Share

4. Ikatan Raga

Penulis: Eleanoor Vana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-25 09:34:18

Bola gas pijar raksasa merangkak naik ke permukaan. Cahaya menerabas gelap dan menyelubungi seluruh dunia atas dengan kehangatan. 

Mikaila baru saja terjaga dari tidur.  Kejadian kemarin masih membekas dalam ingatan. Peri itu bertekad, apa pun yang ia alami di hutan terlarang akan ditelan bulat-bulat tanpa memberitahu orang lain.

Sekarang, Mika resmi menjadi penghuni tunggal daerah kebun istana. Nona Rachel telah pergi, dia meninggalkan surat pamit di atas meja untuk Mika. Surat yang berisi perintah untuk menjaga kuil selama Nona Rachel tidak ada.

Mika merasa kehilangan, tetapi tak ada yang bisa dilakukan untuk menutupi itu.

Jadi hari ini, peri itu mengunjungi kawan lama di daerah barat dunia atas, sebuah distrik hiburan. Tempat dimana manusia dan makhluk astral lain bersatu untuk melakukan transaksi jual beli atau sekedar mencari kesenangan. Baik itu perbudakan, senjata ilegal, pelacuran, ramuan sihir, dan lainnya.

Meski berbahaya, wilayah ini diizinkan untuk ada. Pemerintah khayangan tidak melarang selagi tidak menimbulkan kerusuhan. Namun, tetap memberi saksi tegas andai hal itu terjadi.

Mika menatap pada sepasang siluman yang tengah mengobrol membahas soal ledakan besar di hutan terlarang kemarin. Berita itu memang sempat menyebar. Segel untuk memenjara penjahat tiga dunia bersarang di sana. Menyebabkan beberapa tahanan lepas. 

Namun berdasarkan informasi yang ia curi dengar dari peri istana tengah, para dewa berhasil menangkap kembali semua pesakitan yang kabur dan kondisi kembali kondusif seperti semula.

Mika bernapas lega. Pikiran baiknya menduga bahwa Griffin juga sudah tertangkap. 

Dewa kegelapan itu memang banyak songongnya. Merasa paling hebat padahal bukan apa-apa dibandingkan kekuatan elit negri khayangan. Sudah seharusnya dia telah kembali ke tempat itu.

"Ayo lah, jangan menawarnya terlalu murah. Aku mengorbankan banyak hal untuk mendapatkan bibit itu." Mika mencoba merayu.

Teman lamanya, Kristin, seorang keturunan peri angin menimbang-nimbang bibit beri di tangan. Memandang penuh tuduhan pada Mikaila.

"Kalau kau menceritakan secara jujur darimana kau mendapatkan bibit langka ini. Aku akan menaikkan harga."

"Eeh, aku kan sudah bilang. Aku menemukannya di kawasan paling ujung perbatasan timur. Aku menggali-gali tanah dan boom,  aku menemukan harta karun."

"Bohong!"

"Aku tak bohong." Mika agak terkesiap sedikit. Dia tak pandai berbual, tapi mencoba melakukannya. "Ak-aku memang menemukannya di sana."

Kristin menghela napas. Pertukaran antara bibit beri dan ramuan penguat sihir yang diinginkan Mika setara. Benda yang menjadi alat barter itu cukup menggiurkan Kristin, tetapi dia penasaran dengan cerita versi sebenarnya. 

"Kau yakin tidak mencuri bibit ini, 'kan? Bibit ini hanya tumbuh di hutan terlarang. Sangat mustahil dijumpai secara acak di perbatasan timur."

"Kalau begitu anggap saja aku beruntung." Mika mengangkat bahu.

"Baiklah, aku akan memberikan ramuan itu, tapi dengan satu syarat. Pihak siluman langgananku meminta untuk diantarkan emas merah sebagai bahan baku pembuat pedang. Bisa kau antar ke sana?"

"Eh, tapi, bukannya di sana berbahaya? Kau berurusan dengan para pembangkang?"

"Aku ini pedagang, mereka pelangganku. Selagi mereka memberiku uang, aku akan menerimanya. Kau cukup berikan pada penjaga, tak perlu masuk. Sebut namaku untuk mempermudah."

Mika menggembungkan pipi mengangguk polos. "Baik, Nona. Hamba akan melaksanakan. Tapi kau benar akan memberi ramuan penguat itu, 'kan? Aku membutuhkannya untuk ujian naik level."

"Aku bukan penipu, tenang saja."

Mika akhirnya berangkat menuju tempat yang dimaksud.

Sarang para siluman sesuai yang dibayangkan. Istananya terbuat dari batu karang menusuk langit, ujungnya yang tajam, segerombolan awan hitam menyebar memeluk wilayah. Hawa berat menyeramkan terasa membuat bulu kuduk Mika berdiri. Sama sekali tidak ada sentuhan kehidupan. Bagi Mika, tempat ini bak simulasi neraka.

Dia menyapu pandang menemukan penjaga, tetapi tak satu pun ada yang menjaga gerbang. Rasa penasaran menguar ingin menelusuri lebih jauh. Mengabaikan amanat Kristin, Mika akhirnya menerobos masuk untuk memberi secara langsung.

Langkah kaki peri itu senyap berderap, melewati lorong-lorong panjang. Melihat ke kiri-kanan menilai seluruh lokasi. Tempat ini benar-benar sangat aneh. Ada hawa mencekam yang pekat menusuk dada.

Sampai akhirnya sebuah ruangan membuat Mika menjeda langkah. Peri itu mengintip, terbelalak menemukan sesuatu menakjubkan yang tersembunyi di dalam peti emas terbuka. 

Sebuah budidaya tanaman yang keberadaannya sudah punah. 

"Hah? Tanaman itu bukannya anggrek biru, ya? Kenapa ada di sini?

Anggrek biru memiliki kekuatan untuk menetralkan segala jenis sihir. Para mata-mata biasa menggunakannya untuk menekan hawa keberadaan selagi menyusup. Mungkinkah semua prajurit siluman menggunakan tanaman ini untuk melakukan rencana jahat? Sepertinya iya.

"Kalau kuambil satu batang saja dan kutaman di halaman kuil. Apakah benda ini akan hidup? Bagaimana bisa para siluman memilikinya?"

Mika menggigit bibir. Informasi ini harus segera ia sampaikan pada pihak istana agar lebih waspada.

Dia masuk ke dalam memetik salah satu anggrek. Namun begitu akan berbalik kabur, sebuah benda tajam menempel di leher yang membuatnya langsung membeku di tempat. 

"Taruh kembali bunga itu pada tempatnya, pencuri sialan. Atau kutebas lehermu."

Rasa takut langsung mecengkram erat sekujur badan Mika.

Peri lemah itu menahan tangis menemukan segerombolan prajurit siluman telah mengepungnya. Membuat sebuah lingkaran yang mencegah Mika melarikan diri.

"Ak-aku hanya bertugas mengantarkan benda ini Yang Mulia. Maafkan aku," ringisnya meminta belas kasihan.

Wanita yang menjadi pemimpin siluman memandang serius. Matanya tajam memperhatikan wajah Mika yang sangat jelas merupakan penduduk khayangan. 

Dendam masa lalu menyelubungi. Ingatan saat bala tentara dewa menundukkan kaumnya memercik rasa benci. 

"Begitukah?." Seringainya terbentuk, menekan ujung pedang di pangkal leher. "Kau pikir aku akan percaya?"

"A-ku bersungguh-sungguh, aku hanya utusan Kristin untuk memberikan benda ini." Mika menunjukkan sekantung emas merah yang dibawanya. "Sama sekali tidak bermaksud mencuri."

"Lalu di tangan kananmu itu apa?"

Mika membelalak, dia lupa menyembunyikan angrek biru itu karena terlalu fokus pada desakan yang terjadi. 

"Ak-aku."

"Tidak ada alasan, kau sudah tertangkap basah." Pemimpin siluman melirik pada prajurit yang ada. "Bunuh dia."

"Mohon ampun, Nyonya. Biarkan aku hidup. A-aku akan segera pergi dari tempat i--"

Belum selesai Mika berbicara. Sabetan pedang menyayat daging lengannya, mengucurkan darah segar dari luka yang tercipta.

Mika meringis, terduduk menahan sakit. Air matanya tumpah. Belum selesai penderitaan itu, serangan kedua meluncur, ketiga, dan seterusnya.

"Setelah semua yang dilakukan kaummu. Kau pikir aku akan membebaskan makhluk rendah seperti kalian? Omong kosong."

Tangan pemimpin siluman mengeluarkan api biru, khas milik kaum mereka. Api yang berasal dari lapisan teratas neraka dan mampu merontokkan kulit pembalut tulang. 

Mika dipaksa berdiri. Selubung api memanjang mulai membakar gaun yang ia kenakan. 

Peri lemah itu memekik, tak punya daya untuk melakukan perlawanan. Dia merasa kulitnya mulai melepuh membuka daging merah yang bersembunyi di dalam. 

"Sakit. Aku mohon lepaskan aku. Sakit," ringisnya pedih.  "Tolong ampuni aku."

Mata peri itu makin membelalak kala sosok yang dihadapannya membentuk api di tangan menjadi sebuah tombak. Mengangkat tinggi dan langsung menghunus  dada Mika saat itu juga.

Mika pikir. Eksekusinya tak secepat ini. Biasanya para penjahat akan berlama-lama mengintimidasi mangsa, tapi ternyata pikiran itu salah. Buktinya sekarang, Mika melihat lubang besar  menembus dada. Jantungnya pecah dan darah dimuntahkan deras. 

Rasa sakit bercampur panas menyengat. Mika mustahil selamat, ini adalah kematian.

Tubuh peri itu ambruk. Namun, di detik krusial itu, bayangan orang yang paling tidak ingin dipikirkan mendadak menampung tubuh Mika.

Sosok berjubah hitam dengan mata setajam elang.

"Griffin?"

Griffin mengetat gigi. Kemarahan tercetak jelas di wajah tampannya. Tangannya terangkat ke atas membentuk sebuah bola pijar berwarna hitam. Sihir api teratas dan terkuat.

"Siapa pun yang berani menyentuhnya, akan kubakar menjadi abu."

Bab terkait

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   5. Awal bencana

    Suasana mencekam menyelimuti. Semua jiwa yang menyaksikan peristiwa itu dilanda kegugupan.Elena, pemimpin para siluman tersentak mundur. Sementara para prajurit yang mengelilingi terhempas beberapa meter.Griffin bahkan belum melemparkan bola hitam kumpulan api neraka di tangannya. Hanya sekedar hawa saja, tetapi sudah mampu membuat kehebohan.Dewa kegelapan itu berdiri perlahan, mengangkat kepala congkak dengan Mika yang terkulai lemas dalam pelukannya. "Kau? Siapa kau? Berani-beraninya kau masuk ke tempat ini?"Pandangan Griffin pekat mencemooh. "Kau sungguh ingin tahu siapa aku?" Dia menyapu pandangan. Untuk ukuran begundal lemah seperti ini bukanlah apa-apa baginya. Dewa kegelapan itu melepaskan bola api. Hawa panas yang mendebarkan langsung mengubah semua yang di depan menjadi abu tak tersisa.Pengaruh tak hanya mencakup di dalam istana, tetapi menembus keluar hingga membuat kerusuhan besar-besaran terjadi. Siapa sebenarnya orang ini?Elena yang melihat itu menjadi panik, dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-25
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   6. Sebelumnya

    Gelap. Hanya satu kata itu saja yang dapat mewakili dari semua pemandangan yang saat ini sedang berada di hadapan Griffin.Selepas terbebas dari kuil yang memenjarakannya selama puluhan ribu tahun. Tempat pertama yang siluman rubah itu kunjungi adalah tempat di mana panglima perangnya berada. Seseorang yang bisa membantunya untuk melancarkan rencana pembalasan dendam.Angin diam-diam mendesau. Menebar hawa dingin dan mencekam bagi satu-satunya peziarah pada makam kematian tempat bertumpuknya jiwa tersesat.Langkah kakinya tegap berjalan, memijak pada tulang belulang rapuh yang berserakan dan tersebar hampir di seluruh tempat."Bangunlah, Draco. Tidakkah kau mau menyambut tuanmu," ucap Griffin.Tiba-tiba tanah bergetar. Seperti gempa kecil yang melanda tempat itu. Langit hitam, kerumunan awan berkumpul menciptakan pusaran yang disertai badai. Siap menyambut kebangkitan makhlu mitologi tunggangan sang dewa kegelapan.Bumi di mana Griffin berpijak sayup-sayup mengeluarkan geraman. Sesoso

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   7. Griffin dan Draco menemui Mikaila

    Sekarang, Giffin sudah menemukan satu fakta baru. Bahwa memang benar dirinya terikat dengan Mikaila. Entah bagaimana dan siapa dalangnya, Griffin tak bisa menebak.Mendapati situasi rumit yang terjadi. Sang Dewa kegelapan bermenung ria. Dia duduk dengan sebelah kaki menekuk tinggi, tangannya yang bertumpu pada lutut, dan telunjuk menekan pelipis.Entah apa gaya itu.Dahulu semasa dia berjaya, laki-laki itu memang sudah suka termenung. Draco yang menemukan tuannya pada ritual lama, jadi tidak heran lagi melihat Griffin yang memang sudah aneh sejak dahulu.Orang-orang memang mengenal Griffin sebagai sosok yang kaku dan kejam, tetapi dibalik itu semua sebenarnya Griffin memiliki beberapa hal yang dia sembunyikan pada khalayak umum.Seperti kebiasaan bengongnya saat ini, yang bahkan meski sudah puluhan ribu tahun ternyata tidak juga berubah.Draco berpikir, apakah selama dipenjara dalam dimensi waktu itu. Griffin juga sering termenung seperti saat ini. Sepertinya iya.Puluhan ribu tahun m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-26
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   8. Dua rubah pencuri

    Sebuah taman yang ditumbuhi oleh beragam bunga dan jenis tanaman adalah pemandangan pertama yang menyambut Griffin dan Draco. Dua makhluk sama spesies beda tingkatan itu berjalan berkeliling melihat semua yang bisa ditangkap oleh mata mereka.“Apa saya boleh memakan buah di sini, Tuan?” Draco bertanya. Rubah itu merasa terpesona dengan banyak sekali buah-buahan yang tumbuh hampir mengalahkan jumlah daun pada pohon apel.“Tak masalah. Makan saja.”“Tapi kita akan terlihat seperti pencuri, Tuan.”Griffin diam sebentar, memegang dagu sembari berpikir. “Hmm, kurasa tidak. Karena kita sudah minta izin.”“Kapan?”“Sekarang.” Griffin berteriak ke udara terbuka. "Minta apel, ya." Setelah mengucapkan kata itu dia menoleh pada Draco sambil melanjutkan ucapannya sendiri. "Iya, ambil saja. Nah, sudah, 'kan.""Anda sangat jenius sekali, Tuan." Mereka berdua senang hati memetik buah-buahan yang ada. Menggigit sekali lalu membuangnya sembarangan. Sebuah kelakuan yang kalau pemilik kebun tahu, dua r

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   1. Perang besar

    Genderang tabuh berkumandang. Derap kaki menghentak bumi, diiringi riuh teriakan ratusan ribu bala tentara siluman. Masing-masing mereka memegang senjata kegelapan yang dapat menembus jantung musuh dalam satu tebasan. Di seberang sana, ratusan meter jaraknya. Pasukan khayangan dewa dunia atas, menelan ludah gugup. “Apa kita bisa bertahan?” “Aku tidak tahu.” Gigil merambat sampai ke tulang, mengantarkan teror dan kecemasan yang pekat. Tak ada satu pun dari mereka yang mau mati, tetapi malaikat pencabut nyawa seolah menyeringai di depan mata. Siap mencabut jiwa-jiwa yang kehilangan asa. Di atas mereka, Griffin, menyungging senyum cemooh. Duduk di singgasana berupa awan gelap buatannya. Menyilang kaki, menikmati indah pertunjukkan. “Ah, manis sekali. Aku suka hawa takut mati ini," katanya terkekeh pelan. “Bahkan aromanya bisa dikecap lidahku.” Griffin merentangkan tangan sambil memejam, seolah sangat menikmati situasi yang ada. Satu tangan di angkat ke atas, mengarahkannya ke pas

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   2. Pertemuan takdir

    Dua puluh ribu tahun berlalu.Mikaila. Seorang pelayan yang bertugas menjaga kebun di perbatasan istana ditertawakan teman sesama pelayan akibat salah mengambil bibit buah."Plum dan peach adalah buah yang sama, Mika." Nona Rachel berbicara. Tangannya menimang-nimang sebiji anggur. Hasil yang ia petik dari kebun istana dan memakannya. Manis. Nona Rachel tersenyum senang.Di tempat ini, perbatasan istana yang dekat dengan danau kehidupan adalah lokasi ragam tumbuhan tumbuh. Mulai dari tanaman obat, hias, juga buah-buahan. Semua diatur oleh Nona Rachel sebagai pengamat.Kalau di dunia manusia. Rachel adalah mandor dan Mika adalah tukang kebun."Cari lagi. Kau harus mempelajari banyak tanaman untuk bisa menjaga tempat ini sepenuhnya.""Anda sungguh akan berkelana Nona Rachel? Kurasa aku masih terlalu payah mengingat ribuan tanaman di tempat ini.""Masaku sudah tiba, Mikaila. Tugasku menyebar benih baru di dunia manusia, memperbaharui semua anugrah yang diturunkan khayangan. Akhir-akhir

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   3. Bangkitnya Dewa Kegelapan

    "Menjauh dariku," teriak salah satu dari mereka. Seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Mikaila, tetapi aneh karena justru ia dapati suara cemprengnya berubah menjadi suara laki-laki dewasa yang berat. "Ah, apa yang terjadi pada suaraku? Hallo? Tes, satu, dua."Dua matanya membola, menutup bibir sendiri karena sensasi terkejut. "Apa aku sakit tenggorokkan?"Sementara sosok yang ia kenali sebagai dirinya, berada di atas, menahan bobot tubuh menaungi Mikaila yang berada di bawah."Siapa kau?""Aku Griffin, dewa kegelapan.""Dewa kejahatan? Kau penjahat ya, ternyata. Kenapa kau jadi aku dan aku jadi kau?" Lelaki yang baru memperkenalkan diri sebagai Dewa kegelapan itu ingin membetulkan julukan yang diberi Mika, tetapi terlalu malas. Bukan itu sekarang yang penting, tetapi penyebab kenapa tubuh mereka saling bertukar. Mika menjadi lelaki misterius penghuni tempat aneh, dan sebaliknya, lelaki itu menempati raga Mika.Histeria menyergap jiwa. Mika kembali memekik kencang. Matanya belingsat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-20

Bab terbaru

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   8. Dua rubah pencuri

    Sebuah taman yang ditumbuhi oleh beragam bunga dan jenis tanaman adalah pemandangan pertama yang menyambut Griffin dan Draco. Dua makhluk sama spesies beda tingkatan itu berjalan berkeliling melihat semua yang bisa ditangkap oleh mata mereka.“Apa saya boleh memakan buah di sini, Tuan?” Draco bertanya. Rubah itu merasa terpesona dengan banyak sekali buah-buahan yang tumbuh hampir mengalahkan jumlah daun pada pohon apel.“Tak masalah. Makan saja.”“Tapi kita akan terlihat seperti pencuri, Tuan.”Griffin diam sebentar, memegang dagu sembari berpikir. “Hmm, kurasa tidak. Karena kita sudah minta izin.”“Kapan?”“Sekarang.” Griffin berteriak ke udara terbuka. "Minta apel, ya." Setelah mengucapkan kata itu dia menoleh pada Draco sambil melanjutkan ucapannya sendiri. "Iya, ambil saja. Nah, sudah, 'kan.""Anda sangat jenius sekali, Tuan." Mereka berdua senang hati memetik buah-buahan yang ada. Menggigit sekali lalu membuangnya sembarangan. Sebuah kelakuan yang kalau pemilik kebun tahu, dua r

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   7. Griffin dan Draco menemui Mikaila

    Sekarang, Giffin sudah menemukan satu fakta baru. Bahwa memang benar dirinya terikat dengan Mikaila. Entah bagaimana dan siapa dalangnya, Griffin tak bisa menebak.Mendapati situasi rumit yang terjadi. Sang Dewa kegelapan bermenung ria. Dia duduk dengan sebelah kaki menekuk tinggi, tangannya yang bertumpu pada lutut, dan telunjuk menekan pelipis.Entah apa gaya itu.Dahulu semasa dia berjaya, laki-laki itu memang sudah suka termenung. Draco yang menemukan tuannya pada ritual lama, jadi tidak heran lagi melihat Griffin yang memang sudah aneh sejak dahulu.Orang-orang memang mengenal Griffin sebagai sosok yang kaku dan kejam, tetapi dibalik itu semua sebenarnya Griffin memiliki beberapa hal yang dia sembunyikan pada khalayak umum.Seperti kebiasaan bengongnya saat ini, yang bahkan meski sudah puluhan ribu tahun ternyata tidak juga berubah.Draco berpikir, apakah selama dipenjara dalam dimensi waktu itu. Griffin juga sering termenung seperti saat ini. Sepertinya iya.Puluhan ribu tahun m

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   6. Sebelumnya

    Gelap. Hanya satu kata itu saja yang dapat mewakili dari semua pemandangan yang saat ini sedang berada di hadapan Griffin.Selepas terbebas dari kuil yang memenjarakannya selama puluhan ribu tahun. Tempat pertama yang siluman rubah itu kunjungi adalah tempat di mana panglima perangnya berada. Seseorang yang bisa membantunya untuk melancarkan rencana pembalasan dendam.Angin diam-diam mendesau. Menebar hawa dingin dan mencekam bagi satu-satunya peziarah pada makam kematian tempat bertumpuknya jiwa tersesat.Langkah kakinya tegap berjalan, memijak pada tulang belulang rapuh yang berserakan dan tersebar hampir di seluruh tempat."Bangunlah, Draco. Tidakkah kau mau menyambut tuanmu," ucap Griffin.Tiba-tiba tanah bergetar. Seperti gempa kecil yang melanda tempat itu. Langit hitam, kerumunan awan berkumpul menciptakan pusaran yang disertai badai. Siap menyambut kebangkitan makhlu mitologi tunggangan sang dewa kegelapan.Bumi di mana Griffin berpijak sayup-sayup mengeluarkan geraman. Sesoso

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   5. Awal bencana

    Suasana mencekam menyelimuti. Semua jiwa yang menyaksikan peristiwa itu dilanda kegugupan.Elena, pemimpin para siluman tersentak mundur. Sementara para prajurit yang mengelilingi terhempas beberapa meter.Griffin bahkan belum melemparkan bola hitam kumpulan api neraka di tangannya. Hanya sekedar hawa saja, tetapi sudah mampu membuat kehebohan.Dewa kegelapan itu berdiri perlahan, mengangkat kepala congkak dengan Mika yang terkulai lemas dalam pelukannya. "Kau? Siapa kau? Berani-beraninya kau masuk ke tempat ini?"Pandangan Griffin pekat mencemooh. "Kau sungguh ingin tahu siapa aku?" Dia menyapu pandangan. Untuk ukuran begundal lemah seperti ini bukanlah apa-apa baginya. Dewa kegelapan itu melepaskan bola api. Hawa panas yang mendebarkan langsung mengubah semua yang di depan menjadi abu tak tersisa.Pengaruh tak hanya mencakup di dalam istana, tetapi menembus keluar hingga membuat kerusuhan besar-besaran terjadi. Siapa sebenarnya orang ini?Elena yang melihat itu menjadi panik, dia

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   4. Ikatan Raga

    Bola gas pijar raksasa merangkak naik ke permukaan. Cahaya menerabas gelap dan menyelubungi seluruh dunia atas dengan kehangatan. Mikaila baru saja terjaga dari tidur. Kejadian kemarin masih membekas dalam ingatan. Peri itu bertekad, apa pun yang ia alami di hutan terlarang akan ditelan bulat-bulat tanpa memberitahu orang lain.Sekarang, Mika resmi menjadi penghuni tunggal daerah kebun istana. Nona Rachel telah pergi, dia meninggalkan surat pamit di atas meja untuk Mika. Surat yang berisi perintah untuk menjaga kuil selama Nona Rachel tidak ada.Mika merasa kehilangan, tetapi tak ada yang bisa dilakukan untuk menutupi itu.Jadi hari ini, peri itu mengunjungi kawan lama di daerah barat dunia atas, sebuah distrik hiburan. Tempat dimana manusia dan makhluk astral lain bersatu untuk melakukan transaksi jual beli atau sekedar mencari kesenangan. Baik itu perbudakan, senjata ilegal, pelacuran, ramuan sihir, dan lainnya.Meski berbahaya, wilayah ini diizinkan untuk ada. Pemerintah khayanga

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   3. Bangkitnya Dewa Kegelapan

    "Menjauh dariku," teriak salah satu dari mereka. Seharusnya kalimat itu diucapkan oleh Mikaila, tetapi aneh karena justru ia dapati suara cemprengnya berubah menjadi suara laki-laki dewasa yang berat. "Ah, apa yang terjadi pada suaraku? Hallo? Tes, satu, dua."Dua matanya membola, menutup bibir sendiri karena sensasi terkejut. "Apa aku sakit tenggorokkan?"Sementara sosok yang ia kenali sebagai dirinya, berada di atas, menahan bobot tubuh menaungi Mikaila yang berada di bawah."Siapa kau?""Aku Griffin, dewa kegelapan.""Dewa kejahatan? Kau penjahat ya, ternyata. Kenapa kau jadi aku dan aku jadi kau?" Lelaki yang baru memperkenalkan diri sebagai Dewa kegelapan itu ingin membetulkan julukan yang diberi Mika, tetapi terlalu malas. Bukan itu sekarang yang penting, tetapi penyebab kenapa tubuh mereka saling bertukar. Mika menjadi lelaki misterius penghuni tempat aneh, dan sebaliknya, lelaki itu menempati raga Mika.Histeria menyergap jiwa. Mika kembali memekik kencang. Matanya belingsat

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   2. Pertemuan takdir

    Dua puluh ribu tahun berlalu.Mikaila. Seorang pelayan yang bertugas menjaga kebun di perbatasan istana ditertawakan teman sesama pelayan akibat salah mengambil bibit buah."Plum dan peach adalah buah yang sama, Mika." Nona Rachel berbicara. Tangannya menimang-nimang sebiji anggur. Hasil yang ia petik dari kebun istana dan memakannya. Manis. Nona Rachel tersenyum senang.Di tempat ini, perbatasan istana yang dekat dengan danau kehidupan adalah lokasi ragam tumbuhan tumbuh. Mulai dari tanaman obat, hias, juga buah-buahan. Semua diatur oleh Nona Rachel sebagai pengamat.Kalau di dunia manusia. Rachel adalah mandor dan Mika adalah tukang kebun."Cari lagi. Kau harus mempelajari banyak tanaman untuk bisa menjaga tempat ini sepenuhnya.""Anda sungguh akan berkelana Nona Rachel? Kurasa aku masih terlalu payah mengingat ribuan tanaman di tempat ini.""Masaku sudah tiba, Mikaila. Tugasku menyebar benih baru di dunia manusia, memperbaharui semua anugrah yang diturunkan khayangan. Akhir-akhir

  • Bangkitnya Dewa Kegelapan   1. Perang besar

    Genderang tabuh berkumandang. Derap kaki menghentak bumi, diiringi riuh teriakan ratusan ribu bala tentara siluman. Masing-masing mereka memegang senjata kegelapan yang dapat menembus jantung musuh dalam satu tebasan. Di seberang sana, ratusan meter jaraknya. Pasukan khayangan dewa dunia atas, menelan ludah gugup. “Apa kita bisa bertahan?” “Aku tidak tahu.” Gigil merambat sampai ke tulang, mengantarkan teror dan kecemasan yang pekat. Tak ada satu pun dari mereka yang mau mati, tetapi malaikat pencabut nyawa seolah menyeringai di depan mata. Siap mencabut jiwa-jiwa yang kehilangan asa. Di atas mereka, Griffin, menyungging senyum cemooh. Duduk di singgasana berupa awan gelap buatannya. Menyilang kaki, menikmati indah pertunjukkan. “Ah, manis sekali. Aku suka hawa takut mati ini," katanya terkekeh pelan. “Bahkan aromanya bisa dikecap lidahku.” Griffin merentangkan tangan sambil memejam, seolah sangat menikmati situasi yang ada. Satu tangan di angkat ke atas, mengarahkannya ke pas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status