Share

Part 14. Double Date

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 17:17:20

“Lho, Ancala!”

Gemi bisa mendengarkan suara itu disebut oleh Denta ketika dia tengah memilih baju. Kepalanya menoleh dan mendapati sepupunya itu bersama dengan Gita. Gemi mendengus, sebelum memusatkan fokusnya pada kegiatannya. Dia tak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Denta dan Ancala, tapi setelah itu, Gita mendekat padanya.

Menyapa dengan, “Hai!” kepadanya dan itu membuat Gemi sedikit kesal. Bukankah dia sudah bilang kepada Ancala jika orang yang tengah dekat dengan lelaki itu adalah musuhnya? Lalu kenapa lelaki itu justru membiarkan Gita mendekatinya? Sial! Itu sangat menyebalkan.

“Hai.” Tanpa menoleh pada Gita yang berdiri di sampingnya, Gemi hanya menjawab seadanya.

Setelah itu, tidak ada yang berbicara. Aura dingin yang dikeluarkan oleh Gemi terasa menguar tak tanggung-tanggung. Sikap tak acuhnya itu membuat orang lain enggan mengajaknya mengobrol. Setelah mengambil beberapa helai pakaian, Gemi memilih menyingkir, tanpa mengatakan apa pun kepada Gita. Bahkan tanpa menc
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ketty Triyono
Seru, liat sifat gemi begitulah anak tunggal dr kel. Kaya Dia yg tdk hrs menjaga perasaan orang di sekitar nya krn semua anggota kel, sayang dia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 15. Melawan Peraturan

    Pertemuan malam itu, bukan malah memukul mundur Denta dan Gita, justru membuat mereka penasaran. Karena hubungan Gemi dan Ancala begitu dekat, maka Gita bahkan memberanikan diri untuk menemui Gemi. Dia tahu di mana Gemi bekerja, hasil dari bertanya kepada Ancala. Dan siang ini, gadis itu tiba-tiba muncul di lobby Abimanyu group. Gemi yang mendapatkan pemberitahuan dari resepsionis itu bahkan tidak menyangka kalau Gita mendatanginya. Baginya, itu sangat mengganggu. Meskipun sedikit kesal, Gemi tetap harus menemui Gita. “Hai, sorry ganggu!” Gita menyapa lebih dulu ketika Gemi menemuinya. Dia juga memberikan senyum ramahnya. “Hai.” Gemi hanya tersenyum kecil seperti biasa. “Ada apa? Sampai datang ke sini?” “Sudah makan siang?” tanya Gita. “Sepertinya sambil makan siang deh. Biar enak ngobrolnya.” Gemi tampak kurang nyaman. Mereka tidak cukup akrab untuk makan siang bersama. Maka Gemi bertanya, “Sebenarnya, ada hal penting apa yang ingin Mbak bicarakan?” Gita sepertinya tahu jika it

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 16. Bukan Seperti Itu

    Bisa memeluk punggung Ancala lagi, seperti sebuah anugerah besar yang Gemi dapatkan. Beberapa minggu terakhir ini mereka seperti orang asing, bahkan cenderung seperti orang tidak mengenal. Menumpukan dagunya di atas pundak Ancala, kedua tangan Gemi memeluk perut lelaki itu dengan erat. Jika orang lain yang melihatnya maka mereka akan menganggap keduanya adalah pasangan yang sangat serasi. “Mau jalan ke mana sekarang?” Ancala sedikit berteriak agar Gemi bisa mendengarnya. “Putar-putar aja.” Gemi juga sedikit berteriak ketika menjawab. “Ini makanan nanti dingin, lho, Gem. Apa aku antar kamu pulang, lalu kita makan aja di rumah?” “Kita itu baru aja baikan, lho, Bang. Ngerti dikit, kek.” Pukulan ringan di punggung itu diberikan oleh Gemi membuat Ancala terkekeh kecil. “Oke … oke. Kita muter-muter dulu. Jangan tidur dulu. Awas aja tidur.” Tidak ada jawaban dari Gemi. Gadis itu justru mengeratkan pelukannya dan menumpukkan kepalanya sepenuhnya di pundak kiri Ancala. Menikmati kebersam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 17. Jalan Pintas

    “Bicara yang lain, mereka udah datang.” Laksa mengedikkan kepalanya ke arah Ancala dan Gita yang berjalan mendekat ke arah mereka. Laksa meletakkan makanannya di atas meja, lalu membuka bungkusan nasi bakar itu sebelum memakannya. Gita pun melakukan hal yang sama. Empat orang yang lain menatap pergerakan itu dalam diam. Tidak ada yang bersuara, dan keheningan tiba-tiba memeluk mereka. Ancala yang menatap ada yang tidak beres pun mendongak, menatap satu per satu Laksa dan Arca. “Kenapa?” tanyanya, “nggak makan?” Reflek, Tera berdiri, lalu duduk berjongkok di samping Ancala. “Aa, Bang.” Kumat sudah manjanya member termuda dari sepupunya itu. Ancala menyuapi Tera dengan sabar. Lalu tangan Ancala mengarah pada Gemi. “Aa … juga.” “Aku udah makan. Kenyang,” tolaknya. Menjauhkan kepalanya dari tangan Ancala yang sudah ada sesuap nasi. “Aaa.” Ancala bersikeras. Tidak peduli ada Gita di sana, Ancala memilih abai dan menjadi diri sendiri. Menunjukkan jika memang seperti inilah kebiasannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 18. Gadis yang Dicintai Ancala

    “Sejujurnya kalau masalah itu, kami menyerahkan semuanya kepada yang mau menjalani, Pak. Semua tergantung Ancala,” ucap Ramon bijaksana. “Bagaimana, Bang? Ayah serahkan keputusan sama Abang.” Urusan pernikahan adalah urusan serius. Meskipun Ancala sudah mendapatkan tuntutan untuk segera menikah, tetapi para orang tua juga tidak boleh gegabah. Menerima saja usulan orang lain untuk sebuah perjodohan. Benar memang jika saat itu, Anyelir dan ibu Gita yang memiliki ide untuk mendekatkan anak-anak mereka, tetapi hal itu bukan berarti memaksakan kehendak. “Kami akir-akhir ini memang dekat, Om, tapi saya belum berpikir sampai sejauh ini.” Jika kali ini Ancala tidak tegas, maka takutnya nanti, dia akan terjebak dalam kesulitan yang lebih panjang lagi. Tatapannya mengarah pada Gita. “Sepertinya butuh waktu untuk sampai ke sana, Git.” Ruangan itu mendadak hening. Bukankah Gita sudah mengetahui kalau Ancala mencintai orang lain? Setidaknya, Gita bisa berusaha mengambil hati Ancala lebih dulu a

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 19. Ketahuan

    “Apa sih, Mbak, datang-datang udah merengut aja.” Gemi duduk di samping Ancala, memangku bantal sofa dengan bibir tertutup rapat. Ancala belum menceritakan tentang Gita dan orang tuanya yang malam itu datang ke rumahnya membawa serta ide di kepala mereka. Ancala tidak tahu bagaimana reaksi yang akan diberikan oleh Gemi kalau tahu hal tersebut. Apakah dia akan murka, atau justru tidak peduli. “Ini lho tadi, Abang cerita ke Papa katanya Gita dan orang tuanya datang ke rumah untuk ‘ngelamar’ Abang.” Gemi segera menoleh. Tatapannya memicing, tetapi tidak ada suara yang keluar. Dia hanya memberikan kode kepada Ancala untuk menceritakannya lewat tatapan mata. “Ayo, nanti aku ceritain. Makan siang di luar sekalian. Papa nggak ikut?” Basa-basi sekali Ancala mengatakan itu. Arga menggeleng menolak. Lalu, segera saja Ancala menarik tangan Gemi untuk keluar dari ruangan tersebut. Dia akan menceritakan kejadian itu di perjalanan. Gemi tidak bertanya apa pun atau mendesak Ancala segera berbic

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 20. Ke Mana Saja

    Denta tidak bisa membalas ucapan Gemi lagi. Jika menurut mereka hubungan itu bukanlah aib, maka apa lagi yang bisa dia lakukan? Toh sekarang, Gemi dengan lantang mengatakan jika dia mencintai Ancala. Terlebih lagi, perasaan itu sudah tertambat begitu lama. Hubungan saudara mengembang menjadi perasaan cinta. Pantas saja ketika dia bertanya kepada Ancala saat itu tentang perasaannya dengan Gemi, lelaki itu justru terdiam cukup lama seolah ada beban berat yang menguasai hatinya. “Tolong rahasiakan ini dari siapa pun, Den.” Ancala meminta. “Gue nggak mau ini akan menjadi masalah besar.” Dengusah kasar segera saja dikeluarkan oleh lelaki itu. “Lo tahu kalau gue sekarang nggak tahu apa yang harus gue lakukan.” Denta membuka botol air mineral yang tersedia di atas meja, lalu menenggak isinya. “Jujur gue pengen marah. Tapi, masalah perasaan siapa yang bisa melarang. Hati yang memilih.” Ada kekecewaan besar yang tampak pada tatapan Denta. Lelaki itu sungguh tidak menyangka, gadis yang begit

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 21. Pancingan

    “Ayo!” Gemi menyetujui. Arca segera beranjak dengan menarik tangan Gemi, lalu menggenggamnya. Izin kedua orang tuanya, “Bunda, Ayah, kalau nanti aku nggak pulang, artinya aku nginap.” “Nginap di mana?” Ancala sudah seperti orang kebakaran jenggot. Tatapannya melotot marah. “Nginap di rumah Papa Kala kalau nggak di rumah Papa Arga. Ayo, Mbak!” “Aku ikut!” Ancala berdiri langsung. Bukan tidak memercayai adik dan Gemi, hanya saja dia tidak ingin terjebak dengan Gita di rumahnya. Dia juga merasa tidak senang dengan kepergian Ancala dengan Gemi. Entahlah, dia hanya tak senang saja. “Bang, di sini ada Gita.” Anyelir akhirnya membuka suara. Menatap dengan penuh perhitungan kepada Ancala meskipun suaranya masih terdengar lembut. “Abang di sini aja dulu. Nanti kalau mau nyusul mereka, Abang bisa lakukan.” Gita berdiri, lalu tersenyum ramah kepada semua orang. “Tante, nggak masalah. Aku bisa ikut mereka.” Mengambil kesempatan yang belum pasti akan didapatkan lagi nanti. “Sepertinya itu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 22. Semua Sudah Jelas 

    “Kedatangan orang baru tidak seharusnya menggeser orang lama,” jawab Gemi dengan tegas. “Tidak bisa dibandingkan. Mencintai dan melindungi istri adalah kewajiban seorang suami dan tentu saja Abang harus melakukannya. Tapi kasih sayang kepada keluarga juga tidak boleh runtuh. Mereka memiliki porsinya masing-masing.” Gemi menatap Gita santai sebelum melanjutkan. “Kenapa? Kalau Mbak barangkali akan jadi istrinya Mas Anca, maka Mbak akan membatasi itu?” Kini giliran Gita yang sedikit tergagap. Gadis itu menggeleng. “Tentu saja tidak. Kalian adalah keluarga.” “Sebenarnya masalah ini menjadi perbincangan kami para sepupu,” ucap Arca, “orang yang menjadi istri Abang haruslah orang yang cukup bisa menerima sikap manja adik-adiknya. Abang adalah kakak pertama dan tertua kami. Mungkin kalau aku dan Laksa bisa menerima apa pun, tapi kami juga punya dua perempuan yang sejak dulu selalu menguasai Abang. Kalau dia nggak paham tentang sikap mereka, lebih baik kami menolaknya. Bagi kami hubungan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 45. Hidup Bahagia (Tamat)

    “Istriku.” Ancala baru saja sampai rumah ketika melihat penampilan Gemi yang sudah cantik. Meskipun hanya mengenakan daster rumahan kebanggaannya, kecantikan perempuan itu selalu terpancar. Dan inilah yang selalu disukai oleh Ancala, Gemi akan selalu menunggu kepulangannya di teras rumah sambil membaca buku. Tidak di rumah Kala, atau bahkan di rumah mereka sendiri, Gemi memiliki perpustakaan sendiri dengan koleksi buku-bukunya. Gemi tersenyum melihat Ancala yang berjalan ke arahnya. Perempuan itu beranjak untuk menerima tas kerja lelaki itu. “Suamiku capek banget kayaknya.” Ancala memeluk Gemi sambil mencium pipi perempuan itu. Bagi Ancala, energinya akan kembali ketika sudah bertemu dengan sang istri setelah seharian bekerja. Rasa lelah itu seolah menguap begitu saja. Pelukan mereka terurai. Masih dengan memeluk pinggang sang istri, Ancala sedikit menjauhkan tubuhnya untuk menatap wajah Gemi yang halus. “Makan apa malam ini?” tanyanya, “lama nggak ke angkringan. Kangen nasi

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 44. Cinta Sejati

    “Kalian udah datang?” Ancala mendekati istri dan kedua adiknya dengan senyum kecil. Meskipun pagi tadi dia sempat kesal, tetapi setelah Gemi sekarang datang ke kantor, perasaannya menjadi sedikit membaik. Tatapannya mengarah pada ‘tiga tamunya’ yang tidak membawa apa pun. “Jadi belanjanya?” tanyanya. Perempuan yang dimaksud oleh Laksa tadi tidak mengikuti Ancala dan kembali lebih dulu. Gemi tidak bertanya siapa perempuan tersebut karena dia tahu kalau itu adalah sekretaris Ancala. Laksa pun sebenarnya juga tahu, tetapi dia hanya pura-pura untuk mengerjai Gemi. “Bang, aku laper banget, lho.” Laksa mengadu. “Aku laper, Bang.” Ulangnya lagi. “Kalian nggak makan dulu tadi?” Ancala mengernyit aneh menatap satu per satu saudaranya. “Istri Abang ngambek karena diajak desak-desakan. Jadi, nggak memedulikan aku yang kelaparan. Tapi, aku nggak mau makan di kantin ini. Abang tolong pesankan aku makanan yang enak, ya.” Laksa memang benar-benar membuat kakak-kakaknya kesal kalau sudah me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 43. Perkara Sepatu

    “Gem, bangun!” Ancala menepuk paha sang istri pelan ketika sudah sampai di rumah. Mereka baru saja sampai rumah ketika Gemi tidak sadarkan diri, tidur. Sepanjang jalan, Ancala memegangi tangan Gemi takut-takut kalau istrinya itu terjatuh. Bukannya apa-apa, Gemi tidur sepanjang jalan sedangkan mereka menggunakan motor. Kebanyakan makan kepala ayam membuat Gemi lemas sepertinya. “Bang, aku nggak sanggup jalan. Gendong.” Dengan suara lemas, perempuan itu masih memeluk pinggang Ancala dengan erat takut jatuh. Matanya masih tertutup erat enggan untuk terjaga. Napas panjang Ancala terbuang kasar. Menikahi Gemi adalah impiannya, tetapi kalau sifat manja perempuan keluar, maka habislah dia. “Iya, tapi tunggu dulu deh. Aku turun dulu.” Ancala melepaskan tangan Gemi dari pinggangnya sebelum dia turun dengan pelan dari motor. Baru setelahnya menarik tangan Gemi agar istrinya itu naik ke gendongannya. Diam-diam Ancala tersenyum kecil. Terkadang istrinya itu memang menyebalkan, tetapi juga me

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 42. Pernikahan

    Perdebatan yang terjadi malam itu dianggap bukan apa-apa. Pernikahan antara Gemi dan Ancala bahkan akan segera dilakukan dalam waktu dua hari lagi. Pernikahan mewah itu akan dilakukan di outdoor di pinggir pantai. Tidak banyak yang diundang karena Gemi dan Ancala benar-benar memilih orang-orang terdekat mereka saja yang datang. Kabar pernikahan yang sudah merebak itu membuat banyak orang terkejut. Tidak pernah menyangka kalau Gemi dan Ancala akan menikah. Semua orang tahu jika Abimanyu dan Sambara group adalah saudara. Tentu saja hal itu menjadi perbincangan banyak orang. “Gimana rasanya mau menikah?” Denta datang ke rumah Ancala untuk sekedar menemani sahabatnya itu mengobrol. “Dan menikah dengan perempuan yang lo cintai?” “Setelah semua yang terjadi, tentu saja gue bahagia, Den.” Ancala memainkan kakinya yang ada di kolam renang, menimbulkan bunyi kecipak air. “Gue kira akan sulit mendapatkan restu dari para tetua.” Denial mengatakan itu merujuk pada nenek dan kakek Ancala, lela

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 41. Berbeda Pandangan

    “Kamu sudah benar-benar yakin akan menikah dengan Gemi, Bang?” Ramon meyakinkan sekali lagi kepada sang putra atas keputusan untuk meminang sang pencuri hati. Para tetua, nenek kakeknya sudah memberikan izin untuk mempersatukan dua keluarga yang seharusnya tetap menjadi keluarga yang sesungguhnya. Namun, mereka memilih untuk memberikan restu dan menyingkirkan segala ego yang ada. Dua anak manusia itu sudah tidak bisa dipisahkan, untuk apa lagi mereka menahannya dan akan berakhir buruk. “Aku udah yakin, Yah. Aku sudah berbicara dengan Gemi dan dia menerima lamaranku.” Senyum lebar tersemat di bibir Ancala dan wajah sumringah itu tidak bisa berbohong jika dia sangat bahagia. “Kalau begitu, Ayah dan Bunda akan berbicara kepada Papa Kala kalau kami akan segera melamar Gemi. Pikirkan juga kamu ingin menikah di mana? Outdoor atau indoor, masalah biaya jangan khawatir, semua biaya Ayah yang urus.” Rasa sayang Ramon yang diberikan kepada Ancala tidak surut sedikitpun sejak dulu. Lelaki it

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 40. Tidak Menepati Janji

    Setelah obrolan semalam, Gemi bangun tidur dengan perasaan yang terasa ringan. Hubungannya dengan sang ayah sudah membaik dan dia sudah memaafkan apa pun yang pernah sang ayah lakukan. Semua yang dilakukan oleh sang ayah semata untuk melindungi keluarganya. Suasana hati Gemi pun terlihat sangat baik seharian ini. Meskipun Ancala sejak tadi tak kunjung menghubunginya seperti yang sudah dijanjikan semalam, dia masih baik-baik saja. Seperti yang sudah Ancala bilang semalam, lelaki itu akan membicarakan masalah kerjaan dengan sang ayah. “Jadi, kamu mau balik kerja lagi?” Gemi yang baru saja duduk di sofa di samping sang bunda, segera mendapatkan pertanyaan tersebut. “Aku akan pikirkan lagi, Ma.” Sudah kebiasaan berada di rumah selama beberapa bulan, menjadikan Gemi enggan untuk kembali beraktivitas. “Tapi, Ma, Papa ngeluarin aku dari kantor dengan alasan apa, ya?” Benar, Binar pun tampaknya belum tahu tentang masalah tersebut karena dia tak pernah bertanya dengan Kala. “Mama juga

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 39. Restu

    Binar dan Kala mendengar dengan jelas ucapan putri mereka meskipun kata-kata yang diucapkan terbata-bata. Mereka mendengarkan di balik dinding hanya untuk mengetahui reaksi Gemi ketika bertemu dengan Ancala. Nyatanya, Gemi mengatakan sesuatu yang membuat orang tuanya menahan kesedihannya. “Jangan bicara yang tidak-tidak. Sekarang fokuslah pada kesembuhanmu dulu. Papa bilang, kamu masih perlu bertemu dengan psikiater. Kapan jadwalnya? Aku temani ya?” “Aku nggak butuh psikiater lagi, Bang. Obatku udah ada di sini.” Kala mendesah pasrah mendengar jawaban Ancala atas ucapan sang putri. Sudah pasti perasaan Kala sekarang dipenuhi oleh rasa penyesalan yang amat besar. Di ruang tamu, Gemi dan Ancala melepaskan pelukan mereka. Ancala mengusap air mata Gemi yang mengalir menganak sungai di wajahnya. “Aku nggak akan ke mana-mana lagi, Gemi. Aku udah pulang sekarang. Jadi, kamu nggak perlu takut aku pergi lagi.” “Memangnya, Abang dari mana kemarin?” Ancala menyodorkan minuman yang disiapka

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 38. Pertemuan 

    Kala pasti tidak pernah menyangka jika Ramon akan menurunkan egonya untuk meminta putranya pulang. Dia tahu betul bagaimana Ramon menolak permintaannya saat itu. Namun, sekarang tiba-tiba Ancala sudah ada di rumahnya dan menanyakan kabar Gemi. Hal itu tentu saja membuat Kala sedikit bingung. Apa pun itu, Kala tentulah merasa senang dengan kedatangan Ancala ke rumahnya. “Keadaan Gemi sudah lebih baik. Dia sekarang sedang istirahat.” Tepat setelah itu, Binar datang dan segera duduk di samping Ancala. Perempuan paruh baya itu mengelus punggung Ancala tanpa berbicara. Kelegaan terpancar dari matanya. “Kamu dari mana saja, Bang?” tanyanya setelah itu, “Mama cariin kamu.” “Aku jalan-jalan, Ma,” jawab Ancala dengan lembut, “Mama baik-baik aja ‘kan?” “Mama baik. Anca, kamu masih mau nemuin Gemi ‘kan? Setelah waktu itu, dia murung dan tidak ingin berurusan dengan siapa pun.” “Tentu saja aku mau, Ma. Gemi adalah adikku. Kalau memang perlu, aku akan menemaninya sampai dia sembuh.” “Apa mak

  • Bangkitnya Istri yang Dikhianati   Part 37. Kedatangan Ancala

    “Aku harus pulang, Den. Sorry, ya.” Gemi memilih menghindar daripada harus menjawab ucapan Denta. Gadis itu berdiri, lalu buru-buru pergi meninggalkan Denta yang tampak kebingungan. “Gem!” Denta berteriak memanggil gadis itu, tetapi seolah tuli, Gemi tetap berjalan dan sesekali berlari untuk menghindari sahabat Ancala tersebut. Setelah memasuki komplek perumahannya, barulah dia berjalan dengan tenang. Gemi berpikir, kalau Denta saja tidak tahu keberadaan Ancala, itu artinya, kepergian lelaki itu dirahasiakan. Sepertinya, masalah ini benar-benar serius. Gemi berhenti di pinggir jalan, terpaku di tempatnya, lalu berpikir sejenak. Apa dia harus menghubungi Ancala? Apa lelaki itu akan menerima panggilannya kalau dia melakukannya? Kebingungan itu melanda dirinya. Gara-gara kedatangan Denta, menjadikannya berpikir lebih keras tentang Ancala. Gadis berdaster coklat itu kembali melangkah untuk kembali ke rumah. Meskipun dia banyak memikirkan banyak hal, tapi beruntung kini halusinasinya ti

DMCA.com Protection Status