Share

bab 7

"Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.

Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda.

"Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah.

Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya.

"Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan.

"Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan.

Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa.

"Ayo, Sayang," ajak Irpan.

Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk.

"Terima kasih," ucap Linda.

Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh kakek Agung. Ketampanan Riyan terlihat begitu mencolok di pagi hari. Linda merasa gemes, Riyan begitu gagah dan tampan. Tapi, apa yang sedang dipikirkan Linda? Jangan terlalu menghayal!

"Selamat pagi, Kakek," sapa Irpan.

"Pagi, cucuku," jawab kakek Agung.

"Selamat pagi," ucap Linda sambil berdiri dan menyapa tuan rumah dengan sopan.

"Pagi, silakan duduk," kata kakek Agung.

Hanya Riyan yang tetap diam, namun aroma parfumnya membuat Linda tak bisa menahan diri untuk menoleh.

"Pagi, Pak Riyan," sapa Linda pada Riyan.

Riyan tetap diam, laki-laki itu tidak merespons.

"Om, pacarku menyapamu, mengapa tidak menjawabnya?" tanya Irpan.

"Tidak wajib bagi saya untuk merespons sapaannya," tegas Riyan.

"Hehehe, sayang, sepertinya dia sulit dijinakkan. Mungkin belum memiliki pawang," goda Irpan menyerang Riyan.

"Lebih baik tak memiliki pawang daripada terlibat dalam perselingkuhan!"

Uhuuuk...

Irpan tersedak mendengar kata-kata keras dari Riyan. Ketika jus jeruk hampir melewati tenggorokannya, Riyan tiba-tiba berbicara dengan nada tajam.

"Ada yang salah, Irpan?" tanya Linda pura-pura khawatir. "Kamu tidak seperti yang dipikirkan oleh Pak Riyan, kan?"

Linda menatap tajam, menilai sikap Irpan. Cowok pembohong, baru disindir sudah panik.

"Hehehe, tentu saja tidak, Sayang. Bagaimana mungkin aku selingkuh, apalagi saat pacarku begitu cantik," Irpan mengelus bahu Linda yang mengenakan pakaian agak terbuka.

"Apakah aku harus percaya padamu?" Tanya Linda sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iyalah sayang, aku selalu mencintaimu selalu!" Jawab Irpan dengan nada lembut.

"Ekhem!" Tiba tiba Riyan batuk seperti yang di sengajakan.

Seketika itu Irpan langsung menoleh ke arah Riyan "Om, om itu iri ya melihat kemesraan kami?"

"Siapa bilang? Aku tidak tertarik dengan hal itu!" Jawabnya ketus.

"Bohong!"

"Sudah sudah, kalian ini seperti anak kecil saja!" sela Kakek Agung. "Ouh iya, Saya mendengar, Linda adalah sekretaris Riyan di kantor, apakah itu benar?"

"Hmm," jawab Riyan.

"Sebentar, Linda akan menikah dengan Irpan dan menjadi bagian dari keluarga ini. Saya harap Anda tidak memberikan tekanan pada Linda di kantor, Riyan," ucap Kakek Agung.

"Yang ada aku sendiri yang tertekan papa, di kantor!" Gumam Riyan dalam hati.

"Hmm tapi pak, papa kan tahu sendiri bahwa Agung Group menjunjung tinggi prinsip kesetaraan di antara karyawan. Semua diperlakukan sama dengan adil," tegas Riyan.

Linda terlihat kewalahan; setiap kata tegas dari Riyan membuatnya berdebar-debar.

"Pokoknya, Kakek, jangan khawatir. Kesayangan saya ini adalah seorang pekerja yang sangat baik dan pintar," ucap Irpan sambil meraih lauk di meja makan. "Hanya saja, dia terlalu terfokus pada pekerjaan sehingga dia tidak memiliki waktu untuk saya. Saya merindukannya setiap hari."

"Hehehehe," Linda tertawa ramah, cantik.

Jika tidak mendengar sendiri ucapan Irpan dan Keisya di atas ranjang kemarin, mungkin Linda akan luluh oleh rayuan manis Irpan.

"Linda dan Irpan adalah teman masa kecil, kalian sudah saling kenal sejak lama. Empat bulan lagi, kalian akan menikah, tetapi saya tidak yakin tentang perasaan Linda," ucap Agung.

Linda sedikit kebingungan, matanya bergerak antara Agung dan sesekali melirik ke arah Riyan.

"Eeem," Linda memandang Riyan yang diam sejak tadi. "Kakek, Om itu kan belum menikah—"

Linda menahan senyum, mencoba terlihat biasa. Namun, kakinya bermain-main di bawah meja, menggoda Riyan dengan lembut.

"Tidak etis jika pernikahan saya dan Irpan dilaksanakan lebih dulu. Mengapa tidak Om yang menikah terlebih dahulu," ujar Linda.

Riyan mengeras, merasakan kaki Linda yang semakin berani bermain di bawah meja. Merasa tegang, Riyan minum jus jeruk di depannya dengan cepat.

"Hahaha, benar juga. Riyan, sekretarismu sangat peduli dengan urusan percintaan kamu," ucap Agung.

"Kakek, Om ini sudah lama tidak terdengar dekat dengan wanita. Aku curiga, apakah Om tidak menyukai wanita," kata Irpan menahan tawanya.

"Ya, memang saya tidak tertarik pada wanita!" tegas Riyan.

Riyan merasakan kaki Linda semakin berani meraba pangkal paha.

"Terlebih lagi jika wanita tersebut begitu berani menantang saya!" lanjut Riyan, menarik kaki Linda dan mengelusnya.

Uhuuk... Uhuukk...

Linda menarik kakinya, terkejut. Dia tidak menyangka Riyan akan menarik kakinya di bawah meja makan.

"Sayang, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Irpan mendekati Linda.

"Heum, iya tidak apa apa, aku hanya tersedak saja." jawab Linda, sambil menata kembali posisi duduknya.

Hah, kenapa mendadak suasana jadi gerah begini? Linda mengibaskan rambutnya sedikit.

"Sayang, kenapa lehermu? Kok ada bekas ciuman?" tanya Irpan.

Hah?! Linda terbelalak, sementara Riyan sudah menahan tawa. Dia penasaran, apa alasan yang akan Linda berikan pada Irpan.

"Eem, itu, digigit nyamuk. Kamu tahu sendiri, aku alergi nyamuk. Aku menggaruk, jadilah begini merah meraj. Apalagi semalam, leherku digigit berkali-kali oleh nyamuk yang ukurannya besar besar," ujar Linda sambil melirik Riyan.

"Kamu curiga padaku, ya?" Linda berusaha membuat drama. "Hal seperti ini saja kamu tidak percaya, malah menuduhku yang aneh aneh."

Linda cemberut, merasa sebagai wanita yang paling tersakiti di dunia.

"Sayang, bukan begitu, aku hanya perduli dan khawatir tentangmu. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ucap Irpan, memohon.

Linda terlihat sedih lagi, berpura-pura ingin menangis.

"Kepercayaan memiliki harga, karena kamu sudah mencurigai aku selingkuh, baiklah kita lebih baik putus saja!" kata Linda, pura-pura sedih. "Mari kita batalkan pernikahan kita empat bulan lagi."

Pffft, Riyan tertawa saat mendengar perkataan Linda.

"Om, kenapa Om tertawa seperti itu?" tanya Irpan kesal, melihat reaksi Riyan.

"Tidak kok, sudahlah ayo kita makan!" kata Riyan.

Irpan menghela nafas, lalu kembali ke Linda. "Sayang,"

"Aku ingin pulang," ucap Linda.

"Iya, mau aku antar pulang?" tawar Irpan.

Sebelum Linda bisa menjawab, Irpan menerima telepon. Linda yakin itu dari Keisya. Cih!

"Eem, Sayang. Maaf, aku tidak bisa mengantarmu, ada urusan yang mendesak," ucap Irpan.

"Tidak masalah, aku bisa pulang sendiri."

Setelah mengucapkan perpisahan pada Kakek Agung, Linda merasa marah pada Irpan, benar benar ternyata dia ingin ber main main dengan Linda!

"Kebetulan, aku juga mau pergi ke kantor. Linda, kita bisa berangkat bersama," ucap Riyan.

*****

Linda melangkah masuk ke dalam mobil Riyan, namun tiba-tiba diseret secara kasar oleh Riyan.

"Akh!" kaget Linda saat Riyan memaksa masuk ke jok belakang mobil.

Blaaam...

"Pak Riyan, kamu mau apa?"

Riyan mengunci Linda di bawah kekuasaannya.

"Kamu bertanya, aku mau ngapain?" tanya Riyan dengan bibirnya hampir menyentuh Linda. "Tadi di meja makan, kamu yang memancingku, kan? Jadi kau harus bertanggung jawab!?"

Riyan mencuri ciuman, namun Linda tersenyum sambil menghindar. Linda kesulitan bergerak karena Riyan sangat dekat dengannya.

"Ouh begitu, jadi om benar benar sudah berani denganku ya! Uhh aku jadi merinding nih!—" Linda tersenyum menggoda. "Om."

Sreeet...

"Aaakh!"

Riyan dengan cepat mengepalkan tangan kokohnya di leher Linda.

"Jangan panggil aku 'om' lagi!" tegas Riyan.

Linda menatap Riyan intens, membuat kekuatan Riyan terguncang. Dia mulai menciumi Linda dengan penuh gairah, seperti biasa.

"Aaah, Om..." Linda gelisah.

"Mari kita nikmati ini Linda!" Tegas Riyan.

Linda merasa dihibur, dan akhirnya pagi yang cerah ini diwarnai dengan gerakan mobil yang bergoyang cukup lama. Pelakunya tak lain adalah Linda dan Riyan.

****

"Pagi, Bu Linda," sapa Laura saat Linda hendak mengambil berkas di meja resepsionis.

Tepat saat itu, Riyan juga memasuki kantor.

"Pagi, Pak Riyan," sapa Laura.

"Pagi, Pak Riyan," ikut Linda memberi salam.

Riyan berhenti sejenak, melirik ke arah Linda. Tiba-tiba, bayangan aktivitas panas di mobil membuat Riyan gelagapan.

"Hmm," itu kata-kata Riyan.

Linda menatap kepergian Riyan dengan tatapan sinis. Laki-laki itu dua sisi. Tadi mendesah memanggilnya, sekarang berpura-pura tidak mengenal.

Namun, Linda cukup senang menjadi bawahannya, baik di kantor maupun di tempat lain.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status