Share

Surat dari Pengadilan

Penulis: Yulistriani
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-06 20:42:19

"Maira kelihatannya senang banget ya."

Adi yang tengah duduk bersama Indira itu tersenyum melihat cucunya sedang asyik bermain di pasar malam yang tak jauh dari kediamannya.

"Iya, andai anak kita masih ada, pasti Raya bahagia melihat Maira yang semakin pintar dan menggemaskan," jawab Indira dengan tatapan fokus pada cucunya.

Adi menatap wajah mantan istrinya sekilas, melihat mata Indira yang menyiratkan kesedihan, rasa kehilangannya pun kembali menghantui.

"Bermain di tempat seperti ini, aku jadi ingat masa lalu," kata Adi kemudian, ia terus menatap cucunya yang tengah tertawa bersama teman barunya itu.

"Dulu, sewaktu Raya kecil, dia selalu bahagia dibawa ke tempat bermain, aku masih ingat dia suka naik odong-odong."

Indira tersenyum mengingat masa kecil anaknya. Meski sudah berpuluh-puluh tahun, kenangan mengenai masa kecil Raya masih terekam jelas di memorinya.

"Iya, sayang waktu itu kita bangkrut dan terpaksa harus menitip Raya pada ibu," balas Adi sambil mengingat masa lalunya.

"S
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Sidang Hak Asuh Maira

    Dua bulan berlalu....Dian berkali-kali muntah saat sedang mandi pagi. Meski ia sudah mengkonsumsi berbagai vitamin dan juga anti mual, tetapi bawaan hamil selalu membuat perutnya terasa tak nyaman."Masih mual ya sayang?" tanya Rian setelah istrinya keluar dari kamar mandi."Iya Mas, padahal dulu waktu hamil Citra enggak begitu mual. Yang ini mah selain mual aku sering ngerasain sakit pinggang."Dian melangkah kemudian duduk di depan meja rias, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Sementara Rian tengah bersiap-siap hendak ke rumah sakit."Biasanya kalau hamil anak kedua dan banyak keluhan itu dipicu oleh otot panggul. Selain mengerasnya tulang panggul, terjadi peningkatan ketegangan pada otot yang melekat pada tulang panggul. Otot ligamen yang menopang rahim untuk tetap pada posisinya akan meregang seiring dengan berkembangnya janin. Yang penting kamu tetap tenang, jangan dibawa stress, kasihan anak kita, ya."Rian mendekati istrinya dan menaruh kedua tangan di pundak Dian, pantu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Keributan di Persidangan

    "Bu, aku mau nemenin Tante Indira ya ke pengadilan. Aku takut beliau kenapa-kenapa andai hasilnya gak sesuai rencana kita."Dian yang sebelumnya sedang asyik mengobrol perihal kehamilannya bersama Hasna itu tiba-tiba saja merubah pembahasan."Tapi, apa kamu kuat ke sana sendirian? Ibu gak bisa menemani karena harus menjaga Maira."Hasna menatap ragu manik hitam anaknya. Wanita itu sebenarnya khawatir dengan Indira, tetapi ia pun juga khawatir jika Dian pergi seorang diri."Gak apa-apa Bu, ibu tenang saja. Biar nanti aku diantar sopir, aku benar-benar khawatir sama Tante."Dian memaksa, melihat raut wajah Dian yang hampir sama dengan rasa hatinya, lantas Hasna mengizinkan."Ya sudah, tapi kamu harus bilang dulu sama Rian, ya."Hasna mengelus pipi putrinya lembut, setelah hamil anak keduanya, tubuh Dian semakin berisi, sehingga pipinya nampak bulat."Iya, nanti aku telpon Mas Rian, kalau begitu aku siap-siap dulu ya."Dian bangkit, wanita itu berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Haris Bersilat Lidah

    Sepulangnya dari liburan, Farel dan Beni kini kembali dekat. Mulai berubah, kini tatapan lelaki kecil itu terlihat hangat saat pandangannya beradu dengan sang ayah. Pun dengan Beni, setelah dirinya menghabiskan waktu dengan sang buah hati, kini ia sangat mengerti kebutuhan Farel. Sebagai seorang ayah, ia terlalu sibuk bekerja dengan dalih menafkahi anaknya. Namun, kini ia sadar, ia telah lupa bahwa tak hanya nafkah lahir yang dibutuhkan keluarga. Namun, waktu, kesempatan, perhatikan, kasih sayang dan prioritas yang amat dibutuhkan Farel. Beni sadar, meski sudah bukan lagi balita, tetapi Farel adalah anak-anak. Usia biologisnya mengajak untuk bersenang-senang, sementara selama ini Beni selalu menekankan prestasi pada Farel. Mulai sekarang Beni berjanji, ia tak akan lagi terlalu banyak menekan anaknya. Ia sadar, pintar akan ada waktunya, tetapi masa kecil tidak bisa diulang kembali. "Nengsih, terima kasih ya," kata Beni saat mengemudi, mereka hendak pulang lagi ke kediamannya. Lelaki

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-06
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Kemarahan Dian

    "Ah ini mah dekat. Paling cuma sepuluh menit aja dari sini," gumam Dedi saat melihat lokasi yang dikirim Nengsih. Kebetulan ia sedang mampir di rumah temannya yang ternyata tinggal di komplek yang sama dengan bos Nengsih.Lelaki yang sudah lama menyimpan perasaan untuk teman kecilnya itu merogoh kunci motor dan pamit pada temannya."Mau ke mana buru-buru amat?" tanya temannya yang baru saja mengambil air minum."Mau ketemu Nengsih," balasnya, teman yang sudah tahu semua perasaan Dedi itu mengangguk faham."Bay the way Si Nengsih tinggal di mana sekarang?" tanya temannya lagi penasaran."Dia jadi pengasuh katanya, gue tahu banget sih, status dia sekarang susah buat cari kerja. Kita yang tercatat berkelakuan baik aja susah, apalagi yang mempunyai catatan khusus," balas Dedi, ia takut temannya akan menyebut bodoh seperti tetangganya karena tahu ia menyukai mantan narapidana."Iya sih gue ngerti, semoga aja setelah dia nikah sama loe nanti, si Nengsih bisa bahagia, gue kasihan banget sama

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Karma untuk Stella

    Mendengar keributan, ibu kandung Beni memutuskan keluar dengan menjalankan sendiri kursi rodanya.Begitupun dengan Farel, lelaki yang tengah menggambar lukisan sebuah keluarga itu pun ikut bergegas karena penasaran dengan apa yang terjadi di luar rumahnya.Firda menutup mulut, hampir saja ia tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Beni. Wanita yang sejak dulu selalu menggoda pengacara itu memandang Nengsih dari atas hingga bawah dengan tatapan merendahkan."Tapi Pak__" Nengsih merasa tak nyaman dengan pernyataan Beni, terlebih lelaki itu langsung menyentuhnya."Sudahlah Beni, gak usah ngawur, aku tahu kamu cuma mau memanasi aku saja kan, Ben? Jelas aku dan dia itu jauh berbeda, seujung kuku pun kami tak memiliki kesamaan."Firda menyombongkan dirinya sambil menyilangkan tangan di dada. Jauh dalam hatinya ia merasa terhina karena lelaki yang dicintainya itu lebih memilih perempuan kampung dan miskin seperti Nengsih dibandingkan dirinya.Mendengar nada cemooh dari wanita di hadapanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Harus yang Licik

    "Dian, kamu gak apa-apa, Nak?"Indira langsung merengkuh tubuh keponakannya yang kesakitan. Wanita itu dibantu oleh Adi dan Radit untuk duduk, mereka berharap semoga saja sakit di perut Dian mereda."Ssssttt, hhhh...." Dian terus meringis merasakan sakit yang menghujam perut bagian bawahnya."Minum dulu Dian," kata Adi sambil membuka tutup botol yang ia ambil dari tas Indira.Dian menerima air itu kemudian meminumnya. Namun, rasa sakitnya tak kunjung hilang. Wanita itu masih terus meringis sambil mengatur napasnya."Bawa ke rumah sakit aja," timpal Radit dengan perasaan khawatir. Meski anak yang dikandung Dian sama sekali tak ada hubungan dengannya, tetapi ia sangat mencemaskan kondisi mantan istri. Radit takut terjadi sesuatu dengan Dian."Ya sudah." Indira menganggukkan kepala tanda setuju. Ia bersama Adi membantu keponakannya untuk berdiri dan berjalan keluar, sementara Radit bergegas lari untuk menyiapkan mobil agar Dian tak harus jalan jauh ke parkiran.Di sepanjang perjalanan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Keributan di Rumah Hasna

    "Mbak Hasna," lirih Indira setelah sampai di rumah kakak kandungnya itu. Indira langsung memeluk Hasna erat. Ia menangis kencang di pelukan saudara perempuannya."Bagaimana hasilnya, Indira?" tanya Hasna dengan raut wajah khawatir. Sebenarnya ia sudah tahu jawabannya meski tak bertanya, hanya saja ia ingin mendengar sendiri dari mulut Indira."Mbak, kita kalah, Maira mau diambil sama mereka," kata Indira sambil terisak.Tak lama kemudian Mbok Siti membawa Maira dan Citra turun. Melihat cucunya, Hasna dan Indira lantas langsung mendekati keturunannya masing-masing. Indira memeluk Maira erat, ia tak rela cucunya yang diperjuangkan olehnya itu harus diambil oleh Mega dan Haris."Maira harus ikut saya."Baru saja Indira memeluk Maira, tiba-tiba saja Mega dan Haris sudah berdiri di ambang pintu. Melihat kedatangan mereka, Adi lantas menyeret dua manusia itu keluar dari rumah Hasna.Hasna, Mbok Siti dan Citra ikut keluar, sementara pintu langsung ditutup agar Mega tak mengambil Maira begitu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11
  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Rencana Hasna untuk Haris

    "Indira, keluar kamu. Kalau gak keluar saya dobrak pintunya."Haris mengancam Indira sambil berteriak dari luar. Lelaki itu sudah memasang badan hendak mendobrak pintu rumah Rian."Jangan brutal. Ini rumah saya!" Rian muak melihat arogansi Haris. Pun Dian, ia menatap lelaki itu dengan penuh kebencian."Bujuk Indira atau saya dobrak!" Haris memberi perintah pada pemilik rumah.Hasna yang tengah menahan gemuruh hebat di dadanya lantaran kelakuan sang mantan itu akhirnya melangkah, ia mendekati daun pintu dan mengetuknya."Indira, buka pintunya ya. Kita bisa bicarakan ini baik-baik, jangan seperti itu Indira. Mbak tahu kamu sangat menyayangi Maira. Mbak mengerti sulit untuk kamu menerima ini semua. Tapi Mbak mohon, buka pintunya dulu ya."Hasna berkata dengan suara lembut, ia berusaha bernegosiasi dengan adiknya sambil terus mengetuk pintu. Namun, kini tak terdengar suara Indira maupun Maira di dalam rumah.Hasna menatap mata Dian, kedua manik hitam itu membulat saat saling berhadapan. I

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-11

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Ending

    "Sayang."Beni menghampiri Nengsih yang masih tersedu-sedu. Air mata wanita itu sulit terhenti. Hatinya masih saja nyeri membayangkan masalah yang menimpa keluarganya."Hmmm."Nengsih hanya berdehem, setelah jarak suaminya dekat, ia pun justru mengalihkan pandangan. Kondisi mood sedang buruk lantaran tengah premenstrual syndrom. Sehingga, hormonnya sangat berpengaruh terhadap masalah yang tengah dihadapi.Biasanya, Nengsih akan berpikir rasional. Namun, entah mengapa kali ini seakan-akan ia membenarkan ucapan Abizar bahwa semua yang terjadi antara keluarganya dengan keluarga Tiara disebabkan oleh pengkhianatan suaminya.Beni yang lelah, lantas mencoba diam, lelaki itu mencerna sikap istrinya kemudian instrospeksi diri. Namun, setelah diperhatikan sekian lama ia baru peka bahwa istrinya tengah mengalami mood swing. Sehingga, ia memeluk istrinya dari belakang, tak peduli Nengsih mengamuk, ia hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya sangat mencintai sang istri dibandingkan orang lain."Apaa

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Sahabat Jadi Cinta

    "Ya udah, sambil nunggu Kak Citra masuk aja dulu, yuk."Kedua insan itu lantas masuk ke rumah Dian. Di dalam, Abizar langsung disambut hangat oleh Dian."Abizar, apa kabar?" tanya Dian begitu pandangannya bersitatap dengan putra kedua Beni."Alhamdulillah, aku sehat Tante, Tante Dian apa kabar?"Abizar meraih tangan Dian lalu menciumnya takzim. Lelaki itu kemudian duduk di sofa, sementara Syadea pergi ke dapur untuk mengambilkan jamuan untuk sahabatnya."Katanya mau berangkat siang, ini masih pagi, lho," ujar Dian, ia menoleh ke arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul sembilan.Belum sempat Abizar menjawab, Syadea yang baru kembali dari dapur sembari membawa air dan kudapan itu menyahut."Biasa Ma, dia gak sabar," ujar Syadea dengan menaikkan sebelah alisnya.Dian tersenyum, wanita itu kemudian menganggukkan kepala dan pergi ke halaman rumah untuk mengurus semua tanaman hias kesayangannya.Setelah Dian berlalu, wajah Abizar kembali pias kala mengingat sang ayah. Rasa kecewa kemba

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Kekecewaan Seorang Anak

    Beni mengejar istrinya yang tengah dikuasai emosi. Lelaki itu tahu betul bukan seperti ini karakter Nengsih. Namun, ia pun memaklumi apa yang dirasakan sang istri."Sayang, tunggu!"Beni menyeru istrinya yang baru saja membuka pintu kamar. Sedangkan Nengsih yang baru saja memutar kenop pintu itu menghentikan langkahnya sejenak. Wanita itu terisak, kemudian menyeka air mata yang berkejaran di pipinya.Melihat butiran kristal yang terus meluruh dari manik belahan jiwanya, Beni lantas memeluk sang istri erat. Ia tak mengatakan apapun meski ada yang ingin dikatakan.Beni memilih untuk membiarkan Nengsih mengekspresikan perasaannya. Sedih, marah, kecewa adalah rasa yang sangat manusiawi. Sebaik apapun sang istri, lelaki itu sadar wanitanya bukanlah malaikat. Sama seperti dirinya, kendatipun sudah berusaha menjadi orang baik, tetap saja ia selalu melakukan kesalahan."Mungkin benar kata Abizar, aku yang membuat semua jadi begini, andai aku gak menikahi Tiara untuk membantunya, andai aku jug

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Batas Kesabaran

    Mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Asih, Beni dan istrinya lantas saling pandang. kedua insan itu mengerutkan dahi sebab rasa penasaran."Maksud Bu Asih?" tanya Nengsih tak mengerti.Begitupun dengan Beni, ia menatap mata mantan mertuanya penuh selidik. Entah, lelaki itu merasa ada makna tersirat dari kalimat yang diucapkan oleh Asih.Tak langsung menjawab, Asih justru menangis semakin kencang hingga membuat Abizar yang sebelumnya tak peduli dengan tamu kedua orang tuanya pun ikut menghampiri."Ma, Pa, ada apa?" tanya Abizar setengah berlari, ia takut ada orang kesurupan di rumahnya mengingat sang ibu pernah diganggu makhluk halus."Ssst, gak ada apa-apa," jawab Beni dengan meletakkan jari telunjuk di bibirnya.Namun, bukannya pergi, Abizar justru tertarik ingin mendengar obrolan mereka. Sehingga, lelaki kelas tiga sekolah menengah atas itu duduk di kursi lainnya yang kosong.Asih yang tengah menangis tak memedulikan kehadiran putra Beni, ia tak lagi malu untuk mengemis maaf."Be

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Akibat Keserakahan

    Alarm berbunyi di pukul empat pagi. Sehingga, membuat Citra dan suaminya terperanjat. Boy yang masih merasa lelah itupun meraih ponsel di atas meja, kemudian ia mematikan alarmnya. Namun, bukannya bangkit, lelaki itu justru merebahkan lagi kepalanya ke atas bantal."Kok tidur lagi?"Citra yang juga terbangun karena mendengar alarm lantas menoleh ke arah suaminya. Tubuh keduanya masih polos dan hanya ditutupi oleh selimut saja."Masih ngantuk," jawab Boy dengan suara parau. Matanya seakan-akan sulit terbuka karena rasa lelahnya."Ish, bangun yuk, sebentar lagi kan subuh," ajak Citra.Wanita yang baru saja melepas kegadisannya itu bangkit kemudian duduk di samping Boy, ia menutup dadanya dengan selimut yang dikenakan."Hufft, ayo."Meskipun masih terasa lelah karena pertarungan semalam, tetapi Boy masih selalu ingat dengan kewajibannya. Kendatipun mengantuk dan kerap dihantui rasa malas, tetapi ia selalu bangun untuk bersih-bersih sebelum subuh.Lelaki itu lantas ikut bangkit lalu menci

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Istri Seutuhnya

    "Kamu siap, gak?" tanya Boy.Lelaki itu berbisik di daun telinga sang istri dengan suara lembut dan berat. Sementara Citra hanya mengangguk dengan wajah tersipu."Tapi kita harus berdoa dulu," ujar Citra.Ia hampir tak berani melihat mata suaminya sebab malu, takut dan gelisah terus menghantuinya. Namun, tak dipungkiri ia pun sangat menginginkan malam ini."Iya, aku tahu, yuk kita berdoa dulu," jawab Boy.Keduanya saling melempar senyum, kemudian melafalkan doa sebelum berhubungan. Keduanya berharap semoga setelah malam ini akan lahir keturunan yang sholeh dan sholehah.Namun, setelah berdoa keduanya justru merasa kaku dan malu. Citra bingung begitupun Boy, sehingga lelaki dengan janggut tipis itu menggaruk-garuk kepala sebab salah tingkah yang membuat keduanya tertawa.Tak ingin gagal, Boy yang sangat senang dengan bibir istrinya lantas kembali melabuhkannya di sana. Pun Citra, ia sudah merasa terbiasa sehingga tak lagi malu seperti saat pertama menikah.Lama Boy memainkan bibirnya d

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Kondisi Tiara Memburuk

    "Aku sakit karena membaca surat kamu sama Maira," jawab Citra, bukannya sedih, gadis itu justru tertawa mengingat kekonyolannya. Namun, tidak bagi Boy, ia justru semakin merasa bersalah dan menyadari betapa besar cinta sang istri padanya."Iya kah?" tanya Boy."Iya, kamu tahu gak, kamu adalah orang pertama yang aku cintai."Citra melanjutkan perjalanan, sementara Boy terus menatapnya dengan perasaan kagum juga bahagia."Aku berasa terbang karena dicintai begitu dalam," jawab Boy sembari tertawa. Lelaki itupun meraih kembali jemari Citra dan menuntunnya keluar dari area makam.Setelah sampai di parkiran, Boy meraih helm dan membantu Citra mengenakannya."Aku juga bisa pakai sendiri," tolak Citra, tetapi tak dipungkiri hatinya meleleh dengan perlakuan Boy yang begitu manis."Gak apa-apa, kamu cantik kalau pakai helm," puji Boy sembari menepuk-nepuk benda penutup kepala itu lembut."Ya sudah, sekarang kita cari masjid dulu yuk, habis itu kita makan, aku laper," ajak Citra."Ayok," balas

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Buah Ketulusan

    "Kak Farel, ada Oma sama Opa."Maira berbisik di telinga suaminya. Ia malu sebab ketahuan bermesraan di dapur. Sehingga, keduanya yang tengah berhadapan dengan jarak yang sangat dekat itu lantas menjauh."Gak usah malu, justru kita senang ya, Mas," ujar Indira pada suaminya.kedua pasangan berusia lanjut itu saling melempar senyum. Indira tanpa ragu menggandeng lengan suaminya di hadapan pengantin baru itu."Iya, gak apa-apa, jangan kalah sama kita yang udah tua," sahut Adi sembari tertawa kemudian berlalu meninggalkan Maira dan suaminya di sana.Saat langkah Adi menjauh, Farel masih tersenyum lebar. Ia sangat bahagia karena melihat keromantisan nenek dan kakek Maira meski sudah berusia lanjut."Oma sama Opa romantis banget, ya. Pasti dulu mereka saling mencintai," puji Farel saat kedua orang yang merawat istrinya pergi."Enggak, justru di masa lalu mereka pernah bercerai. Bahkan, kehadiran Mama pun belum bisa membuat Oma mencintai suaminya," balas Maira."Yang benar?"Farel terkejut,

  • Bangkitnya Istri yang Terbuang   Menikmati Momen Indah

    Di rumah Indira, Maira tengah memasak untuk sarapan. Sementara nenek dan kakeknya tengah berjalan-jalan pagi. Mereka sadar sudah tak muda lagi dan harus memerhatikan kesehatan agar tak menjadi pesakitan."Masak apa?"Farel yang baru saja keluar kamar itu menghampiri sang istri, ia memeluk Maira dari belakang sehingga membuat istrinya sedikit terkejut."Eh, aku masak nasi goreng buat sarapan," jawab Maira.Wanita itu membiarkan tangan suaminya melingkar di pinggang. Sehingga, Maira bisa merasakan kehangatan di punggungnya yang menempel dengan dada Farel."Baunya enak," puji Farel.Melihat rambut Maira yang diikat ke belakang dan menampilkan leher jenjang membuat kecantikan wanita itu kian paripurna. Sehingga, membuat Farel semakin senang bermanja-manja dengannya."Oh ya, hari ini mau temani aku ke kantor, enggak?" tanya Maira.Saat libur kuliah, ia memang sering menghabiskan waktu untuk mengurus perusahaan Mega. Maira yang memang mengambil jurusan manajemen dan administrasi bisnis itu

DMCA.com Protection Status