Share

20. Bukan Anakmu

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-15 19:00:15

“Kamu ingat tujuanmu berada di sini, kan?” Suara Vivian terdengar tajam, memecah keheningan kamar.

Kirana, yang sedang duduk sambil memandangi foto USG di tangannya, mendongak dan mengangguk.

Meskipun dia memahami perannya, tetap saja ada semacam perasaan yang tidak bisa diabaikan–perasaan antara ibu dan calon bayi yang sedang tumbuh di dalam rahimnya.

“Dan foto USG ini,” Vivian menyambar foto itu dari genggaman Kirana, “adalah milikku. Dia anakku. Akulah yang akan membesarkannya, lebih tepatnya Thomas dan aku.”

Vivian tersenyum dingin.

Kirana tahu benar apa yang harus dia lakukan–diam, tunduk dan menerima semuanya.

Hati Kirana semak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   21. Pertemuan tak Terduga

    “Selamat, Vivian! Akhirnya kamu hamil juga!” Seorang wanita dari kalangan media menghampiri Vivian dengan senyum lebar dan penuh kekaguman.Di tengah peluncuran serial terbaru Starlight Production, Vivian berdiri anggun di samping suaminya, Thomas, sang presdir. Acara malam ini begitu mewah, dihiasi lampu-lampu kristal yang memantulkan kilauan di seluruh ruangan, dengan para tamu undangan yang terdiri dari selebriti, rekan industri, media serta tokoh-tokoh penting di dunia hiburan.Vivian memamerkan senyum manisnya, menganggukkan kepala sambil mengusap perutnya yang rata.“Ya, terima kasih banyak. Kami sangat bersyukur. Ini keajaiban yang kami nantikan,” ucap Vivian dengan nada terharu.Sementara itu, Thomas hanya tersenyum tipis di sampingnya.Sedari tadi, semua orang mendekati mereka, memberikan ucapan selamat atas kehamilan Vivian. Wanita itu nampak tidak bisa menyembunyikan ekspresi bahagia.Selama dunia percaya dia hamil, semua akan baik-baik saja. Rumor dirinya mandul terbantah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   22. Mengelak

    Vivian mereguk ludahnya.“Dia…dia memaksaku untuk wawancara, Thomas,” tukas Vivian dengan tersendat.Thomas memiringkan kepalanya dengan dahi mengernyit ke arah Alex.“Memaksa untuk wawancara?” ulang Alex dingin.Nadi Vivian berdenyut kencang sekarang. Jangan bilang Alex akan mengacaukan semuanya!“Ya,” Vivian berusaha tenang, mendongakkan dagunya. “Kamu memaksaku untuk melakukan wawancara eksklusif terkait kehamilanku. Maaf, tapi aku belum bisa membeberkannya secara rinci. Lagi pula, kita sedang di tengah pesta.”Alex berdecak pelan. ‘Pintar sekali dia mencari alasan.’

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   23. Pria dari Masa Lalu

    “Ibu…” Kirana memeluk Ratna dengan erat, menghirup dalam-dalam wangi khas ibunya yang sudah lama dia rindukan.Terakhir Kirana bertemu Ratna, wanita setengah baya itu terbaring tidak berdaya di IGD.“Sayangku…” Ratna mengusap punggung putri kesayangannya itu. Lantas, mereka saling bertatapan penuh haru.“Aku senang keadaan Ibu membaik. Lihat, Ibu bisa tersenyum sekarang,” Kirana merapikan beberapa helai rambut Ratna yang mencuat.“Semua berkat kamu, Nak. Tapi kenapa wajahmu pucat? Kamu sakit?” Kirana menggeleng. Sebenarnya dia masih lemas. Pagi tadi dia dilanda morning sickness, namun dia tidak bisa menunggu lama. Dia sangat merindukan ibunya. “Sebenarnya…aku sedang hamil muda, Bu…”“Be-benarkah? Astaga…”Kirana tersenyum tipis. “Satu per satu kesepakatan kontrak itu sudah kupenuhi, Bu. Jadi, sekarang Ibu tenang saja dan fokus pada penyembuhan kanker Ibu. Semua biaya biar aku yang tanggung.”Namun binar mata Ratna meredup. “Nak, Ibu merasa begitu bersalah. Tidak seharusnya kamu menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   24. Rindu

    “Ratna!” Mata Salim melotot. “Jaga ucapanmu!”Kirana nampak tertegun. “A-Apa maksud, Ibu?”Ratna mengurut dadanya. Tubuh wanita itu sedikit goyah. Dengan cepat, Kirana memapah ibunya agar tidak tersungkur.“Kamu boleh membenciku, Ratna. Tapi jangan mengatakan kebohongan seperti itu pada putriku. Walau bagaimanapun, dia darah dagingku sendiri!” Salim berujar marah. “Kirana dan Romi adalah anak-anakku, anak-anak kita.”Ratna menarik napasnya pelan-pelan. Kali ini, dia tidak membalas ucapan suaminya yang brengsek itu.Lantas, Salim memalingkan pandangannya ke arah Kirana. Dia pun memohon dengan iba. “Tolong Bapak, Kirana…sekali ini saja…”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   25. Di Tangga Darurat

    “Thomas!!! Dasar brengsek!”Jeritan Vivian seakan mengguncang keheningan malam. Kedua kelopak mata Kirana membelalak dengan dada yang terus berdebar kencang.“Astaga…” dia beringsut, bersandar di kepala ranjang. Kamarnya dingin, tapi pelipisnya sedikit berkeringat.Tidak ada Thomas, maupun Vivian. Namun, sentuhan Thomas terasa begitu nyata, ciumannya, deru napasnya…Bahkan kata-kata Thomas yang bilang mencintainya itu masih terngiang di telinganya.Lantas, jeritan Vivian membuayarkan segalanya. Mimpi yang tadinya indah, berakhir buruk.Tok, tok, tok.Suara ketukan itu membuat Kirana terkesiap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   26. Kirana Hilang

    “Thomas, gawat!” Suara panik Melinda dari ponsel, memecah fokus Thomas yang sedang menjamu klien penting di sebuah restoran mewah.“Ada apa, Ma?” Bisik Thomas di sudut ruangan sambil sekali melirik kliennya yang sedang menelusuri kontrak kesepakatan bisnis mereka.“Kirana…Dia menghilang, Thomas!” Pekik Melinda.Thomas mendadak tegang. “Bagaimana bisa? Apa yang terjadi??”“Dia pergi ke mall sejak siang. Tapi supirnya malah pulang sendirian sore ini karena Kirana enggak muncul-muncul. Dia mengira Kirana sudah pulang naik taksi sendirian. Dan Mama enggak bisa menghubungi nomor Kirana! Mama takut terjadi sesuatu pada Kirana!”Thomas menghela napas berat. “Ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   27. Perhatian Thomas

    Keheningan di ruangan ini semakin mencekam. Belum sempat dokter itu mengucapkan sesuatu, Kirana sudah keburu terisak.“Tenang, Bu Kirana…”“Bagaimana aku bisa tenang, Dok…” bahu Kirana berguncang pelan. “Aku harus kehilangan bayiku…”“Saya tidak bilang seperti itu,” sergah dokter itu. “Bayi Anda baik-baik saja.”“Benarkah, Dok??”Dokter itu mengangguk sambil tersenyum. “Ini suatu berkah, Bu Kirana. Biasanya kalau terjatuh di usia kehamilan 13 minggu bisa menyebabkan kontraksi, bahkan keguguran. Lain kali, Ibu harus hati-hati ya? Kurangi naik turun tangga. Namun, saya sarankan Bu Kirana untuk rawat inap di sini sementara waktu.&r

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   28. Ancaman

    “Kamu sedang di mana, Sayang?” Kedua mata Vivian menyipit, memperhatikan keadaan di belakang Thomas.Kamera ponsel Thomas mengarah ke ruang tengah villa itu. “Kamu enggak ingat tempat ini? Aku sedang di villa kita yang ada di tepi pantai.”Kening Vivian mengernyit. “Ngapain? Kenapa kamu enggak bilang sama aku?”“Yah, aku juga mendadak pergi ke sini. Besok, aku mau menjamu para produser yang dari Hongkong. Mereka bilang mereka ingin meeting dengan suasana yang berbeda. Jadi, kuputuskan untuk meeting di sini.”“Oh begitu…menyenangkan dong,” ucap Vivian.“Kenapa tampangmu cemberut begitu? Bukannya di Bali lebih menyenangkan?”

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19

Bab terbaru

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   98. Halo, Kehidupan Baru (END)

    Kirana memandangi pantulan dirinya di depan cermin.Gaun putih berekor panjang itu nampak berkilau diterpa cahaya matahari yang menerobos melalui jendela.“Cantik sekali…” ucap Melinda, muncul dari balik punggung Kirana.Leher jenjang Kirana terlihat jelas karena rambutnya digelung ke atas. Lantas, Melinda mengaitkan liontin emas di leher Kirana.Setelah mengetahui semuanya, Melinda dan Sutono merasa begitu malu serta bersalah.Perempuan yang dulu mereka rendahkan itu ternyata anak seorang konglomerat. Saat Thomas mengutarakan untuk menikahi Kirana setelah resmi bercerai dengan Vivian, Melinda dan Sutono akhirnya meminta maaf dengan tulus pada Kirana.Dan sekarang rasa bangga menyelimuti hati Melinda. Kirana nampak begitu anggun dan menawan. Kecantikannya terpancar walau gaunnya tidak terlalu mewah seperti pernikahan Vivian.“Ma!” Seketika Al muncul dengan langkah mungilnya, bergerak ke arah Kirana.“Sayang!” Senyum Kirana langsung merekah.Kedua tangan Al menggapai ke atas, pertanda

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   97. Aku Pergi, Selamat Tinggal

    Sinar matahari pagi menyorot masuk melalui jendela kaca kafe yang besar itu.Di meja yang berada di sudut kafe, Kirana dan Vivian duduk berhadapan.Selama beberapa saat kecanggungan menguar di udara. Vivian nampak tertunduk dalam. “Maafkan aku…” Akhirnya Vivian berani mengutarakan niatnya. Suaranya terdengar bergetar dan penuh penyesalan. “Maafkan aku, Kirana. Aku sudah memperlakukanmu begitu buruk.”Senyum tipis terukir di wajah Kirana. Helaian rambut wanita itu bergerak pelan. “Tidak, seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku paham kenapa kamu membenciku. Itu karena aku telah merebut Thomas darimu. Aku tahu, kamu begitu mencintai Thomas. Jadi, maafkan aku.”Vivian mendongak. Kedua bola matanya kini nampak sayu, tidak seperti dulu yang penuh ambisi dan terkadang berkilat penuh amarah juga kesombongan.“Kamu enggak perlu minta maaf padaku. Kalian saling mencintai dan Thomas memang berhak mendapatkan wanita seperti dirimu, Kirana. Aku enggak layak untuk Thomas…” Lantas, kedua tangan

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   96. Kesempatan Kedua

    Samar-samar Vivian menangkap suara alat detak jantung yang berirama.Kedua kelopak matanya terasa begitu berat untuk membuka. Saat akhirnya di berhasil, cahaya putih seakan menusuk pandangannya.Kepalanya lantas berdenyut nyeri.Vivian merasa tubuhnya kaku. Selang melintang di wajahnya. Dia mencoba untuk mengerang, namun suaranya seakan tertahan di tenggorokan.“Errgh…” erang Vivian pada akhirnya.Beribu pertanyaan menyerbu benaknya. Apa yang terjadi pada dirinya? Kenapa dia bisa terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit yang begitu dingin.Seketika seorang perawat datang, mengecek keadaan Vivian. Wanita itu tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan perawat itu pada rekannya.Sampai seorang dokter yang mengenakan jas putih datang mendekat.Dokter itu mencondongkan tubuhnya ke arah Vivian, membuka lebar kedua kelopak matanya sambil menyinarinya dengan senter yang terang.Lalu, dia berujar tepat di telinga Vivian. “Ini keajaiban. Kamu selamat, Vivian. Kamu telah sadar dari tidurmu

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   95. Skandal

    Seharusnya, Kirana tidak merasa gelisah seperti ini. Namun, entah kenapa, tangannya tetap gemetar saat membuka amplop yang berisi hasil tes DNA antara dirinya dengan Robert Winarta.Robert, yang duduk di seberang Kirana, nampak tersenyum lega saat melihat hasilnya.Kirana memang benar anak kandungnya. Dia sudah yakin soal itu.Pengacara Robert lantas menyerahkan beberapa lembar dokumen di hadapan Kirana.“Sekarang, kamu adalah Kirana Winarta,” tukas pengacara itu. “Walau masih butuh proses untuk mengganti namamu di setiap dokumen.”Kirana menatap lembaran kertas ini. Keningnya agak mengernyit.“Tanda tanganilah, Nak. Itu hakmu. Aku akan mewariskan setengah hartaku untuk dirimu,” ucap Robert.“Tapi…”“Aku akan sangat marah kalau kamu menolak untuk menandatanganinya,” ancam Robert dengan nada bercanda.Dengan sedikit keraguan, Kirana akhirnya membubuhkan tanda tangannya.“Kamu sah menjadi pemegang saham terbesar di Winarta Holdings. Selamat, Kirana.” Pengacara Robert menjabat tangan Kir

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   94. Kenyataan Pahit

    Sambil mendekap dokumen adopsinya, Vivian melangkah masuk ke dalam panti asuhan itu, tempat di mana ibu kandungnya yang tidak bertanggung jawab menyerahkan dirinya sewaktu bayi.Berkat donasi Robert setiap tahunnya, fasilitas di panti asuhan itu cukup mumpuni.Mata Vivian berkeliling, memandangi para penghuni panti.Sampai akhirnya, Vivian berhadapan dengan pengurus panti yang mungkin berusia lima puluh tahunan awal.Wajah wanita itu sangat ramah saat menyambut kedatangan Vivian.“Aku ingin mengetahui soal ibuku,” ucap Vivian tanpa basa-basi sambil menyerahkan dokumen adopsinya.Wanita itu mengeceknya dengan seksama. “Ah, kamu…” Wanita itu mendongak sambil tersenyum lebar. Sorot matanya begitu bahagia. “Aku ingat betul, ibu kandungmu datang berpuluh-puluh tahun lalu dan menyerahkanmu ke sini. Sekarang, kamu sudah tumbuh jadi wanita yang cantik…”“Di mana dia?” Tanya Vivian dingin.Pengurus panti itu lalu beranjak ke sebuah lemari besar, mencari-cari sesuatu.Setelah beberapa saat, dia

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   93. Asal Usul yang Sebenarnya

    Napas Robert tertahan, begitu pula dengan Thomas.Mereka mengira Vivian sudah terlelap. Namun siapa sangka, perempuan itu kini bergerak mendekat ke arah mereka.Wajahnya diselimuti rasa penasaran yang mendalam.“Rahasia apa yang Papa dan Mama sembunyikan selama ini?” Desak Vivian lagi. “Dan hal penting apa yang ingin Papa sampaikan padaku?”Robert menelan ludahnya dalam-dalam. Dia menarik napas sejenak. Sepertinya dia memang harus memberi tahu apa yang terjadi secepatnya. “Duduklah,” pinta Robert pada akhirnya. “Aku akan menceritakan semuanya padamu.”Jantung Vivian jadi berdetak cepat. Dia merasa apa yang akan dikatakan Robert adalah sesuatu yang buruk. Apalagi dia sempat mendengar Robert memanggil Sandra dengan sebutan wanita sialan.Seumur hidupnya, Vivian selalu menyaksikan keharmonisan kedua orangtuanya. Apa mereka selama ini hanya berpura-pura? Pikiran Vivian pun terus berkecamuk.Sadar diri, Thomas beranjak, membiarkan Vivian dan Robert berdua saja.Tetapi, secara mengejutkan

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   92. Akhir Hidup

    Robert Winarta akhirnya kembali ke kediamannya.Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya turun dan masuk ke dalam rumahnya.Dadanya berdebar kencang, sedikit gelisah bercampur dengan amarah. Sebentar lagi, dia akan melihat Sandra, istrinya, yang selama ini menyimpan rahasia yang begitu kelam.Bagaimana mungkin Sandra bisa sejahat ini terhadapnya? Apa jangan-jangan Sandra yang membuatnya mabuk malam itu sehingga mereka akhirnya berhubungan di kamar hotel?Semua itu sebentar lagi akan terjawab.“Al!” Vivian melambaikan tangannya pada Al yang baru keluar dari kamarnya bersama seorang pengasuh. “Kakek sudah pulang. Ayo, beri kakek pelukan.”Pengasuh itu menyerahkan Al pada Vivian.Dan saat memeluk Al, Robert merasa seharusnya anaknya Kirana-lah yang berhak ada di rumah ini.Setelah itu, Al bermain di taman belakang. Sementara Robert duduk di ruang tengah bersama Thomas yang baru saja tiba.“Panggil Mamamu, Vi,” titah Robert. “Aku harus bicara padanya. Dan ada hal penting juga yang i

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   91. Penentuan

    Derap langkah Vivian menggema di sepanjang selasar rumah sakit.Rambut wanita itu nampak berkibar-kibar karena jalannya yang cukup tergesa. Wajahnya nampak masam dengan tatapan tajam.Sampai akhirnya langkah Vivian terhenti tepat di depan kursi roda Kirana.Kedua mata mereka pun beradu. Vivian melempar tatapan nyalang, sementara Kirana hanya menatap datar perempuan di hadapannya ini.Lalu Vivian menatap Thomas yang berdiri di belakang Kirana, juga Mirah yang ikut mendampingi Kirana. Wanita itu mengembuskan napas kasar.“Kuharap kamu enggak lupa, Thomas, kalau kamu masih jadi suamiku. Tapi dirimu malah sibuk mengurusi wanita culas itu. Kamu bahkan melupakan Al, anakmu sendiri,” sindir Vivian.“Di mana Papaku? Seharusnya dia datang untuk mengambil sampel kan?” Kemudian Vivian mengedarkan pandangannya ke sekitar.“Papamu ada di dalam ruangan itu,” dagu Thomas mengarah ke ruangan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. “Sampelnya sedang diambil. Kirana sudah melakukannya dan setelah i

  • Bayi 5 Miliar sang Presdir   90. Setelah 26 Tahun

    Mirah menatap Kirana dengan iba karena wajah perempuan itu terlihat sangat sendu.Rasa bersalah juga terus menghantui Mirah karena selama ini dia menutupi kebenarannya.“Maafkan Bude…” ujar Mirah untuk yang kesekian kalinya. Kirana mengalihkan tatapannya dari luar jendela, menatap budenya. Wajah Mirah nampak begitu lesu.Kirana pun mencoba untuk tersenyum. “Semua bukan salah, Bude. Aku… aku hanya butuh waktu untuk menerima semua ini.”Mirah lantas beranjak ke pinggir ranjang Kirana. “Bude enggak tahu kalau Ratna ternyata bersekongkol untuk menutupi kejahatan di malam itu. Bude enggak habis pikir Ratna bisa berbuat seperti itu. Mungkin dia sudah putus asa ingin punya anak…”Kirana menghela napas pelan.“Tapi, walau bagaimanapun juga, aku akan selalu menganggap ibu sebagai ibuku. Ibu yang membesarkanku dengan susah payah. Dan sepanjang hidupku, aku merasakan kasih sayang dari Ibu. Aku enggak menyalahkan Ibu, Bude…”Mirah jadi terharu. Dia mengusap rambut Kirana. “Kamu memang anak yang

DMCA.com Protection Status