Share

Bab 52

Penulis: Author Receh
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 18:16:06

Malam itu, setelah Daffi tertidur lelap di kamarnya, Sera dan Galen duduk di teras belakang mansion mereka. Angin malam yang sejuk berhembus pelan, membawa suasana tenang. Namun, pikiran Sera masih berkecamuk.

Galen melihat istrinya yang termenung, lalu dia memecah keheningan. “Sera, kamu udah mikirin apa yang kita harus lakukan selanjutnya?”

Sera menghela napas panjang. “Aku udah tahu apa yang harus kita lakukan, Galen. Kita harus lawan Maya dan siapapun yang ada di belakangnya. Tapi aku nggak mau semuanya berakhir buruk buat Daffi.”

Galen mengangguk pelan, memahami kekhawatiran istrinya. “Aku setuju. Kita harus hati-hati, terutama buat Daffi. Tapi kita nggak boleh diam aja, karena makin lama kita diem, makin parah tindakan mereka.”

Sera menatap suaminya dalam-dalam. “Iya, aku tahu. Tapi Galen, aku beneran nggak ngerti. Kenapa mereka nggak bisa biarin kita hidup damai? Padahal kita nggak pernah ganggu mereka.”

Galen tersenyum tipis, lalu meraih tangan Sera, menggenggamnya erat. “Oran
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 53

    Di sisi lain, suasana di pemakaman terasa muram. Angin sepoi-sepoi menggerakkan dedaunan pohon di sekitar makam Nadine, membuat suasana semakin hening. Maya berdiri di samping pusara yang masih basah dengan tanah yang baru saja dipadatkan. Di sebelahnya, keponakan kecilnya, Lily, menggenggam erat tangan bibinya, matanya merah dan bengkak karena menangis.Lily menatap nisan di depannya, tak bisa menahan tangis yang kembali pecah. “Bibi Maya... kenapa Mama harus pergi? Aku pengen Mama balik...”Maya memandang ke arah pusara dengan sorot mata dingin, berbeda dengan keponakannya yang penuh kesedihan. Meski tangannya memegang tangan Lily dengan lembut, pikirannya melayang jauh. "Ini bukan tentang Mamamu aja, Lily," gumam Maya pelan. "Ini tentang mereka semua yang bikin hidup Mamamu sengsara."Lily mengangkat wajahnya, menatap bibinya dengan bingung. “Maksud Bibi siapa?”Maya menarik napas panjang, berusaha menenangkan keponakannya meskipun di hatinya ada rasa dendam yang tak bisa dipadamka

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 54 Season 2 Part 1

    Beberapa tahun berlalu, Lily kini menjadi seorang gadis dewasa berusia dua puluh dua tahun. Dia sedang menjalani kehidupan yang penuh kesibukan di bangku kuliah. Meski dia mencoba untuk fokus pada studinya, hatinya yang dipenuhi rasa dendam terhadap keluarga Daffi dan orang tua Daffi masih menggerogoti pikirannya. Setiap kali melihat foto-foto Daffi di media sosial atau mendengar kabar tentang keberhasilan mereka, amarahnya kembali memuncak.Suatu sore, setelah kelasnya selesai, Lily duduk di sebuah kafe dekat kampus, menatap layar ponselnya. Dia melihat unggahan Daffi yang merayakan ulang tahunnya dengan keluarga, tampak bahagia dikelilingi teman-teman dan orang-orang tercintanya. Dia menggigit bibirnya, merasa hatinya dipenuhi rasa tidak adil. “Bagaimana bisa mereka terus bahagia sementara aku harus hidup dalam bayang-bayang masa lalu?” gerutunya dalam hati.Seseorang menepuk bahunya dari belakang, membuatnya terlonjak kaget. “Lily! Kenapa kamu terlihat murung? Apakah ada yang mengg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 55 Season 2 Part 2

    Di ruang makan yang megah, Daffi duduk sambil menyuapkan makanan dengan santai. Sera dan Galen, orang tuanya, duduk di seberang meja, sesekali melontarkan obrolan ringan. Di sisi Daffi, Aira, adik perempuannya, sedang sibuk dengan ponsel sambil tersenyum sesekali. "Daffi, bagaimana kuliahmu?" tanya Galen, menyela keheningan. Daffi mengangkat bahu. "Lancar-lancar aja, Pa. Cuma, kemarin ada tugas besar yang bikin pusing." Sera tersenyum tipis, tatapannya lembut. "Kamu pasti bisa, Nak. Lagipula, kamu sudah terbiasa mengerjakan hal-hal sulit." Aira mengangkat pandangannya dari ponsel, ikut menimpali. "Iya, Kak Daffi kan paling pintar di rumah ini!" Daffi terkekeh, melirik adiknya. "Ah, kamu lebay, Ra. Gimana kuliah kamu sendiri? Masih sibuk ngumpul sama teman-teman, kan?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 56 Season 2 Part 3

    Pagi itu, Daffi sedang duduk di kafe kecil dekat kampus bersama Giska, pacarnya. Suasana tampak ceria, keduanya sedang membahas rencana liburan. Giska, yang selalu penuh energi, tertawa saat menceritakan rencana perjalanan ke pantai. “Daffi, kamu harus coba surfing! Seru banget!” Giska menepuk pundak Daffi dengan semangat. Daffi tersenyum hangat, menggenggam tangan Giska. “Aku nggak janji bisa belajar cepat, tapi kalau kamu yang ngajarin, mungkin aku bisa.” Tawa Giska semakin lepas, tapi sekejap kemudian tawa itu terhenti saat mereka melihat seseorang yang mendekat. Lily, dengan langkah percaya diri dan senyum tipis di bibirnya, datang menghampiri meja mereka. Dia mengenakan pakaian yang modis, jelas berusaha menarik perhatian. “Hai, Daffi. Lama nggak ketemu,” sapa Lily dengan nada yang manis, seakan tak peduli dengan kehadiran Giska. Daffi mengangkat alis, merasa aneh dengan kehadiran Lily tiba-tiba. “Lily? Ngapain kamu di sini?” “Oh, aku cuma lewat... ngeliat kamu, ya, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 57 Season 2 Part 4

    Beberapa hari setelah percakapan mereka di kafe, Daffi mulai merencanakan lamaran. Dia sudah memikirkan segalanya dengan matang. Meskipun keluarganya mungkin akan bertanya-tanya atau bahkan merasa skeptis, Daffi tahu bahwa cintanya pada Giska lebih kuat daripada kekhawatiran apa pun. Sementara itu, Giska juga mulai meresapi kata-kata Daffi, meski rasa minder itu tetap mengganjal di hatinya. Pada malam yang ditentukan, Daffi membawa Giska ke sebuah restoran mewah di tepi pantai. Udara malam terasa hangat, dan lampu-lampu temaram dari restoran membuat suasana semakin romantis. Giska mengenakan gaun sederhana namun anggun, sementara Daffi tampak gagah dengan setelan jas yang dipilihnya khusus untuk malam itu. Giska, yang semula merasa gugup, sedikit demi sedikit merasa lebih tenang melihat perhatian dan kasih sayang Daffi yang tak henti-hentinya. Mereka berbincang ringan sepanjang makan malam, tertawa dan menikmati suasana. Namun, di tengah obrolan mereka, Giska menyadari bahwa Daffi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 58 Season 2 Part 5

    Keesokan harinya, Daffi mulai memikirkan cara terbaik untuk melamar Giska. Dia ingin momen itu menjadi sesuatu yang spesial, sesuatu yang akan selalu diingat Giska. Setelah berdiskusi dengan beberapa teman dekatnya, dia memutuskan untuk membuat kejutan di restoran favorit mereka, tempat pertama kali mereka bertemu. Daffi mengatur semua dengan cermat. Ia memilih restoran kecil yang terletak di pinggir danau dengan pemandangan yang indah. Sinar matahari senja yang memantul di atas air akan menjadi latar sempurna untuk melamar Giska. Dia bahkan sudah meminta izin kepada pemilik restoran untuk menyiapkan meja di luar, tepat di dekat danau. Sore harinya, Daffi menjemput Giska. Gadis itu tampak cantik dengan gaun sederhana berwarna pastel. "Kita mau ke mana?" tanya Giska, sedikit curiga melihat Daffi yang terlihat lebih rapi dari biasanya. Daffi tersenyum, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. "Rahasia. Kamu akan tahu nanti."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 59 Season 2 Part 6

    Beberapa hari kemudian, Daffi dan Giska memutuskan untuk mengunjungi mansion keluarga Daffi. Mereka sudah berjanji untuk makan malam bersama Sera dan Galen, sebuah kesempatan besar bagi Giska karena ini pertama kalinya ia akan bertemu keluarga Daffi secara resmi. Di sepanjang perjalanan menuju mansion, Giska terlihat gelisah, tak bisa menyembunyikan kegugupannya. “Daffi, aku takut,” kata Giska dengan nada cemas, menggigit bibirnya. “Bagaimana kalau aku nggak bisa membuat kesan yang baik di depan orang tuamu?” Daffi meraih tangannya dan menenangkannya. "Tenang aja, Gis. Kamu nggak perlu terlalu khawatir. Orang tuaku sangat terbuka dan mereka pasti akan suka sama kamu. Lagipula, kamu adalah orang yang paling penting buat aku, itu aja udah cukup." Mereka tiba di mansion, sebuah bangunan megah dengan taman yang terawat rapi di sekelilingnya. Giska menarik napas panjang sebelum turun dari mobil, mencoba mengumpulkan keberanian. Daffi menggandeng tangannya dengan lembut, memberi dukun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13
  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 60 Season 2 Part 7

    Di sisi lain, Lily berdiri di balik jendela apartemennya, memandang ke arah mansion keluarga Daffi. Tatapannya penuh dengan rasa sakit dan kecemburuan yang tak tertahankan. Di kejauhan, ia bisa melihat Daffi dan Giska sedang berjalan bersama di taman, tertawa lepas, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Lily mengepalkan tangannya, bibirnya bergetar penuh amarah. "Kenapa harus dia?" gumamnya pelan, nadanya penuh dendam. "Kenapa Daffi lebih memilih dia daripada aku? Aku yang seharusnya ada di sampingnya. Bukan Giska!" Pikiran Lily mulai dipenuhi oleh bayangan masa lalu, saat dia dan Daffi masih dekat. Semua tawa dan kebersamaan itu, yang kini terasa begitu jauh dan tak terjangkau. Dia merasa Giska telah merampas semuanya darinya—kehidupan yang seharusnya menjadi miliknya, kebahagiaan yang seharusnya dia rasakan bersama Daffi. Dia berbalik dari jendela, menatap cermin di hadapannya. Wajahnya penuh kebencian, matanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14

Bab terbaru

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Ban 78

    Daffi menutup telepon tanpa berkata sepatah kata pun lagi. Suara napasnya terdengar berat, matanya menatap kosong ke kejauhan. Ruangan itu dipenuhi dengan ketegangan yang belum terurai. Giska mendekatinya, menaruh tangan lembut di pundaknya. “Kau baik-baik saja?” Daffi mengangguk pelan, meski ekspresinya menunjukkan konflik batin. “Aku tak bisa menolongnya, Giska. Dia telah menghancurkan hidup kita. Semua yang terjadi... luka yang ia tinggalkan... terlalu dalam.” Galen, yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian, akhirnya bersuara. “Kau sudah membuat keputusan yang benar, Nak. Ada hal-hal yang tak bisa diperbaiki begitu saja.” Sera mengangguk, mendukung pernyataan suaminya. “Dia hanya akan mempermainkanmu lagi. Ini bukan tentang dendam, Daffi, ini tentang melindungi dirimu dan keluargamu.” Daffi menarik napas dalam, seolah ingin mengusir beban berat dari dadanya. “Aku tahu. Tapi... ada rasa bersalah di sini,” ujarnya sambil menepuk dadanya. “Aku ingin percaya bahwa

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 77

    Daffi menatap layar ponsel dengan tatapan yang semakin goyah. Matanya bergerak cepat, mengikuti gambar-gambar kenangan yang terpampang jelas di sana. Suara Giska terdengar dari rekaman itu, tawa lembut yang selama ini terasa begitu akrab namun asing di benaknya. Daffi mulai mengingat, kilatan memori muncul seperti kilat di tengah badai. “Giska?” bisiknya nyaris tak terdengar, namun semua orang di ruangan itu mendengarnya. Lily, yang berdiri di sampingnya, merasakan ancaman itu semakin nyata. Dengan cepat, dia menarik lengan Daffi, memaksa senyumnya yang paling manis meskipun dalam hatinya gemuruh ketakutan mulai melanda. “Daffi, sayang, jangan biarkan mereka membingungkanmu lagi. Kau tahu aku satu-satunya yang selalu ada untukmu,” kata Lily, nada suaranya mencoba mengunci perhatian Daffi. Namun, detik itu juga, Daffi menepis tangannya. “Cukup, Lily,” ucap Daffi dengan nada yang tak lagi ragu. Dia menatap Giska, melihat matanya yang memerah dan wajahnya yang dipenuhi luka hati. “

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   bab 76

    Giska menatap Daffi dengan mata yang berbinar penuh harapan, meski ada ketakutan yang bersembunyi di sudut hatinya. “Daffi, aku hanya ingin kau tahu satu hal—cinta kita bukan sekadar kenangan. Itu nyata, dan kau merasakannya sebelum semua ini terjadi.” Lily mengepalkan tangannya erat di samping tubuhnya, mencoba mempertahankan senyuman manis di wajahnya, meski hatinya bergejolak marah. “Daffi, kau tahu aku selalu di sini. Aku yang mendampingimu saat semua terasa gelap, bukan dia.” Daffi mengalihkan pandangannya ke arah ibunya, Sera, yang menatapnya penuh kasih sayang. “Nak, pilih dengan hatimu. Kebenaran selalu datang pada saatnya.” Daffi terdiam, tatapannya beralih antara Giska yang penuh harapan dan Lily yang berusaha memancarkan keyakinan. Ingatan-ingatan kabur mulai terbangkitkan, seperti bayangan-bayangan samar yang muncul dan tenggelam. Rasa sakit di kepalanya kembali menyeruak, membuatnya memegangi pelipisnya. “Aku... aku hanya butuh waktu untuk mengingat,” gumam Daffi,

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   bab 75

    Daffi berdiri di tengah ruangan, pandangannya terarah ke lantai, tampak kebingungan. Giska berdiri di sudut lain, memegang selembar kertas yang penuh bukti, matanya berkaca-kaca. Lily di sisi lain, menggenggam erat tangannya, menyembunyikan ketegangan di balik senyum tipisnya. “Semuanya sudah jelas, Daffi,” ujar Giska dengan suara yang bergetar namun penuh keberanian. “Aku istrimu. Kau harus tahu kebenarannya, bahkan jika kau tidak mengingatnya sekarang.” Daffi memandang Giska dengan sorot mata yang kosong, seolah mencoba mencari serpihan ingatan di balik kabut yang membelenggu pikirannya. “Tapi… aku tak mengerti. Kenapa aku tak bisa mengingatnya?” Lily, yang sejak tadi diam, melangkah maju. Wajahnya seolah diliputi ketegasan palsu yang dibuat-buat. “Daffi, mereka hanya ingin membuatmu ragu. Kau tak harus memaksakan diri untuk mengingat sesuatu yang sudah hilang. Aku di sini untukmu, untuk masa depan kita,” katanya, suaranya mengalun lembut seperti mantra berbahaya. Sera, yang

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 74

    Hari yang telah direncanakan Lily dengan penuh kegigihan akhirnya tiba—hari pernikahannya dengan Daffi. Di antara dekorasi mewah dan tamu-tamu yang hadir dalam suasana meriah, Daffi berdiri di sampingnya, mengenakan setelan yang elegan dan tampak siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya. Hanya Lily yang tahu kenyataan di balik semua ini—bahwa pria yang sekarang berdiri di altar dengannya adalah pria yang telah hilang ingatan, terlupa pada cintanya yang dulu, dan kini siap mengucapkan janji suci untuknya. Mata Lily berbinar penuh kemenangan saat pastor di depan mereka mulai mengucapkan sumpah pernikahan. Namun, suasana sakral itu tiba-tiba terpecah ketika pintu gereja terbuka lebar. Giska muncul di ambang pintu, wajahnya penuh tekad. Gaun sederhana yang dikenakannya tak mampu mengurangi auranya—keberaniannya memancar, menuntut perhatian semua orang di dalam gereja. “Daffi!” seru Giska, suaranya lantang namun penuh haru. Beberapa tamu menoleh, terkejut dengan kedatangan tak terd

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 73 Season 2 Part 20

    Setelah pengumuman pernikahan Daffi dan Lily, suasana di keluarga Daffi menjadi campur aduk. Meski orang tuanya, Sera dan Galen, mencoba untuk mendukung keputusan Daffi, mereka tidak bisa menutupi kekhawatiran di wajah mereka. Daffi, di sisi lain, berusaha menampakkan sikap optimis saat merencanakan pernikahan. Hari-hari berlalu dan Daffi mulai menghadiri berbagai pertemuan untuk merencanakan hari besarnya. Dalam proses ini, Lily sangat bersemangat dan aktif, tetapi terkadang Daffi merasakan ketidaknyamanan yang samar, terutama ketika Lily terlalu banyak berbicara tentang masa lalu mereka. Suatu sore, saat Daffi sedang duduk di taman rumahnya sambil memikirkan detail pernikahan, Sera datang menghampirinya. “Daffi, bisakah kita bicara sebentar?” tanyanya lembut, duduk di sampingnya. “Ya, Mama. Ada apa?” jawab Daffi, berusaha tersenyum. Sera menatapnya dengan tatapan penuh perhatian. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja dengan keputusan ini. Aku tahu kau berusaha

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 72 season 2 Part 19

    Beberapa minggu berlalu, dan Daffi semakin terjerat dalam kebohongan yang dibangun oleh Lily. Dia mulai menganggap Lily sebagai sosok penting dalam hidupnya, meskipun bayang-bayang Giska terus menghantuinya. Suatu sore, Daffi dan Lily duduk di taman belakang mansion, menikmati cuaca yang cerah. “Daffi, aku ingin membahas sesuatu yang penting,” kata Lily dengan nada serius. “Aku merasa kita harus mengambil langkah selanjutnya dalam hubungan ini.” Daffi menatap Lily dengan bingung. “Langkah selanjutnya? Seperti apa?” “Pernikahan,” jawab Lily, menatap Daffi dalam-dalam. “Aku tahu kamu mengalami banyak hal, dan kita bisa melakukannya dengan cara yang sederhana dulu, tanpa pesta besar-besaran. Hanya kita berdua.” Daffi terdiam sejenak, berusaha memproses kata-kata Lily. “Pernikahan? Tapi, aku tidak yakin. Semua ini terasa begitu cepat. Aku masih berusaha mengingat masa laluku.” Lily mendekat, mengambil tangan Daffi dengan lembut. “Sayang, aku mengerti. Namun, kita harus melanjutk

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 71 Season 2 Part 18

    Beberapa hari berlalu sejak insiden di kafe itu, tetapi amarah dan obsesi Lily pada Daffi tak mereda. Kali ini, dia merencanakan sesuatu yang lebih licik. Dengan hati penuh dendam, Lily berencana menyebarkan gosip palsu yang bisa mengguncang hubungan Daffi dan Giska. Dia merasa, jika tidak bisa memiliki Daffi, setidaknya dia akan memastikan kebahagiaannya hancur. Sementara itu, di rumah, Daffi dan Giska menghabiskan malam bersama. Mereka berbincang hangat di ruang keluarga, mencoba melupakan semua masalah yang telah terjadi. “Aku tidak ingin kau khawatir tentang Lily lagi,” kata Daffi, menatap Giska dengan penuh perhatian. “Dia tidak ada apa-apanya. Yang penting hanya kau dan kebahagiaan kita.” Giska tersenyum, meski kekhawatiran masih membayangi hatinya. “Aku percaya padamu, Daffi. Tapi… Lily tidak akan diam begitu saja. Aku tahu dia pasti punya rencana lain.” Daffi menggenggam tangan Giska erat-erat. “Aku akan selalu ada untukmu. Apapun yang dia lakukan, aku tidak akan perna

  • Balas Dendam Wanita Yang Terhina   Bab 70 Season 2 Part 17

    Beberapa bulan setelah pernikahan Daffi dan Giska, kehidupan Lily semakin terpuruk dalam bayang-bayang obsesinya. Dengan kegagalan yang menghantuinya, dia menjadi semakin terobsesi untuk merebut Daffi dari Giska. Setiap kali melihat foto kebahagiaan Daffi dan Giska di media sosial, darahnya terasa mendidih. Dalam pikirannya, Daffi seharusnya menjadi miliknya, dan Giska hanyalah penghalang yang harus dihilangkan. Suatu sore, Lily duduk di depan cermin, merias wajahnya dengan cermat. Dia memilih pakaian yang menonjolkan lekuk tubuhnya dan menyisir rambutnya hingga mengkilap. “Hari ini, aku akan menunjukkan siapa yang lebih layak untuk Daffi,” gumamnya pada diri sendiri dengan suara serak. Rasa percaya diri mulai mengisi dirinya, dan dia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang terjadi. Lily memutuskan untuk menghadiri pesta yang diadakan oleh salah satu teman Daffi, dengan harapan bisa menemukan kesempatan untuk mendekati Daffi. Dalam perjalanan ke pesta, jantungnya berdebar-debar.

DMCA.com Protection Status