Share

6. Sebelumnya

Penulis: Eleanoor Vana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-26 13:56:15

Gelap. Hanya satu kata itu saja yang dapat mewakili dari semua pemandangan yang saat ini sedang berada di hadapan Griffin.

Selepas terbebas dari kuil yang memenjarakannya selama puluhan ribu tahun. Tempat pertama yang siluman rubah itu kunjungi adalah tempat di mana panglima perangnya berada. Seseorang yang bisa membantunya untuk melancarkan rencana pembalasan dendam.

Angin diam-diam mendesau. Menebar hawa dingin dan mencekam bagi satu-satunya peziarah pada makam kematian tempat bertumpuknya jiwa tersesat.

Langkah kakinya tegap berjalan, memijak pada tulang belulang rapuh yang berserakan dan tersebar hampir di seluruh tempat.

"Bangunlah, Draco. Tidakkah kau mau menyambut tuanmu," ucap Griffin.

Tiba-tiba tanah bergetar. Seperti gempa kecil yang melanda tempat itu. Langit hitam, kerumunan awan berkumpul menciptakan pusaran yang disertai badai. Siap menyambut kebangkitan makhlu mitologi tunggangan sang dewa kegelapan.

Bumi di mana Griffin berpijak sayup-sayup mengeluarkan geraman. Sesosok makhluk muncul dari dalam tanah, membuat retakan yang cukup besar dan suara benturan-benturan keras memekakkan telinga.

Griffin tetap diam di tempat, sama sekali tidak terintimidasi dengan apa yang terjadi. Dewa kegelapan itu hanya memejamkan mata, menunggu satu sosok melepaskan segel dirinya sendiri.

"Keluarlah, temui aku."

Bertepatan dengan kata itu dilontarkan, sesosok makhluk mitologi berwujud seorang anak kecil dengan topeng muncul. Telinganya ditumbuhi bulu, berdiri tegak dengan warna silver. Dia menunduk bersikap sopan pada majikan yang memanggil.

“Selamat datang kembali, Tuan.”

Hening. Hening yang cukup lama. Alih-alih mengucapkan sesuatu, Griffin memilih termenung diam. Dia sama sekali tidak mengenali siapa sosok bocah rubah dengan pakaian kimono itu.

“Kau … Siapa?”

“Saya Draco, Tuan. Karena peperangan terakhir yang terjadi membuat saya kehilangan cukup banyak kehilangan energi kehidupan dan tubuh saya menyusut menjadi seperti ini.”

Griffin mematung, berkedip dua kali. Tak habis pikir panglima perangnya yang terkenal sangar sekarang memiliki bentuk menyedihkan.

“Tapi tenang, Tuan. Saya tetap bisa bertransformasi jika dibutuhkan, maka dari itu saya menyimpan energi yang tersisa untuk detik-detik krusial. Semisal anda di dalam bahaya atau kapan pun anda meminta saya berubah.”

“Kau tidak memiliki bentuk lain selain seorang bocah? Maksudku, aku hanya merasa—“

“Tenang part dua, Tuan.” Draco memotong. “Untuk hal itu tentu saja saya bisa. Sebentar.”

Draco mengubah  bentuk tubuhnya. Menjadi rubah liar dengan yukata putih dan haori berwarna muram. Rambutnya panjang tergerai dan pedang samurai panjang di sisinya. Tampilan Draco secara keseluruhan dengan pakaian tradisiona terlihat sangat sederhana. Dia bahkan tidak mengenakan alas kaki, menatap lurus membalas pandangan Griffin yang terlihat mencela.

“Kau terlihat semakin menyedihkan, Draco.”

Draco membelalak, sesaat wajahnya menampilkan ekspresi terekejut sebelum berubah menjadi murung. “Tapi saya mengambil penampilan anda di masa dahulu, Tuan. Karena saya sangat menghormati anda, jadi saya memilih berpenampilan seperti ini.”

“Penampilanku di masa lalu? Aku pikir aku tidak terlihat semenyedihkan itu.”

“Oh, apa iya?”

“Hah? Apanya?”

“Dalam ingatan saya. Tuan terlihat semenyedihkan ini,” ucap Draco. Masih mempertahankan wajah murung.

Griffin mengingat-ngingat tampilan dirinya sendiri. Memang dahulu sebelum dia sekuat sekarang, dia lebih suka membalut diri dalam busana santai. Griffin tidak sadar busananya terlalu santai hingga membuatnya terlihat menyedihkan. “Kenapa kau tidak bilang kalau aku terlihat menyedihkan.”

“Anda tidak terlihat menyedihkan, Tuan. Anda tampan dan kuat seperti biasa.”

Griffin menghela napas. Lelah berdebat masalah kecil seperti ini.

“Berubahlah menjadi wujud dirimu sebenarnya. Aku ingin mengambil pedangku.”

Draco menunduk. Laki-laki itu merubah diri menjadi bentuk rubah berwarna putih keperakkan, ukurannya besar hampir tiga puluh meter ke udara. Langit kembali memproduksi gemuruh, ditemani kilat yang menyambar. Seolah-olah menyebut pembebasan Setelah lama terpenjara dalam ketidakberdayaan.

Draco mengaum kencang. Menggetarkan atmosfer yang ada, membuat menjadi tampak mengerikan. Dari dalam mulutnya, makhluk berwujud rubah raksasa itu mengeluarkan api biru bercampur hitam. Menyembur kuat dan di arahkan kepada tangan Griffin yang terangkat sebelah.

Sebuah pedang muncul di genggamannya. Berkilauan dengan ukiran api yang dramatis.

Setelah mendapatkan senjata yang ia simpan pada Draco. Misi selanjutnya adalah membebaskan pasukan, setelah itu, maka kiamat akan segera mendatangi hunian para dewa. Griifin dan dendam yang berkobar di dalam dada.

***

Mereka, Griffin dan Draco tiba pada sebuah padang tandus di mana terdapat ribuan siluman yang telah menjelma menjadi patung. Semua setia berada di posisi terakhir kali. Menyerang, terkapar di tanah, dan mati. Ekspresi marah penuh benci dan kengerian tiada akhir yang mengundang rasa takut bagi pasukan lawan.

Setelah puluhan ribu tahun lamanya. Kutukan itu tetap tidak terpatahkan. Seluruh prajurit Griffin masih tersegel utuh. Tidak ada yang berubah dari mereka.

Griffin menginjakkan kaki berjalan menuju area dimana dahulu singgasananya saat peperangan berada. Tempat itu ikut membatu. Benar-benar kutukan yang sangat kuat dan mematikan.

"Merepotkan sekali," ucap Griffin.

Dia kembali menduduki singgasananya, menatap dari atas seluruh pemandangan berubah patung-patung siluman berjumlah ratusan ribu. Griffin memejamkan mata, memutar memori di dalam kepalanya saat momen peperangan itu terjadi.

"Itu tidak akan berhasil, Psyche. Kau tahu apa akhir dari semua ini. Kau hanya akan mati."

"Seseorang harus menghentikanmu."

"Psyche. Apa memang harus sejauh ini?"

Psyche diam. Tak menjawab sepatah kata pun apa yang dikatakan oleh Griffin. Dia hanya memandang tenang.

Setelah itu pedang diangkat tinggi dan ditusukkan ke dadanya sendiri. Darah mengucur, jeritan dan tatapan ngeri di layangkan pada gadis pemberani ini.

Sebuah pengorbanan yan dramatis dan Griffin hanya diam saja.

"Keras kepala."

Dan begitu lah semua terjadi. Titik dimana kekuasaannya diruntuhkan dan kekuatan dewa kegelapan itu terbelenggu oleh segel milik para dewa khayangan. Psyche, sosok yang cukup dihormatinya tak disangka akan melakukan hal sampai sejauh ini. Amat sangat disayangkan.

Griffin membuka mata, menyudahi ingatan pada memori di masa lampau. Sekarang semua itu sudah berakhir. Griffin bebas dan tengah bersiap untuk melakukan penyerangan balasan.

Dia baru saja akan beranjak saat tiba-tiba sesuatu menyentak dadanya. Langkah terhenti, rasa sakit bercampur ngilu menyebar dan membuat keseimbangan goyah.

Griffin terbatuk sekali dan cairan merah kental keluar dari dalam mulut. Dewa kegelapan itu terbelalak kaget. “Apa-apaan ini?”

Dia terjatuh bertumpu dengan sebelah kakinya dan napas tersengal jantung berdebaran di luar kendali. Rasa sakit yang semakin parah dan menyiksa.

"Tuan, ada apa?" pekik Draco yang sudah kembali dalam wujud bocah siluman rubah.

Melihat pemimpinnya dalam keadaan yang tidak normal. Draco segera menghampiri dan ikut merendahkan tubuh membantu Griffin berdiri. "Tuan?"

Griffin tak menjawab, sesak di dada terasa semakin memberat. Dia mencari sumber, apakah ini ada pengaruhnya dengan sisa kutukan yang mengunci dirinya dahulu?

Grifin menggeleng. Ia memijat pelipisnya pening sambil menahan sakit.  Siapa? Siapa? Dan kenapa? cepat temukan penyebabnya.

Mata Griffin terpejam menggali ingatan dan kembali pada momen pertemuannya dengan seorang gadis lemah bernama Mika.

“Ah, peri sialan itu rupanya. Pasti dia penyebabnya. Aku harus menemukannya.”

“Tuan?”

"Tinggalah di sini, Draco. Aku akan kembali. Seseorang harus bertanggung jawab atas rasa sakit yang kutanggung," ucap Griffin misterius.

Draco tak paham, tetapi tetap menurut. Dia melihat tuannya hilang begitu saja berpindah pada tempat lain. Entah kemana.

Griffin tiba pada suatu tempat. Membuka paksa dinding dimensi hanya untuk menemukan seorang gadis mungil dalam ancaman pedang di sekelilingnya. Luka di sekujur tubuh dan sedang sekarat.

Griffin mendesis sebal, dewa kegelapan itu segera mengeluarkan api neraka tingkat teratas dan mengancam semua orang yang ada di sana.

"Siapa pun yang menyentuhnya, akan kubakar menjadi abu," raung Griffin kesal.

Bab terkait

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   7. Griffin dan Draco menemui Mikaila

    Sekarang, Giffin sudah menemukan satu fakta baru. Bahwa memang benar dirinya terikat dengan Mikaila. Entah bagaimana dan siapa dalangnya, Griffin tak bisa menebak.Mendapati situasi rumit yang terjadi. Sang Dewa kegelapan bermenung ria. Dia duduk dengan sebelah kaki menekuk tinggi, tangannya yang bertumpu pada lutut, dan telunjuk menekan pelipis.Entah apa gaya itu.Dahulu semasa dia berjaya, laki-laki itu memang sudah suka termenung. Draco yang menemukan tuannya pada ritual lama, jadi tidak heran lagi melihat Griffin yang memang sudah aneh sejak dahulu.Orang-orang memang mengenal Griffin sebagai sosok yang kaku dan kejam, tetapi dibalik itu semua sebenarnya Griffin memiliki beberapa hal yang dia sembunyikan pada khalayak umum.Seperti kebiasaan bengongnya saat ini, yang bahkan meski sudah puluhan ribu tahun ternyata tidak juga berubah.Draco berpikir, apakah selama dipenjara dalam dimensi waktu itu. Griffin juga sering termenung seperti saat ini. Sepertinya iya.Puluhan ribu tahun m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   8. Dua rubah pencuri

    Sebuah taman yang ditumbuhi oleh beragam bunga dan jenis tanaman adalah pemandangan pertama yang menyambut Griffin dan Draco. Dua makhluk sama spesies beda tingkatan itu berjalan berkeliling melihat semua yang bisa ditangkap oleh mata mereka.“Apa saya boleh memakan buah di sini, Tuan?” Draco bertanya. Rubah itu merasa terpesona dengan banyak sekali buah-buahan yang tumbuh hampir mengalahkan jumlah daun pada pohon apel.“Tak masalah. Makan saja.”“Tapi kita akan terlihat seperti pencuri, Tuan.”Griffin diam sebentar, memegang dagu sembari berpikir. “Hmm, kurasa tidak. Karena kita sudah minta izin.”“Kapan?”“Sekarang.” Griffin berteriak ke udara terbuka. "Minta apel, ya." Setelah mengucapkan kata itu dia menoleh pada Draco sambil melanjutkan ucapannya sendiri. "Iya, ambil saja. Nah, sudah, 'kan.""Anda sangat jenius sekali, Tuan." Mereka berdua senang hati memetik buah-buahan yang ada. Menggigit sekali lalu membuangnya sembarangan. Sebuah kelakuan yang kalau pemilik kebun tahu, dua r

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   1. Perang besar

    Genderang tabuh berkumandang. Derap kaki menghentak bumi, diiringi riuh teriakan ratusan ribu bala tentara siluman. Masing-masing mereka memegang senjata kegelapan yang dapat menembus jantung musuh dalam satu tebasan. Di seberang sana, ratusan meter jaraknya. Pasukan khayangan dewa dunia atas, menelan ludah gugup. “Apa kita bisa bertahan?” “Aku tidak tahu.” Gigil merambat sampai ke tulang, mengantarkan teror dan kecemasan yang pekat. Tak ada satu pun dari mereka yang mau mati, tetapi malaikat pencabut nyawa seolah menyeringai di depan mata. Siap mencabut jiwa-jiwa yang kehilangan asa. Di atas mereka, Griffin, menyungging senyum cemooh. Duduk di singgasana berupa awan gelap buatannya. Menyilang kaki, menikmati indah pertunjukkan. “Ah, manis sekali. Aku suka hawa takut mati ini," katanya terkekeh pelan. “Bahkan aromanya bisa dikecap lidahku.” Griffin merentangkan tangan sambil memejam, seolah sangat menikmati situasi yang ada. Satu tangan di angkat ke atas, mengarahkannya ke pas

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   2. Pertemuan takdir

    Dua puluh ribu tahun berlalu.Mikaila. Seorang pelayan yang bertugas menjaga kebun di perbatasan istana ditertawakan teman sesama pelayan akibat salah mengambil bibit buah."Plum dan peach adalah buah yang sama, Mika." Nona Rachel berbicara. Tangannya menimang-nimang sebiji anggur. Hasil yang ia petik dari kebun istana dan memakannya. Manis. Nona Rachel tersenyum senang.Di tempat ini, perbatasan istana yang dekat dengan danau kehidupan adalah lokasi ragam tumbuhan tumbuh. Mulai dari tanaman obat, hias, juga buah-buahan. Semua diatur oleh Nona Rachel sebagai pengamat.Kalau di dunia manusia. Rachel adalah mandor dan Mika adalah tukang kebun."Cari lagi. Kau harus mempelajari banyak tanaman untuk bisa menjaga tempat ini sepenuhnya.""Anda sungguh akan berkelana Nona Rachel? Kurasa aku masih terlalu payah mengingat ribuan tanaman di tempat ini.""Masaku sudah tiba, Mikaila. Tugasku menyebar benih baru di dunia manusia, memperbaharui semua anugrah yang diturunkan khayangan. Akhir-akhir

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   3. Bangkitnya Dewa Kegelapan

    "Menjauh dariku," teriak salah satu dari mereka. Seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Mikaila, tetapi aneh karena justru ia dapati suara cemprengnya berubah menjadi suara laki-laki dewasa yang berat. "Ah, apa yang terjadi pada suaraku? Hallo? Tes, satu, dua."Dua matanya membola, menutup bibir sendiri karena sensasi terkejut. "Apa aku sakit tenggorokkan?"Sementara sosok yang ia kenali sebagai dirinya, berada di atas, menahan bobot tubuh menaungi Mikaila yang berada di bawah."Siapa kau?""Aku Griffin, dewa kegelapan.""Dewa kejahatan? Kau penjahat ya, ternyata. Kenapa kau jadi aku dan aku jadi kau?" Lelaki yang baru memperkenalkan diri sebagai Dewa kegelapan itu ingin membetulkan julukan yang diberi Mika, tetapi terlalu malas. Bukan itu sekarang yang penting, tetapi penyebab kenapa tubuh mereka saling bertukar. Mika menjadi lelaki misterius penghuni tempat aneh, dan sebaliknya, lelaki itu menempati raga Mika.Histeria menyergap jiwa. Mika kembali memekik kencang. Matanya belingsat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   4. Ikatan Raga

    Bola gas pijar raksasa merangkak naik ke permukaan. Cahaya menerabas gelap dan menyelubungi seluruh dunia atas dengan kehangatan. Mikaila baru saja terjaga dari tidur. Kejadian kemarin masih membekas dalam ingatan. Peri itu bertekad, apa pun yang ia alami di hutan terlarang akan ditelan bulat-bulat tanpa memberitahu orang lain.Sekarang, Mika resmi menjadi penghuni tunggal daerah kebun istana. Nona Rachel telah pergi, dia meninggalkan surat pamit di atas meja untuk Mika. Surat yang berisi perintah untuk menjaga kuil selama Nona Rachel tidak ada.Mika merasa kehilangan, tetapi tak ada yang bisa dilakukan untuk menutupi itu.Jadi hari ini, peri itu mengunjungi kawan lama di daerah barat dunia atas, sebuah distrik hiburan. Tempat dimana manusia dan makhluk astral lain bersatu untuk melakukan transaksi jual beli atau sekedar mencari kesenangan. Baik itu perbudakan, senjata ilegal, pelacuran, ramuan sihir, dan lainnya.Meski berbahaya, wilayah ini diizinkan untuk ada. Pemerintah khayanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   5. Awal bencana

    Suasana mencekam menyelimuti. Semua jiwa yang menyaksikan peristiwa itu dilanda kegugupan.Elena, pemimpin para siluman tersentak mundur. Sementara para prajurit yang mengelilingi terhempas beberapa meter.Griffin bahkan belum melemparkan bola hitam kumpulan api neraka di tangannya. Hanya sekedar hawa saja, tetapi sudah mampu membuat kehebohan.Dewa kegelapan itu berdiri perlahan, mengangkat kepala congkak dengan Mika yang terkulai lemas dalam pelukannya. "Kau? Siapa kau? Berani-beraninya kau masuk ke tempat ini?"Pandangan Griffin pekat mencemooh. "Kau sungguh ingin tahu siapa aku?" Dia menyapu pandangan. Untuk ukuran begundal lemah seperti ini bukanlah apa-apa baginya. Dewa kegelapan itu melepaskan bola api. Hawa panas yang mendebarkan langsung mengubah semua yang di depan menjadi abu tak tersisa.Pengaruh tak hanya mencakup di dalam istana, tetapi menembus keluar hingga membuat kerusuhan besar-besaran terjadi. Siapa sebenarnya orang ini?Elena yang melihat itu menjadi panik, dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25

Bab terbaru

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   8. Dua rubah pencuri

    Sebuah taman yang ditumbuhi oleh beragam bunga dan jenis tanaman adalah pemandangan pertama yang menyambut Griffin dan Draco. Dua makhluk sama spesies beda tingkatan itu berjalan berkeliling melihat semua yang bisa ditangkap oleh mata mereka.“Apa saya boleh memakan buah di sini, Tuan?” Draco bertanya. Rubah itu merasa terpesona dengan banyak sekali buah-buahan yang tumbuh hampir mengalahkan jumlah daun pada pohon apel.“Tak masalah. Makan saja.”“Tapi kita akan terlihat seperti pencuri, Tuan.”Griffin diam sebentar, memegang dagu sembari berpikir. “Hmm, kurasa tidak. Karena kita sudah minta izin.”“Kapan?”“Sekarang.” Griffin berteriak ke udara terbuka. "Minta apel, ya." Setelah mengucapkan kata itu dia menoleh pada Draco sambil melanjutkan ucapannya sendiri. "Iya, ambil saja. Nah, sudah, 'kan.""Anda sangat jenius sekali, Tuan." Mereka berdua senang hati memetik buah-buahan yang ada. Menggigit sekali lalu membuangnya sembarangan. Sebuah kelakuan yang kalau pemilik kebun tahu, dua r

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   7. Griffin dan Draco menemui Mikaila

    Sekarang, Giffin sudah menemukan satu fakta baru. Bahwa memang benar dirinya terikat dengan Mikaila. Entah bagaimana dan siapa dalangnya, Griffin tak bisa menebak.Mendapati situasi rumit yang terjadi. Sang Dewa kegelapan bermenung ria. Dia duduk dengan sebelah kaki menekuk tinggi, tangannya yang bertumpu pada lutut, dan telunjuk menekan pelipis.Entah apa gaya itu.Dahulu semasa dia berjaya, laki-laki itu memang sudah suka termenung. Draco yang menemukan tuannya pada ritual lama, jadi tidak heran lagi melihat Griffin yang memang sudah aneh sejak dahulu.Orang-orang memang mengenal Griffin sebagai sosok yang kaku dan kejam, tetapi dibalik itu semua sebenarnya Griffin memiliki beberapa hal yang dia sembunyikan pada khalayak umum.Seperti kebiasaan bengongnya saat ini, yang bahkan meski sudah puluhan ribu tahun ternyata tidak juga berubah.Draco berpikir, apakah selama dipenjara dalam dimensi waktu itu. Griffin juga sering termenung seperti saat ini. Sepertinya iya.Puluhan ribu tahun m

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   6. Sebelumnya

    Gelap. Hanya satu kata itu saja yang dapat mewakili dari semua pemandangan yang saat ini sedang berada di hadapan Griffin.Selepas terbebas dari kuil yang memenjarakannya selama puluhan ribu tahun. Tempat pertama yang siluman rubah itu kunjungi adalah tempat di mana panglima perangnya berada. Seseorang yang bisa membantunya untuk melancarkan rencana pembalasan dendam.Angin diam-diam mendesau. Menebar hawa dingin dan mencekam bagi satu-satunya peziarah pada makam kematian tempat bertumpuknya jiwa tersesat.Langkah kakinya tegap berjalan, memijak pada tulang belulang rapuh yang berserakan dan tersebar hampir di seluruh tempat."Bangunlah, Draco. Tidakkah kau mau menyambut tuanmu," ucap Griffin.Tiba-tiba tanah bergetar. Seperti gempa kecil yang melanda tempat itu. Langit hitam, kerumunan awan berkumpul menciptakan pusaran yang disertai badai. Siap menyambut kebangkitan makhlu mitologi tunggangan sang dewa kegelapan.Bumi di mana Griffin berpijak sayup-sayup mengeluarkan geraman. Sesoso

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   5. Awal bencana

    Suasana mencekam menyelimuti. Semua jiwa yang menyaksikan peristiwa itu dilanda kegugupan.Elena, pemimpin para siluman tersentak mundur. Sementara para prajurit yang mengelilingi terhempas beberapa meter.Griffin bahkan belum melemparkan bola hitam kumpulan api neraka di tangannya. Hanya sekedar hawa saja, tetapi sudah mampu membuat kehebohan.Dewa kegelapan itu berdiri perlahan, mengangkat kepala congkak dengan Mika yang terkulai lemas dalam pelukannya. "Kau? Siapa kau? Berani-beraninya kau masuk ke tempat ini?"Pandangan Griffin pekat mencemooh. "Kau sungguh ingin tahu siapa aku?" Dia menyapu pandangan. Untuk ukuran begundal lemah seperti ini bukanlah apa-apa baginya. Dewa kegelapan itu melepaskan bola api. Hawa panas yang mendebarkan langsung mengubah semua yang di depan menjadi abu tak tersisa.Pengaruh tak hanya mencakup di dalam istana, tetapi menembus keluar hingga membuat kerusuhan besar-besaran terjadi. Siapa sebenarnya orang ini?Elena yang melihat itu menjadi panik, dia

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   4. Ikatan Raga

    Bola gas pijar raksasa merangkak naik ke permukaan. Cahaya menerabas gelap dan menyelubungi seluruh dunia atas dengan kehangatan. Mikaila baru saja terjaga dari tidur. Kejadian kemarin masih membekas dalam ingatan. Peri itu bertekad, apa pun yang ia alami di hutan terlarang akan ditelan bulat-bulat tanpa memberitahu orang lain.Sekarang, Mika resmi menjadi penghuni tunggal daerah kebun istana. Nona Rachel telah pergi, dia meninggalkan surat pamit di atas meja untuk Mika. Surat yang berisi perintah untuk menjaga kuil selama Nona Rachel tidak ada.Mika merasa kehilangan, tetapi tak ada yang bisa dilakukan untuk menutupi itu.Jadi hari ini, peri itu mengunjungi kawan lama di daerah barat dunia atas, sebuah distrik hiburan. Tempat dimana manusia dan makhluk astral lain bersatu untuk melakukan transaksi jual beli atau sekedar mencari kesenangan. Baik itu perbudakan, senjata ilegal, pelacuran, ramuan sihir, dan lainnya.Meski berbahaya, wilayah ini diizinkan untuk ada. Pemerintah khayanga

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   3. Bangkitnya Dewa Kegelapan

    "Menjauh dariku," teriak salah satu dari mereka. Seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Mikaila, tetapi aneh karena justru ia dapati suara cemprengnya berubah menjadi suara laki-laki dewasa yang berat. "Ah, apa yang terjadi pada suaraku? Hallo? Tes, satu, dua."Dua matanya membola, menutup bibir sendiri karena sensasi terkejut. "Apa aku sakit tenggorokkan?"Sementara sosok yang ia kenali sebagai dirinya, berada di atas, menahan bobot tubuh menaungi Mikaila yang berada di bawah."Siapa kau?""Aku Griffin, dewa kegelapan.""Dewa kejahatan? Kau penjahat ya, ternyata. Kenapa kau jadi aku dan aku jadi kau?" Lelaki yang baru memperkenalkan diri sebagai Dewa kegelapan itu ingin membetulkan julukan yang diberi Mika, tetapi terlalu malas. Bukan itu sekarang yang penting, tetapi penyebab kenapa tubuh mereka saling bertukar. Mika menjadi lelaki misterius penghuni tempat aneh, dan sebaliknya, lelaki itu menempati raga Mika.Histeria menyergap jiwa. Mika kembali memekik kencang. Matanya belingsat

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   2. Pertemuan takdir

    Dua puluh ribu tahun berlalu.Mikaila. Seorang pelayan yang bertugas menjaga kebun di perbatasan istana ditertawakan teman sesama pelayan akibat salah mengambil bibit buah."Plum dan peach adalah buah yang sama, Mika." Nona Rachel berbicara. Tangannya menimang-nimang sebiji anggur. Hasil yang ia petik dari kebun istana dan memakannya. Manis. Nona Rachel tersenyum senang.Di tempat ini, perbatasan istana yang dekat dengan danau kehidupan adalah lokasi ragam tumbuhan tumbuh. Mulai dari tanaman obat, hias, juga buah-buahan. Semua diatur oleh Nona Rachel sebagai pengamat.Kalau di dunia manusia. Rachel adalah mandor dan Mika adalah tukang kebun."Cari lagi. Kau harus mempelajari banyak tanaman untuk bisa menjaga tempat ini sepenuhnya.""Anda sungguh akan berkelana Nona Rachel? Kurasa aku masih terlalu payah mengingat ribuan tanaman di tempat ini.""Masaku sudah tiba, Mikaila. Tugasku menyebar benih baru di dunia manusia, memperbaharui semua anugrah yang diturunkan khayangan. Akhir-akhir

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   1. Perang besar

    Genderang tabuh berkumandang. Derap kaki menghentak bumi, diiringi riuh teriakan ratusan ribu bala tentara siluman. Masing-masing mereka memegang senjata kegelapan yang dapat menembus jantung musuh dalam satu tebasan. Di seberang sana, ratusan meter jaraknya. Pasukan khayangan dewa dunia atas, menelan ludah gugup. “Apa kita bisa bertahan?” “Aku tidak tahu.” Gigil merambat sampai ke tulang, mengantarkan teror dan kecemasan yang pekat. Tak ada satu pun dari mereka yang mau mati, tetapi malaikat pencabut nyawa seolah menyeringai di depan mata. Siap mencabut jiwa-jiwa yang kehilangan asa. Di atas mereka, Griffin, menyungging senyum cemooh. Duduk di singgasana berupa awan gelap buatannya. Menyilang kaki, menikmati indah pertunjukkan. “Ah, manis sekali. Aku suka hawa takut mati ini," katanya terkekeh pelan. “Bahkan aromanya bisa dikecap lidahku.” Griffin merentangkan tangan sambil memejam, seolah sangat menikmati situasi yang ada. Satu tangan di angkat ke atas, mengarahkannya ke pas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status