"Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.
Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda. "Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah. Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya. "Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan. "Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan. Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa. "Ayo, Sayang," ajak Irpan. Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk. "Terima kasih," ucap Linda. Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh kakek Agung. Ketampanan Riyan terlihat begitu mencolok di pagi hari. Linda merasa gemes, Riyan begitu gagah dan tampan. Tapi, apa yang sedang dipikirkan Linda? Jangan terlalu menghayal! "Selamat pagi, Kakek," sapa Irpan. "Pagi, cucuku," jawab kakek Agung. "Selamat pagi," ucap Linda sambil berdiri dan menyapa tuan rumah dengan sopan. "Pagi, silakan duduk," kata kakek Agung. Hanya Riyan yang tetap diam, namun aroma parfumnya membuat Linda tak bisa menahan diri untuk menoleh. "Pagi, Pak Riyan," sapa Linda pada Riyan. Riyan tetap diam, laki-laki itu tidak merespons. "Om, pacarku menyapamu, mengapa tidak menjawabnya?" tanya Irpan. "Tidak wajib bagi saya untuk merespons sapaannya," tegas Riyan. "Hehehe, sayang, sepertinya dia sulit dijinakkan. Mungkin belum memiliki pawang," goda Irpan menyerang Riyan. "Lebih baik tak memiliki pawang daripada terlibat dalam perselingkuhan!" Uhuuuk... Irpan tersedak mendengar kata-kata keras dari Riyan. Ketika jus jeruk hampir melewati tenggorokannya, Riyan tiba-tiba berbicara dengan nada tajam. "Ada yang salah, Irpan?" tanya Linda pura-pura khawatir. "Kamu tidak seperti yang dipikirkan oleh Pak Riyan, kan?" Linda menatap tajam, menilai sikap Irpan. Cowok pembohong, baru disindir sudah panik. "Hehehe, tentu saja tidak, Sayang. Bagaimana mungkin aku selingkuh, apalagi saat pacarku begitu cantik," Irpan mengelus bahu Linda yang mengenakan pakaian agak terbuka. "Apakah aku harus percaya padamu?" Tanya Linda sambil menaikkan sebelah alisnya. "Iyalah sayang, aku selalu mencintaimu selalu!" Jawab Irpan dengan nada lembut. "Ekhem!" Tiba tiba Riyan batuk seperti yang di sengajakan. Seketika itu Irpan langsung menoleh ke arah Riyan "Om, om itu iri ya melihat kemesraan kami?" "Siapa bilang? Aku tidak tertarik dengan hal itu!" Jawabnya ketus. "Bohong!" "Sudah sudah, kalian ini seperti anak kecil saja!" sela Kakek Agung. "Ouh iya, Saya mendengar, Linda adalah sekretaris Riyan di kantor, apakah itu benar?" "Hmm," jawab Riyan. "Sebentar, Linda akan menikah dengan Irpan dan menjadi bagian dari keluarga ini. Saya harap Anda tidak memberikan tekanan pada Linda di kantor, Riyan," ucap Kakek Agung. "Yang ada aku sendiri yang tertekan papa, di kantor!" Gumam Riyan dalam hati. "Hmm tapi pak, papa kan tahu sendiri bahwa Agung Group menjunjung tinggi prinsip kesetaraan di antara karyawan. Semua diperlakukan sama dengan adil," tegas Riyan. Linda terlihat kewalahan; setiap kata tegas dari Riyan membuatnya berdebar-debar. "Pokoknya, Kakek, jangan khawatir. Kesayangan saya ini adalah seorang pekerja yang sangat baik dan pintar," ucap Irpan sambil meraih lauk di meja makan. "Hanya saja, dia terlalu terfokus pada pekerjaan sehingga dia tidak memiliki waktu untuk saya. Saya merindukannya setiap hari." "Hehehehe," Linda tertawa ramah, cantik. Jika tidak mendengar sendiri ucapan Irpan dan Keisya di atas ranjang kemarin, mungkin Linda akan luluh oleh rayuan manis Irpan. "Linda dan Irpan adalah teman masa kecil, kalian sudah saling kenal sejak lama. Empat bulan lagi, kalian akan menikah, tetapi saya tidak yakin tentang perasaan Linda," ucap Agung. Linda sedikit kebingungan, matanya bergerak antara Agung dan sesekali melirik ke arah Riyan. "Eeem," Linda memandang Riyan yang diam sejak tadi. "Kakek, Om itu kan belum menikah—" Linda menahan senyum, mencoba terlihat biasa. Namun, kakinya bermain-main di bawah meja, menggoda Riyan dengan lembut. "Tidak etis jika pernikahan saya dan Irpan dilaksanakan lebih dulu. Mengapa tidak Om yang menikah terlebih dahulu," ujar Linda. Riyan mengeras, merasakan kaki Linda yang semakin berani bermain di bawah meja. Merasa tegang, Riyan minum jus jeruk di depannya dengan cepat. "Hahaha, benar juga. Riyan, sekretarismu sangat peduli dengan urusan percintaan kamu," ucap Agung. "Kakek, Om ini sudah lama tidak terdengar dekat dengan wanita. Aku curiga, apakah Om tidak menyukai wanita," kata Irpan menahan tawanya. "Ya, memang saya tidak tertarik pada wanita!" tegas Riyan. Riyan merasakan kaki Linda semakin berani meraba pangkal paha. "Terlebih lagi jika wanita tersebut begitu berani menantang saya!" lanjut Riyan, menarik kaki Linda dan mengelusnya. Uhuuk... Uhuukk... Linda menarik kakinya, terkejut. Dia tidak menyangka Riyan akan menarik kakinya di bawah meja makan. "Sayang, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Irpan mendekati Linda. "Heum, iya tidak apa apa, aku hanya tersedak saja." jawab Linda, sambil menata kembali posisi duduknya. Hah, kenapa mendadak suasana jadi gerah begini? Linda mengibaskan rambutnya sedikit. "Sayang, kenapa lehermu? Kok ada bekas ciuman?" tanya Irpan. Hah?! Linda terbelalak, sementara Riyan sudah menahan tawa. Dia penasaran, apa alasan yang akan Linda berikan pada Irpan. "Eem, itu, digigit nyamuk. Kamu tahu sendiri, aku alergi nyamuk. Aku menggaruk, jadilah begini merah meraj. Apalagi semalam, leherku digigit berkali-kali oleh nyamuk yang ukurannya besar besar," ujar Linda sambil melirik Riyan. "Kamu curiga padaku, ya?" Linda berusaha membuat drama. "Hal seperti ini saja kamu tidak percaya, malah menuduhku yang aneh aneh." Linda cemberut, merasa sebagai wanita yang paling tersakiti di dunia. "Sayang, bukan begitu, aku hanya perduli dan khawatir tentangmu. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," ucap Irpan, memohon. Linda terlihat sedih lagi, berpura-pura ingin menangis. "Kepercayaan memiliki harga, karena kamu sudah mencurigai aku selingkuh, baiklah kita lebih baik putus saja!" kata Linda, pura-pura sedih. "Mari kita batalkan pernikahan kita empat bulan lagi." Pffft, Riyan tertawa saat mendengar perkataan Linda. "Om, kenapa Om tertawa seperti itu?" tanya Irpan kesal, melihat reaksi Riyan. "Tidak kok, sudahlah ayo kita makan!" kata Riyan. Irpan menghela nafas, lalu kembali ke Linda. "Sayang," "Aku ingin pulang," ucap Linda. "Iya, mau aku antar pulang?" tawar Irpan. Sebelum Linda bisa menjawab, Irpan menerima telepon. Linda yakin itu dari Keisya. Cih! "Eem, Sayang. Maaf, aku tidak bisa mengantarmu, ada urusan yang mendesak," ucap Irpan. "Tidak masalah, aku bisa pulang sendiri." Setelah mengucapkan perpisahan pada Kakek Agung, Linda merasa marah pada Irpan, benar benar ternyata dia ingin ber main main dengan Linda! "Kebetulan, aku juga mau pergi ke kantor. Linda, kita bisa berangkat bersama," ucap Riyan. ***** Linda melangkah masuk ke dalam mobil Riyan, namun tiba-tiba diseret secara kasar oleh Riyan. "Akh!" kaget Linda saat Riyan memaksa masuk ke jok belakang mobil. Blaaam... "Pak Riyan, kamu mau apa?" Riyan mengunci Linda di bawah kekuasaannya. "Kamu bertanya, aku mau ngapain?" tanya Riyan dengan bibirnya hampir menyentuh Linda. "Tadi di meja makan, kamu yang memancingku, kan? Jadi kau harus bertanggung jawab!?" Riyan mencuri ciuman, namun Linda tersenyum sambil menghindar. Linda kesulitan bergerak karena Riyan sangat dekat dengannya. "Ouh begitu, jadi om benar benar sudah berani denganku ya! Uhh aku jadi merinding nih!—" Linda tersenyum menggoda. "Om." Sreeet... "Aaakh!" Riyan dengan cepat mengepalkan tangan kokohnya di leher Linda. "Jangan panggil aku 'om' lagi!" tegas Riyan. Linda menatap Riyan intens, membuat kekuatan Riyan terguncang. Dia mulai menciumi Linda dengan penuh gairah, seperti biasa. "Aaah, Om..." Linda gelisah. "Mari kita nikmati ini Linda!" Tegas Riyan. Linda merasa dihibur, dan akhirnya pagi yang cerah ini diwarnai dengan gerakan mobil yang bergoyang cukup lama. Pelakunya tak lain adalah Linda dan Riyan. **** "Pagi, Bu Linda," sapa Laura saat Linda hendak mengambil berkas di meja resepsionis. Tepat saat itu, Riyan juga memasuki kantor. "Pagi, Pak Riyan," sapa Laura. "Pagi, Pak Riyan," ikut Linda memberi salam. Riyan berhenti sejenak, melirik ke arah Linda. Tiba-tiba, bayangan aktivitas panas di mobil membuat Riyan gelagapan. "Hmm," itu kata-kata Riyan. Linda menatap kepergian Riyan dengan tatapan sinis. Laki-laki itu dua sisi. Tadi mendesah memanggilnya, sekarang berpura-pura tidak mengenal. Namun, Linda cukup senang menjadi bawahannya, baik di kantor maupun di tempat lain.Drrtt.... Drrtt.... Drrtt.... Suara telepon tiba-tiba menggema di kamar seorang wanita cantik yang sedang rebahan, dia dikenal sebagai Melinda atau biasa dipanggil Linda. Linda mengambil ponselnya dengan malas dari meja nakasnya. Saat dia melihat Novi, sahabatnya, yang menelepon, dia menekan tombol hijau di ponsel dan mendekatkan telepon ke telinganya. "Halo, ada apa, Nov? Aku baru saja bangun dari tidur siang!" ucapnya dengan nada lemas. "Linda, Linda! Aku ada berita penting untukmu!" jawab Novi di seberang dengan penuh kekhawatiran. "Hey, ada apa? Jangan mengagetkanku seperti ini! Ayo, tenanglah, tarik nafas dulu sebelum kau bicara padaku!" "Hufffff," Novi mendesah, seolah mengikuti saran Linda, lalu melanjutkan, "Tadi kan aku keluar dari penginapan di Hotel Samasta bersama mamah, dan aku merasa familiar dengan seseorang yang telah aku lihat, dan ternyata benar itu adalah si irpan, anjir!" "Ya, terus kenapa? Emangnya ada masalah ya?.Bukannya wajar kalau dia ingin m
"Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya. “Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi. Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan. “Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras. “Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang." Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan. “Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan. “Sssstt,” Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok. “Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan. Linda hanya menatap Riyan, dan
Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu. Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda. Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja. "Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam. Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis. "Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda. Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya. "Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda. "Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan
Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam. "Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya. Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah. "Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi. "Pagi, Indah." "Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya." Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan. "Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pa
Setelah seharian bekerja keras, saatnya bagi Linda untuk pulang. Perempuan itu ingin meregangkan ototnya yang terasa sangat lelah. Riyan memberikannya pekerjaan yang sangat melelahkan. Ceklek.. "Oh, ternyata masih ingat rumah juga ya kau! Anak haram?" Saat membuka pintu rumah, suara Keisya langsung terdengar, membuat Linda kesal. "Kemarin kau kemana aja kok gak pulang ke rumah si? Apa Jagan jangan kau jadi pelacur, ya?" tuduh Keisya dengan garang. Linda tertawa sambil meremehkan. Dia merasa kesal dengan kakak tirinya. Apakah Keisya tidak ngaca gitu? "Mau pulang atau tidak, itu bukan urusanmu!" ucap Linda membuat Keisya tidak percaya. "Linda!" Linda kembali tertawa, lalu menyentuh tanda merah di rahang Keisya. "Seharusnya aku yang bertanya, kemana saja kau semalam, hah? Apa jangan-jangan kau lah yang sedang melakukan hal yang tidak pantas!?" "Ish!" Keisya menyentak tangan Linda. "Jaga ucapmu!" "Linda!" Linda menghela nafas saat melihat Sandra, ibu Keisya, turun ta
"Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin. Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah. "Minumlah, Linda!" ucap Riyan. "Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya. "Iya ya, benar juga," ucap Davin. "Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya. "Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin. "Bersulang..." "Cheers..." Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing. Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus m
"Kamu tidak gugup, kan, Sayang?" tanya Irpan saat mengajak Linda makan bersama keluarganya.Di dalam hati, Linda sangat kesal. Kemarin, Irpan berbagi pelukan dengan Keisya di atas ranjang, sekarang, dia terlihat biasa saja. Dasar laki-laki, pikir Linda."Gugup? Mengapa? Tenang saja," balas Linda dengan ramah.Linda juga merasa ingin bermain-main dengan Irpan. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan Irpan yang tidak mau melepaskannya, tetapi justru memilih berselingkuh dengan Keisya."Hanya ada kakek dan Om Riyan. Kamu kenal, kan? Atasan kamu di kantor," ucap Irpan."Hmm, kenal," jawab Linda. Bagaimana tidak kenal, bahkan dia pernah barmain di atas ranjang bersama Riyan. Tiba-tiba, Linda menahan tawa saat membayangkan bertemu bosnya. Bagaimana nanti? Semoga Linda bisa menahan tawa."Ayo, Sayang," ajak Irpan.Irpan membimbing Linda ke meja makan, dengan cekatan menarik kursi untuk Linda duduk."Terima kasih," ucap Linda.Saat Linda duduk, Riyan masuk ke ruang makan diikuti oleh k
"Eh, jangan bilang leher Riyan merah itu karena ulahmu, Linda? Kamu kan yang tidur bersama Riyan semalam, benar kan?" desak Davin. Respon dari Linda dan Riyan sangat berbeda. Riyan terlihat gelagapan, sementara Linda selalu tersenyum cerah. "Minumlah, Linda!" ucap Riyan. "Pak Davin, jangan bercanda. Pak Riyan itu kan omnya dari pacarku. Jadi sangat mustahil baginya untuk melakukan hal kotor yang seperti itu terhadapku, bukan begitu, Pak?" goda Linda, membuat Riyan mengeraskan rahangnya. "Iya ya, benar juga," ucap Davin. "Sekarang, mari kita bahas proyek di Medan. Pak Davin, mungkin harga bahan baku bisa diturunkan sedikit untuk kepentingan perusahaan kami, bagaimana?" lanjut Linda sambil memegang gelas anggur di tangan kanannya. "Jika itu yang diinginkan Linda, tentu saja," balas Davin. "Bersulang..." "Cheers..." Setelah itu Davin dan Linda sama-sama meneguk anggur yang ada di tangannya masing-masing. Sementara Riyan hanya terdiam, memperhatikan Linda yang terus m
Setelah seharian bekerja keras, saatnya bagi Linda untuk pulang. Perempuan itu ingin meregangkan ototnya yang terasa sangat lelah. Riyan memberikannya pekerjaan yang sangat melelahkan. Ceklek.. "Oh, ternyata masih ingat rumah juga ya kau! Anak haram?" Saat membuka pintu rumah, suara Keisya langsung terdengar, membuat Linda kesal. "Kemarin kau kemana aja kok gak pulang ke rumah si? Apa Jagan jangan kau jadi pelacur, ya?" tuduh Keisya dengan garang. Linda tertawa sambil meremehkan. Dia merasa kesal dengan kakak tirinya. Apakah Keisya tidak ngaca gitu? "Mau pulang atau tidak, itu bukan urusanmu!" ucap Linda membuat Keisya tidak percaya. "Linda!" Linda kembali tertawa, lalu menyentuh tanda merah di rahang Keisya. "Seharusnya aku yang bertanya, kemana saja kau semalam, hah? Apa jangan-jangan kau lah yang sedang melakukan hal yang tidak pantas!?" "Ish!" Keisya menyentak tangan Linda. "Jaga ucapmu!" "Linda!" Linda menghela nafas saat melihat Sandra, ibu Keisya, turun ta
Pagi ini, Linda merasa segar, suasana kantor juga terasa sejuk setelah hujan lebat semalam. "Huh, seger banget ya udara hari ini." Gumamnya. Menjadi sekretaris dan bekerja di Veteris group mungkin merupakan impian bagi banyak orang. Perusahaan ini memiliki reputasi internasional dan disertai dengan gaji yang lumayan tinggi, menjadikan tempat ini incaran banyak orang. Linda beruntung, hampir lima tahun menjadi sekretaris Riyan, CEO Veteris group, tanpa pernah mengalami masalah. "Pagi, Bu Linda," sapa seorang karyawan saat berpapasan di lobi. "Pagi, Indah." "Selamat pagi, Bu Linda. Ini ada kiriman bunga dari pacar Anda," ucap Laura, resepsionis yang biasanya memberikan pesan dari Irpan. "Pacar Anda benar-benar sangat romantis ya." Linda hanya tersenyum, mengambil buket bunga putih yang Irpan titipkan. "Oh ya, Bu, nanti ada pertemuan antara Pak Riyan dengan Pak Anton. Tolong atur jadwalnya, ya," kata Laura. "Dan ini laporan keuangan beberapa bulan lalu yang diminta sama Pa
Ternyata, Linda benar-benar menerima apa yang dilakukan Riyan padanya. Selama empat jam bermain di atas ranjang, saling berbagi peluh dan desahan panas, akhirnya Riyan mulai menyadari tindakannya terhadap sekretarisnya itu. Riyan Agisiguna, seorang pria matang berusia 34 tahun, anak kedua dari Bima Satria Agisiguna yang sampai saat ini masih belum menikah. Laki-laki tersebut bahkan beberapa tahun terakhir jarang terlihat dekat dengan wanita. Pernah saja, kantor sebutkan bahwa Riyan agak berbeda. Pria itu mulai mengambil kemeja yang sebelumnya ia lempar sembarangan, lalu dia mengambil rokok yang sudah tersedia di atas meja. "Eeughh..." Linda menggeliat, mulai tersadar dari aktivitas panasnya bersama Riyan tadi malam. Riyan hanya fokus pada rokok yang hampir habis. "Pagi, Pak Riyan..." sapa Linda. Riyan tak menjawab, melainkan terus menikmati rokoknya. "Em aku mau bertanya pak, apakah rokok itu enak ya?" tanya Linda. "Enak! kau mau mencobanya?" tawar Riyan, menawarkan
"Kebetulan sekali pak bos ada disini. Eh tapi apakah benar ya? Rumor yang mengatakan bahwa dia adalah pamannya Irpan?" Batinnya. “Sedang apa kau di sini, Linda?” Ucap Riyan lagi. Linda semakin menatap Riyan dengan penuh penilaian. Jika dibandingkan dengan Irpan, Riyan jelas jauh lebih unggul. Lebih tampan, tubuhnya lebih atletis, bahkan kekayaannya jauh di atas Irpan. “Hey! Siapa di sana?” teriak Irpan semakin keras. “Biarkan saja, mungkin dia seorang pelayan yang tak punya mata menabrak pintu, sayang." Namun, saat mendengar langkah kaki mendekat, Linda dengan cepat mendorong tubuh Riyan masuk ke dalam kamar - tepat di samping kamar Irpan. “Hei, apa yang kamu lakukan?” sentak Riyan. “Sssstt,” Tentu saja, pria itu terkejut saat Linda membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Tidak hanya itu, Linda menutup pintu dengan sebelah kakinya dan menempelkan tubuh Riyan di sisi tembok. “Linda, apa yang kamu lakukan?!” geram Riyan. Linda hanya menatap Riyan, dan
Drrtt.... Drrtt.... Drrtt.... Suara telepon tiba-tiba menggema di kamar seorang wanita cantik yang sedang rebahan, dia dikenal sebagai Melinda atau biasa dipanggil Linda. Linda mengambil ponselnya dengan malas dari meja nakasnya. Saat dia melihat Novi, sahabatnya, yang menelepon, dia menekan tombol hijau di ponsel dan mendekatkan telepon ke telinganya. "Halo, ada apa, Nov? Aku baru saja bangun dari tidur siang!" ucapnya dengan nada lemas. "Linda, Linda! Aku ada berita penting untukmu!" jawab Novi di seberang dengan penuh kekhawatiran. "Hey, ada apa? Jangan mengagetkanku seperti ini! Ayo, tenanglah, tarik nafas dulu sebelum kau bicara padaku!" "Hufffff," Novi mendesah, seolah mengikuti saran Linda, lalu melanjutkan, "Tadi kan aku keluar dari penginapan di Hotel Samasta bersama mamah, dan aku merasa familiar dengan seseorang yang telah aku lihat, dan ternyata benar itu adalah si irpan, anjir!" "Ya, terus kenapa? Emangnya ada masalah ya?.Bukannya wajar kalau dia ingin m