Share

bab 6

"Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin.

Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah.

"Minumlah, Linda!" ucap Riyan.

"Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya.

"Iya ya, benar juga," ucap Davin.

"Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya.

"Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin.

"Bersulang..."

"Cheers..."

Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing.

Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus meneguk anggur untuk menyamai Davin. Setelah hampir satu jam berlalu, Davin dan Linda mulai terlihat mabuk.

"Euugh, aku perlu ke toilet sebentar ya..." ucap Linda sambil berjalan dengan tidak stabil.

Tentu saja, Riyan tidak membiarkan Linda pergi sendirian. Dia mengejarnya dan menemukan Linda bersandar di sisi meja karena merasa pusing.

"Linda..."

Seketika, Riyan meraih pinggang Linda dan membawanya ke sebuah kamar. Dia dudukan Linda di atas meja dan menciumnya dengan cepat.

"Akh, Pak Riyan!" protes Linda sambil mendorong bahu Riyan agar menjauh. "Aku harus kembali bekerja dan fokus pada kerja sama."

Riyan tak menghiraukan perkataan Linda, dia malah semakin mendekat dan meraih rahang Linda untuk membuatnya mendongak.

"Apakah kamu menikmati ciuman yang di berikan olehku tadi? Hmmm?" sebelum di jawab oleh Linda dia langsung menempelkan bibirnya kembali ke bibirnya Linda.

Linda masih ada sedikit kesadarannya, dia terkejut oleh sikap Riyan yang seperti ini, benar benar di luar dugaan, namun tanpa berfikir panjang dia pun langsung membalas ciuman Riyan.

Setelah memejamkan mata, Riyan merasakan ciuman lembut dari Linda.

Riyan akhirnya tidak bisa menahan godaan dan rayuan Linda yang semakin memanas. Mereka berdua bergelut di atas sofa, saling mencium dengan penuh gairah dan kasar.

Hampir satu jam berlalu, dan keduanya sudah telanjang. Mereka hanya berciuman tanpa melangkah lebih jauh.

"Lupakan saja yang terjadi kemarin sebagai sebuah kebetulan dan kejadian itu tak akan terulang kembali," bisik Linda sambil memainkan tengkuk Riyan, bibir mereka hampir bersentuhan.

Nafas Riyan tersengal, dia menarik tengkuk Linda dan menciumnya lagi.

"Katakan padaku, apakah kau sudah putus dengan Irpan?" tanya Riyan.

"Oh, jadi bapak sangat peduli padaku ya?" goda Linda sambil mencuri kecupan kecil.

"Urusan asmara kalian bukanlah urusanku sama sekali!" tegas Riyan.

Riyan menepis tubuh Linda agar menjauh. Linda menghela nafas, membenarkan pakaian dan duduk di atas meja.

"Kita berdua sudah dewasa, bukan, Pak? Tenang saja, aku tidak akan meminta tanggung jawab darimu atas hal ini. Lagipula, kemarin malam kau juga puas, kan?" goda Linda.

Riyan sudah mengenakan pakaian lagi, dia menatap Linda dengan waspada ketika perempuan itu mendekat.

"Sekarang, apakah kau tidak ingin mencobanya lagi denganku?" tanya Linda sambil duduk di pangkuan Riyan, mencuri ciuman kecil.

Cup!

Riyan memejamkan mata, merasakan ciuman Linda di bibirnya.

"Linda, kamu sudah bersama saya hampir empat tahun, namun aku baru mengetahui sisi gelapmu seperti ini," ujar Riyan sambil menciumi leher Linda, mungkin meninggalkan bercak merah.

"Pak..." Linda duduk kembali di meja saat Riyan memberi isyarat bahwa Linda adalah perempuan yang nakal.

"Aku dan keponakanmu adalah teman masa kecil. Tapi kemarin aku melihatnya bersama kakakku. Masih ingatkah kamu tentang perkataanmu yang ini, bahwa di dunia ini akan ada orang yang akan mengerti tentang perasaan kita, yang sedang kita alami?" tanya Linda.

Linda mengambil sebatang rokok untuk diletakkan di bibir manis Riyan. Riyan menghisap rokok yang sudah menyala sambil menatap Linda.

"Jadi kau benar benar melakukan hal ini denganku dengan sengaja?" tanya Riyan.

Riyan yakin bahwa tujuan Linda mendekatinya adalah untuk mencari pelampiasan.

"Hmmm, Namun ya jangan salahkan aku, jika bapak sendiri menyukai hal ini," ujar Linda sebelum pergi, meninggalkan Riyan yang terdiam sambil merenung. Saat suasana sunyi dan redup, ponselnya menyala, menampilkan nama Irpan.

"Halo," jawab Riyan.

"Halo om, kakek ingin om untuk pulang untuk makan malam. Aku juga ingin membawa pacarku ke rumah," ucap Irpan. "Tapi jika om sibuk, aku akan menolak permintaan kakek."

"Pacarmu?" tanya Riyan sambil merenung.

"Iya, om. Linda, sekretaris om, di kantor," jelas Irpan.

Riyan mengeraskan rahangnya, "Baiklah, besok aku akan pulang."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status