh Hasta bahwa dirinya harus berani menghadapi mereka yang sudah membuat hidupnya hancur.Dengan langkah anggun Husna meninggalkan pelaminan. Vlora yang masih terkejut mendapati hasta di belakang Husna. Terlihat begitu jelas jika Hasta melindungi Husna."Pak Hasta terima kasih sudah memenuhi undangan kami, silahkan nikmati jamuan kami." Andaru menyambut kedatangan rekan bisnisnya, terlebih Andaru menganggap bahwa Hasta adalah rivalnya."Selamat pak Andaru, semoga kalian bahagia." Ucap Hasta berlalu meninggalkan pengantin langkahnya panjang mengejar Husna yang lebih dulu turun.Tamu undangan yang begitu banyak membuat H
Ayesha menarik kasar tubuh Husna semakin menjauh bersama tiga sahabatnya mereka mendorong ke gudang yang tidak terpakai terlihat suasana yang begitu sepi.Husna tidak tahu bahwa saat ini mereka berada di tempat yang semakin jauh dari pesta. Bahkan tidak ada satu orang pun yang melintas area tersebut."Nyonya tolong lepaskan saya. Kenapa Anda menyakiti saya, bukankah keinginan anda dan putri anda sudah tercapai mendapatkan Andaru walaupun dia masih berstatus sebagai suami saya. Lalu, apa lagi yang anda inginkan?" tanya Husna, dengan tubuhnya yang bergetar. Wajah Zelena berkelebat di benaknya, rasa takut kini menyeruak dalam dirinya jika hari ini tidak lagi bisa bertemu dengan putri semata wayangnya."Untuk apa aku harus melepaskan, kamu? Bukankah kamu sendiri yang mengatakan ingin membunuh menantuku, maka aku yang akan melakukannya itu, padamu.""Sudah jeng, kita lakukan saja sekarang jangan membuang waktu karena tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang yang akan melewati tempat ini. A
Sesal sahabat Ayesha yang tidak lain adalah Mira istri dari Agung manajer di perusahaan Hasta."Seandainya aku sejak awal tahu kalau Husna adalah orang yang berhubungan dekat dengan Hasta tentu aku tidak membantumu." Ujarnya merutuki kebodohannya yang membantu Ayesha tanpa mencari tahu lebih dulu kalau Husna adalah karyawan Hasta."Kenapa kalian menyesal? Percayalah semuanya akan baik-baik saja. Perbaiki penampilan kalian kita kembali ke pesta dan sikap kalian tetap tenang." Ujar Ayesha memperbaiki penampilannya dan riasan di wajahnya sebelum kembali ke pesta.***Di dalam pesta Fara mencari sosok Husna yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya. Ada hal yang harus dia lakukan walau semua itu hanyalah tipuan semata."Mas, kamu sedang mencari siapa?" tanya Fara saat berpapasan dengan Candra tengah mencari seseorang."Ayesha apakah tadi kamu melihat, Ayesha?" tanya Candra mencoba mencari ke seluruh pesta namun, sang istri tidak menampakan diri."Hum, mungkin berada di taman samping. Tadi
Ucap Hasta membuat Yudi menggaruk kepalanya, tidak menyangka bos yang terkenal dingin itu bisa salah tingkah walau di tutupi dengan ucapannya yang dingin."I– iya, tuan. Aku pikir kalian –" ucapan Yudi terhenti namun dua tangannya di buat gerakan seperti orang yang tengah ciuman."Buang otak ngeres kamu, Yudi! Cepatlah menikah sebelum sabun di rumah cepat habis!" Sentak Hasta melempar handuk di tangannya tepat mengenai wajah Yudi."Biar bujang aku masih ting-ting. Mau coba?" ujar Yudi tidak mau kalah dengan Hasta."Ting-ting! Laki-laki apa perempuan kamu? Tong-tong yang ada!" Perdebatan antara hasta dan Yudi tidak berhenti begitu saja. Husna yang telah selesai dengan aktivitas kamar mandinya hanya diam memperhatikan mereka yang tidak menunjukkan bahwa mereka adalah atasan dan bawahan. Tanpa sadar bibirnya tertarik keatas melihat keduanya yang tidak ada mau mengalah, walau Hasta seorang bos besar tetap saja jika berhadapan dengan Yudi maka sifat aslinya keluar."Eh, Bu Husna. Sudah bo
Husna tersenyum tanpa berniat untuk melihat video dalam ponsel Anggi. "Kamu bisa menyebarnya jika kamu, ingin." Husna lelah dengan orang-orang yang menginginkan dirinya hancur."Baik, kamu pikir aku takut? Tidak, sebaliknya aku senang. Dengan begitu kamu akan keluar dari perusahaan ini dan bersiaplah menjadi gembel!" ujar Anggi penuh penekanan. Merasa yakin dengan idenya untuk menjatuhkan nama baik Husna terlebih Anggi mendapatkan dukungan dari orang-orang yang berada di bawah kendali ayahnya. Anggi yang mendapat cerita yang di dengarnya kalau Husna terjebak dalam lift yang sama dengan pak Rusdi. Walau akhirnya baik Husna dan pak Rusdi tetap bekerja tetapi nama mereka telah tercoreng meski pelakunya tertangkap."Begitu juga denganku. Aku tidak takut lakukan apa yang kamu inginkan, video itu tidak berpengaruh untukku." Husna bersikap tegas pada Anggi setelah mengetahui kalau dia adalah putri dari salah satu orang yang melakukan kekerasan saat di pesta Vlora."Oke, tunggu waktunya kamu